Langensari, (harapanrakyat.com),- Dua kelompok tani calon penerima bantuan ternak sapi dari Dinas Pertanian (Distan) Kota Banjar, Jawa Barat mengeluhkan adanya permintaan uang sebesar Rp.700.000 per-ekor, bila bantuan sudah diterima kelompok.
Kedua kelompok tersebut yaitu, Koptan Mulya Lestari,di Dusun Sidamulya, Desa Langensari, mendapat bantuan 5 ekor sapi, dan Koptan Mekar Mandiri di Lingkungan Sidamukti, Kel. Muktisari, Kec. Langensari, mendapat bantuan 6 ekor sapi.
Radisan, Ketua Koptan Mulya Lestari, mengungkapkan kepada HR, Minggu (2/12), bahwa permintaan tersebut dikatakan langsung oleh AD, Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kec. Langensari, serta BD, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Langensari dan Kel. Muktisari, beberapa waktu lalu.
“Waktu itu saya lupa lagi harinya. Yang jelas sebelum penandatanganan berita acara serah terima bantuan, Pak AD dan Pak BD datang. Kebetulan saya sedang bersama sekretaris. Saat itu Pak AD langsung menyebutkan nominalnya 700 ribu per ekor, dan uangnya diserahkan setelah bantuan diterima. Kemudian saya tawar 500 ribu, tapi dia tidak mau,” tuturnya.
Alasan mereka, lanjut Radisan, uang itu nantinya dibagikan kepada orang Dinas Pertanian yang mengurus bantuan. Bahkan sampai ada ancaman, kalau kelompok penerima tidak mau memberi sesuai nominal yang diminta, jangan harap mendapatkan bantuan pada program berikutnya.
Namun, Koptan Mulya Lestari tetap menolak permintaan tersebut, meskipun sebelumnya Radisan sudah mencoba negosiasi dengan Kepala BPP dan PPL.
Berita terkait: (Program Bantuan Ternak Sapi) Distan Tegaskan, tidak ada Pungli ke Kelompok
“Sebetulnya kita mau ngasih sebagai bentuk rasa terima kasih, cuma belum bisa memastikan berapa besarannya. Entah itu nantinya buat beli rokok, atau mengganti bensin waktu ngurus ke dinas. Kalau ditentukan nilainya kelompok keberatan, dari mana uang sebesar itu, untuk pembuatan kandang saja secara swadaya sudah habis lima jutaan,” kata Radisan.
Menurut dia, adanya permintaan sejumlah uang dari pihak BPP dan PPL, terkesan kelompok yang akan mendapat bantuan hanya dijadikan alat, agar program berjalan dan anggaran keluar, sehingga dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
Diakui Radisan, pihaknya merasa khawatir dengan persoalan tersebut, akan berdampak pada penundaan bantuan, atau bahkan dibatalkan. Pasalnya, bantuan rencananya akan diserahkan Kamis tanggal 29-11-2012, tapi ternyata tidak jadi.
“Ya takutnya Kepala BPP bisa menggagalkan bantuan, sedangkan biaya pembuatan kandang sudah mengeluarkan sekitar lima juta rupiah, kalau tidak jadi akhirnya kami kecewa,” kata Radisan.
Keluhan serupa diungkapkan Sutijo, Ketua Koptan Mekar Mandiri, Kel. Muktisari. Menurut Sutijo, dirinya tidak sempat melakukan nego, tapi langsung menolak permintaan dari Ketua BPP Langensari dan PPL.
“Waktu itu datang Ketua BPP dan PPL ke rumah. Ketua BPP ngomong, kelompok akan mendapatkan bantuan 6 ekor sapi. Lalu mereka minta pengertiannya, mau ngasih apa. Ya kalau bantuan sudah turun, saya harus musyawarah dengan anggota. Jadi tidak menyebutkan berapa nominal yang akan diberikan. Tetapi dia langsung mematok minta 700 ribu rupiah per-ekor,” ujar Sutijo.
Walaupun demikian, lanjutnya, sampai saat ini pihaknya belum memberikan jawaban. Karena, sekarang yang dipikirkan kelompok adalah pembuatan kandang yang dibangun secara swadaya.
Kemudian, begitu Sujito sudah menandatangani surat berita acara serah terima di Dinas Pertanian, Kepala BPP menelpon lagi menanyakan mengenai kesiapan kelompok. Meski tidak secara langsung, tapi arahnya ke masalah nominal yang dipinta sebelumnya.
“Saya jawab siap saja biar mereka diam. Kalau ditarget kami tetap tolak, dan kalaupun mau ngasih, tidak menyebutkan berapa nominalnya. Belum juga dapat hasil sudah diminta, permasalahan ini memadamkan semangat petani. Padahal kami sudah semangat, ingin bantuan yang diberikan bisa berjalan dan berkembang selamanya, bukan asal-asalan,” tutur Sutijo, diamini anggota kelompoknya.
Berita terkait: BPP dan PPL Bantah Tuduhan Koptan Langensari Banjar
Menurut Rasiman maupun Sutijo, pihaknya menyayangkan permintaan tersebut. Lantaran, pemerintah sudah begitu perhatian kepada petani, tetapi masih ada oknum seperti itu.
Sehingga, sebagus apapun program di Kota Banjar, khususnya pertanian, tidak akan berhasil kalau dibalik itu ada oknum yang memanfaatkan untuk kepentingan pribadi. (Eva)