Bupati Pangandaran, H. Jeje Wiradinata.
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Masalah bencana longsor dan banjir bandang juga menjadi perhatian serius di Kabupaten Pangandaran. Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran sendiri sampai saat ini masih terus mengidentifikasi penyebab terjadinya serangkaian musibah bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah titik di wilayahnya.
Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata, ketika ditemui Koran HR, belum lama ini, meminta pemerintah desa terlibat dalam penanganan masalah penebangan hutan secara liar dan mengidentifikasi gunung yang gundul.
“Selain itu, juga menginventarisasi sungai yang mengalami penyempitan, mulai dari hulu sampai ke hilir,” katanya.
Namun, berkaitan dengan keberadaan hutan produksi, Jeje menilai Perhutani sudah mengelola hutan dan hasil produksi merujuk pada prosedur dan aturan. Termasuk soal masa tebang dan masa tanam kembali.
“Biasanya kalau tebang 30 tahun dan langsung ditanami kembali. Mereka sudah bagus. Biasanya ada aturannya, tidak asal tebang,” kata Jeje.
Jeje tidak menyangkal bencana alam banjir dan longsor salah satunya disebabkan oleh penggundulan hutan. Namun demikian, menurut Jeje, faktor paling ekstrim adalah intensitas hujan yang mencapai 200 mm/ menit.
“Biasanya dibawah 20 mm/ menit. Ini seratus kali lipat sekaligus, dihulu sungai pasang dan tidak bisa tertampung. Akibatnya banjir bandang,” kata Jeje.
Disinggung soal penggundulan hutan yang dilakukan Perhutani, Jeje ingin membuat pemetaan terlebih dahulu. Yang pasti, pihaknya sangat menghormati proses perjuangan masalah tanah yang kini masih dipersoalkan oleh masyarakat dan Perhutani.
“Terkait klaim tanah adat oleh Perhutani, padahal data kurang kuat. Untuk itu dipersilahkan saja ditempuh sesuai aturan. Tetapi asal jangan merusak lingkungan dengan cara menebangi pohon,” kata Jeje. (Mad/Koran HR)