Banjar, (harapanrakyat.com).- Pengurus PGRI se-Indonesia mempunyai misi ingin memperjuangkan peningkatan kesejahteraaan bagi guru, baik PNS maupun non PNS, sehingga tercipta peningkatan profesionalitas guru secara kualitas.
Hal itu dikatakan Ketua PGRI Kota Banjar, Drs. Tono Sartono, kepada HR, Senin (10/11). Menurutnya, kesejahteraan guru PNS maupun non PNS akan berpengaruh terhadap kualitas seorang tenaga pendidik.
Untuk itu, PGRI sebagai wadah yang membawahi guru se-Indonesia berupaya memfasilitasi dan memperjuangkan harapan tersebut kepada pemerintah pusat.
“Kemarin, pada acara puncak peringatan HUT PGRI dan hari Guru Nasional di Sentul Bogor, kami para perwakilan PGRI dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia, melalui Pengurus Besar PGRI, telah menyampaikan keinginan tersebut kepada Presiden,” katanya.
Menurut Tono, kesejahteraan guru adalah salah satu dari kriteria profesional seorang tenaga pendidik, juga merupakan tuntutan yang diprioritaskan dan harus diperjuangkan pada era globalisasi seperti sekarang ini.
Kriteria profesional bagi guru diantaranya harus lulus dari universitas, serta mempunyai akta sebagai SIM untuk mengajar, harus mengajar sesuai dengan bidang profesi yang diambilnya supaya pengajaran bisa menerap secara tepat.
Selain itu, seorang tenaga pendidik harus mampu membentuk manusia secara utuh, dalam hal ini menciptakan bibit SDM yang berkualitas sesuai tugas dan cita-cita guru dalam mengisi kemerdekaan.
Dikatakan Tono, kalau tidak sejahtera, bagaimana guru akan berkualitas, sedangkan memikirkan keadaan keluarganya yang serba kurang sudah pusing. Apalagi bagi guru non PNS akan lebih keteter karena serba kekuarangan, padahal beban beban kerjanya sama dengan PNS.
“Jadi bagaimana bisa mencetak SDM berkualitas kalau gurunya juga belum sejahtera. Inilah yang sedang diperjuangkan oleh kami, mudah-mudahan dapat terlaksana pada tahun depan, utamanya bagi PNS yang belum tersertifikasi, setelah itu baru ke non PNS, dengan syarat dia itu betul mengajar dengan bukti SK, mempunyai jam mengajar 24 jam, dan punya NUPTK,” ujarnya.
Sedangkan, mengenai belum memuaskannya nilai hasil Uji Kompetnsi Guru (UKG) yang baru-baru ini telah dilaksanakan oleh para guru di Kota Banjar, Tono berpendapat bahwa hasil UKG jangan dijadikan sebuah kriteria untuk menilai baik buruknya seorang tenaga pendidik.
Tetapi, seharusnya yang dilihat adalah produk yang telah diciptakan oleh profesi seorang guru, dalam hal ini SDM. Jika hasil produknya baik maka guru pun akan baik, dan bila SDM itu buruk, akan buruk pula guru itu.
“Namun menurut saya di Kota Banjar ini semua guru sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, serta rasa solidaritasnya sangat kuat, dan kedepannya harus lebih solid lagi,” pungkas Tono. (HND)