Ciamis, (HR),- Bisnis penyewaan kamar atau kos-kosan di lingkungan Unversitas Galuh Ciamis semakin merajalela. Mulai menjamurnya bisnis kosan ini tentunya membawa keberuntungan tersendiri bagi para masyarakat pengelola (yang memiliki kamar) dan warga sekitarnya.
Tidak dipungkiri, dari satu kamar saja dalam satu bulan bisa mencapai seratus lima puluh sampai empat ratus ribu rupiah. Sedangkan kosan yang ada di lingkungan Unigal memiliki lebih dari satu kamar. Bisa dibayangkan berapa jumlah nominal uang yang bakal diterima oleh pengelola kosan dalam satu bulannya.
Kru wartawan HR ketika terjun ke lapangan berhasil menghimpun informasi mengenai pengelolaan kosan itu. Dari sumber di sejumlah tempat mengatakan bisnis kosan sangat menguntungkan.
Tentunya, jika dihitung, satu kamar kos ditarif dengan harga tiga ratus ribu rupiah kemudian dikalikan dengan jumlah kamar yang ada, atau misalnya sebanyak 30 kamar berarti total dalam satu bulannya pengelola kamar sewaan bisa mendapat uang sebesar Rp 9 juta, uang itu bahkan diatas gaji pegawai.
Alasannya, meskipun para pengelola tidak melakukan apapun, karena kamar atau kosan sudah menjadi asset akan tetap memberikan pemasukan bagi yang memilikinya. Hal itulah yang tentunya membuat para pengelola semakin mengembangkan tempat kosannya.
Salah satu cara mengembangkannya adalah dengan cara membangun kembali kosan di tempat lainnya yang tidak berjauhan, atau menambah jumlah kamar atau menambah jumlah lantai untuk penyewaan kamar.
Bisa juga dengan membangun warung kecil seperti kantin atau kafe tempat anak-anak kos berkumpul. Dari pengembangan seperti itu saja tentunya bisa menambah keuntungan bagi pengelola penyewaan kamar.
Teh Ai (37), salah seorang pemilik kantin di sekitar kosan Biru, mengatakan, dirinya merasa diuntungkan dengan keberadaan mahasiswa (anak-anak kos). Dia mengaku, dirinya sejak berdirinya kosan tersebut sudah membuka warung kecil yang menyediakan makan ringan. Kini, dirinya sudah merambah pada warung nasi.
Namun disamping menguntungkan, pengelola kosan juga seringkali mendapatkan problematika kehidupan anak kos. Dari mulai masalah yang dianggap sepele hingga masalah yang benar-benar membutuhkan keterlibatan dan keseriusan sejumlah orang.
Selain itu, para penghuni kosan juga banyak mengomentari bahkan seringkali mendisukusikan anatar penghuni kosan lainnya mengenai pelayanan dan fasilitas yang sebenarnya mereka inginkan selama ini.
Cici (21), penghuni wisma 28, ketika dijumpai HR, Selasa (12/1) mengatakan, dirinya sengaja mencari kosan yang cukup tidak menyulitkannya. Dia menjelaskan, baginya, bagaimanapun kosannya, yang jelas bisa membuat dirinya merasa nyaman untuk tinggal di tempat tersebut.
Dia mengaku membayar kamar yang disewanya itu sebesar Rp 125.000 perbulannya untuk satu orang. Dia menempati kamarnya bersama seorang teman yang juga membayar sejumlah uang yang sama, atau Rp 250.000 perkamarnya.
Penghuni lainnya, Dian (19), rekan Cici, yang juga seorang mahasiswi jurusan B. Indonesia, mengatakan dirinya mulai bisa beradaptas dengan lingkungan sekitar. Pasalnya, kamar dan lingkungan tempatnya berdiam diri sangat membuatnya kerasan untuk tinggal.
Di kosan yang berbeda, Dewi (19) penghuni Pondok Rizqi, ketika ditemui HR, mengatakan kosan yang ada di tempatnya memiliki 21 kamar. Setiap kamar ditarif harga mencapai Rp.400.000, sedangkan untuk satu kamar VIP Rp. 600.000.
Setiap kamar bisa diisi untuk dua orang, dengan kata lain setiap orangnya ditarik atau harus membayar uang sesa kamar dalam setiap bulan sebesar Rp. 200.000. Ia juga menjelaskan, fasilitas yang didapatnya berupa kamar mandi, kasur tempat penjemuran pakaian, beberapa alat kelengkapan kamar dan kantin.
Lain halnya dengan Septi (19) penghuni kosan Mutiara, kepada HR mengatakan, dirinya mencari tempat yang tidak cukup ketat dalam aturannya. Dia menerangkan, ketika sedang mengikuti kegiatan organisasi tetap bisa masuk/ pulang ke kosan meskipun terlambat.
Yesi (19), penghuni Wisma Prasetya mengatakan hal serupa, dirinya kini sudah merasa kerasan tinggal di tempatnya saat ini.
Menurutnya, tempat kosnya berdekatan dengan jalan utama, selain itu, fasilitas pengairan yang lancer juga menjadi salah satu faktor yang membuatnya engan berpindah tempat.
Endin, salah seorang pemilik kosan sederhana, ketika dimintai tanggapannya mengenai bisnis sewa kamar untuk mahasiswa mengatakan, bisnis seperti yang dijalaninya sangat membantu untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari.
Apalagi kalau jumlah kamar yang ada di kosan ditambah lagi, tentunya asset untuk masa depan tersebut bisa menjamin terhadap kebutuhan hidup masa yang akan datang. (dn)