Ketua DKW Garda Bangsa Jabar saat memberikan sambutan penutupan Semi Final MKK Zona II Jabar di Ponpes Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo Kota Banjar. Foto: Muhafid/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Ratusan santri dari berbagai pondok pesantren di Priangan Timur Jawa Barat datangi Pondok Pesantren Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo Kota Banjar. Kedatangan mereka untuk mengikuti Musabaqoh Kitab Kuning (MKK) tingkat Provinsi Jabar Zona II yang diselenggarakan Dewan Koordinasi Wilayah (DKW) Garda Bangsa Jabar, Kamis (08/06/2017).
Menurut informasi yang dihimpun HR Online, para peserta yang datang dari Zona II Jabar (Kabupaten Ciamis, Pangandaran, Banjar, Tasikmalaya, Kota Banjar dan Kota Tasikmalaya) tersebut melaksanakan lomba (musabaqoh) Kitab Kuning dengan jenis empat kitab yang diantaranya Kitab Taqrib (Fiqih), Kitab ‘Imrithi (Nahwu), Ihya ‘Ulumuddin (Tasawuf) dan Kitab Alfiyah Ibnu Malik (Nahwu Shorof). Selain membaca dan mengartikan kitab sesuai materi yang ditunjuk dewan juri, peserta juga dituntut mampu menyimpulkan penjelasan dari kitab yang dibacanya tersebut.
Menurut panitia penyelenggara, Gun Gun Gunawan Abdul Jawad, semi final MKK tingkat Jabar Zona II tersebut merupakan kompetisi lanjutan dari penjaringan para peserta yang sebelumnya digelar di berbagai daerah yang ada di Zona II. Selanjutnya, para peserta yang berhasil akan melanjutkan perlombaan ke tingkat nasional.
“Dari 124 peserta yang berhasil lolos ke semi final ini, diambil delapan peserta dari putra dan putri masing-masing kitab yang dilombakan untuk ke tingkat nasional. Mudah-mudahan melalui musabaqoh ini semangat mengaji di masyarakat, khususnya di pesantren, dalam menekuni kitab kuning bisa membawa Indonesia lebih berkah lagi,” katanya kepada HR Online.
Para juara Semi Final MKK Zona II Jawa Barat di Ponpes Miftahul Huda Al Azhar Citangkolo Kota Banjar. Foto: Muhafid/HR
Sementara itu, Ketua DKW Garda Bangsa Jawa Barat, Ahmad Irfan Alawi, menegaskan, bahwa keberadaan pesantren merupakan salah satu tempat untuk mempelajari islam secara kaffah yang diajarkan oleh ulama atau para kyai yang memang berdasarkan literatur warisan para ulama zaman dahulu.
Jadi, kata pria yang akrab dipanggil Asep Irfan, dengan menyiarkan kitab kuning untuk dipelajari melalui salah satunya dengan kompetisi MKK, diyakini dapat menggugah semangat para santri untuk terus mendalami ilmu agama islam dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.
“Kita lihat saja hari ini, banyak masyarakat tersulut api emosi karena mendapatkan serbuan informasi tidak layak (hoax, red) maupun pemahaman yang dangkal literasi islam, apalagi memiliki kemampuan dalam berbagai bidang. Tentunya dengan dorongan MKK ini, saya yakin para santri akan lebih serius dan teliti dalam mempelajari islam dan tidak mudah tersulut emosi berlebihan,” tegasnya kepada HR Online.
Asep menambahkan, melalui MKK yang sudah kedua kalinya digelar secara nasional oleh Garda Bangsa, berharap masyarakat untuk senantiasa menggemakan budaya mengaji, khususnya melalui pesantren, yang mana dampaknya bukan hanya untuk kebaikan pribadi, namun untuk masyarakat, agama maupun Negara.
“Garda Bangsa sebagai sayap dari PKB tentunya akan selalu rutin mengadakan kegiatan semacam ini agar kebaikan, keberkahan dan kedamaian bangsa ini bisa selalu terjaga dengan kita menjaga tradisi yang sudah turun-temurun ini,” pungkasnya. (Muhafid/R6/HR-Online)