Photo: Ilustrasi net/Ist.
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Jumlah anak penderita thalasemia di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terus meningkat setiap tahunnya. Dari 130-an pada tahun sebelumnya, sekarang menjadi 150 orang.
Hal tersebut dikatakan Sekretaris Yayasan POPTI (Persatuan Orang Tua Penderita Thalasemia) Kabupaten Ciamis, Udju, kepada HR Online, Senin (21/11/2016).
Menurutnya, salah satu upaya pencegahan agar jumlah penderita thalasemia tidak terus bertambah, yaitu dengan cara mengintensifkan kegiatan sosialisasi mengenai pencegahan perkawinan antara pria-wanita yang genetisnya sama-sama membawa sifat (carrier) thalasemia.
“’Penyakit thalasemia ada dua jenis, yaitu thalasemia mayor dan thalasemia minor. Kalau thalasemia mayor merupakan penyakit yang diturunkan dari kedua orang tua yang sama-sama membawa sifat genetis thalasemia. Bila keduanya menikah, kemudian memiliki keturunan, bisa dipastikan ada anaknya yang akan menderita thalasemia,” terangnya.
Sedangkan, penderita thalasemia minor tidak memiliki gejala penyakit apa-apa. Ini dalam istilah medis sebagai orang yang membawa sifat. Sedangkan, penderita thalasemia mayor adalah penderita yang gejala penyakitnya terlihat.
Lanjut Udju, penderita thalasemia mayor ditandai dengan munculnya gejala anemia, mudah lelah, lesu, dan mudah terserang penyakit. Selain itu, organ dalam tubuh ditandai dengan pembesaran hati dan limpa. Satu-satunya cara mengatasi gejalanya hanya dengan melakukan transfusi darah. Sebagai penyakit keturunan maka penyakit ini tidak bisa diobati.
“Walaupun jumlahnya bertambah, kita bersyukur soalnya kebutuhan darah di PMI Kabupaten Ciamis untuk transfusi penderita thalasemia selalu bisa teratasi,” kata Udju.
Sementara itu, staf Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kabupaten Ciamis Tete, membenarkan bahwa kebutuhan darah, khususnya bagi para penderita thalasemia di Kabupaten Ciamis selalu tertangani. Bahkan akhir-akhir ini surplus.
“Alhamdulillah, berarti sekarang kesadaran masyarakat untuk donor semakin bertambah. Baik dilakukan perseorangan maupun yang diadakan oleh komunitas. Bulan kemarin juga masih terdapat sisa sebanyak 270 labu,” kata Tete. (DSW/R3/HR-Online)