Padaherang, (harapanrakyat.com),- Air adalah sumber kehidupan yang paling utama, kelebihan air akan mendatangkan bencana, kekurangan air pun menimbulkan musibah, seperti halnya kekeringan yang saat ini melanda pesawahan petani Desa Paledah.
Kondisi itu disebabkan oleh saluran irigasi yang pemanfaatannya kurang maksimal. Serta kondisi alam seperti musim kemarau, membuat para petani di beberapa daerah di wilayah Kec. Padaherang menjerit, karena kesulitan air.
Padahal secara topografi, wilayah Padaherang diapit oleh dua sungai yang cukup besar, yaitu Sungai Citanduy dan Sungai Ciseel, yang notabene masih produktif mengalirkan air disaat musim kemarau tiba.
Tarmo (47), petani Desa Paledah, mengatakan, hampir 90 hektar sawah di wilayah BBL 7, yang dia kelola bersama para pemuda, membutuhkan pasokan air. Sementara ini, untuk mengairi sawah, dia harus menyiapkan sekitar Rp 150 ribu perhektar.
âSetiap tahun para petani secara swadaya berusaha menyelamatkan tanaman, dengan memanfaatkan selang sepanjang 1.200 meter yang digunakan untuk mengairi sawah dengan mesin diesel ukuran 7,5 PK. Mesin air tersebut difungsikan selama 24 jam tanpa henti,â ungkapnya.
Menurut Tarmo, para petani harus menyiapkan biaya kurang lebih Rp. 1.050.000,-, sampai kondisi padi siap panen. Kalkulasi ini bagi petani tidak menjadi soal ketimbang fatal gagal panen.
Lebih lanjut, tarmo menyebutkan, petani secara swadaya membeli mesin penyedot air dan selang untuk mengairi sawahnya yang hampir kekeringan. Mereka menilai, biar mengeluarkan modal tambahan asal tanaman padi bisa terselamatkan.
Sementara itu, Dikun (38), Kadus Cibadak Desa Paledah, mengatakan, kemarau yang melanda Paledah khususnya, dan wilayah Padaherang serta ciamis sekitarnya tidak menyurutkan usaha para petani menyelamatkan tanaman padi yang dilanda kekeringan.
Menurut Dikun, kondisi tersebut hampir tiap tahun dialami petani. Menurut dia, untuk mengantisiasi kekeringan, Pemerintah Desa juga mengupayakan peminjaman tiga unit mesin pompa kepada BBWSC (Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy).
â3 unit mesin pinjaman itu, penggunaannya dilakukan secara bergilir, di 6 dusun,â ungkapnya. (madlani)