Photo: Ilustrasi net/Ist
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Keberadaan Pangandaran sebagai kawasan wisata menjadi sangat rentan penyebaran penyakit HIV/AIDS. Pasalnya, banyak kasus ditemukan pada ibu hamil dan bahkan saat ini telah ditemukan satu keluarga positif HIV/AIDS setelah dilakukan pemeriksaan.
Menurut Koordinator Yayasan Mata Hati Jawa Barat wilayah Pangandaran, Agus, pihaknya saat ini terus memantau perkembangan penyakit HIV/AIDS yang ada di Pangandaran.
“Yang kami temukan, satu keluarga tersebut saat anaknya mengalami sakit. Setelah diperiksa, dia positif HIV/AIDS. Kemudian disusul ayah dan ibunya yang juga positif. Maka dari itu penanganannya juga harus bersama-sama,” katanya kepada Koran HR, Selasa (31/01/2017) lalu.
Dalam memerangi penyakit HIV/AIDS, kata Agus, merupakan salah satu dari 8 target pembangunan untuk pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Maka dari itu, pemerintah dalam hal ini sebagai stakeholder juga harus menjadikan HIV/AIDS sebagai salah satu penyakit infeksi utama yang harus diperangi secara bersama-sama.
Meski upaya telah dilakukan pihaknya, lanjut Agus, namun pada kenyataannya mendapatkan 4 masalah pada proses pemberantasan penyakit tersebut. Masalah tersebut diantaranya deteksi dini infeksi HIV, ketersediaan obat yang terbatas, kemampuan petugas kesehatan yang belum optimal dalam penanganan kasus-kasus HIV baik dalam aspek preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitasi serta keterbatasan sarana dan prasarana.
“Meski begitu, para pegiat bidang HIV optimis dan berani menetapkan visi 3 Zero, dimana dunia di masa depan tak ada kasus HIV baru, tak ada kematian yang berkaitan dengan HIV serta juga tak ada lagi diskriminasi pada Odha (Orang Dengan HIV-AIDS),” jelas Agus.
Pada saat ini, sambungnya, Rapid Testing Program atau Program test secara cepat berbasis masyarakat, menjadi acuan untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Pangandaran. Secara spesifik, program tersebut menjangkau populasi kunci yang beresiko dan di dalamnya ada yang disebut dengan populasi kunci HRM (high risk man), MSM (man sex man), WPS (Wanita Penjaja seks), Waria dan Penasun (Pengguna Narkoba Suntik).
Dalam kegiatan yang sudah dilakukan di beberapa tempat di Pangandaran, kata Agus, pihaknya melibatkan peran kader masyarakat dan kader komunitas. Terbukti keberadaan mereka dapat menemukan kasus di beberapa kelompok orang seperti halnya yang ditemukan di wilayah Kecamatan Mangunjaya yang merupakan satu keluarga terkena HIV/AIDS.
“Saat ini, semua pasien ibu hamil dianjurkan melakukan tes HIV. Khusus di Pangandaran, upaya tersebut harus didukung pemerintah, akademisi serta masyarakat. Sebab, dengan cara tersebut, upaya penanggulangan HIV/AIDS dengan identifikasi dini bisa meminimalisir penyebaran,” tegasnya.
Ia berharap, semua elemen masyarakat diharapkan bisa duduk bersama untuk menentukan sikap terhadap masa depan Odha yang sudah terjaring Rapid Test Program maupun yang ditemukan di rumah sakit.
“Kita harapkan semua elemen dapat mendorong mereka agar sadar untuk melakukan terapi ARV. Sebab, mereka juga perlu menjadi warga yang produktif, mandiri, dan dapat menolong orang lain,”pungkasnya. (Mad/R6/Koran HR)