Kepala Puskesmas Langensari II, drg. Robyanto, memperlihatkan pemetaaan wilayah cakupan pasien atau warga yang tercover, melalui sistem komputerisasi. Photo: Nanang Supendi/HR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Untuk mencegah penyebaran HIV-AIDS di Kota Banjar, perlu langkah konkret dari pemerintah dan stakeholder terkait. Salah satu upayanya bisa dijalin kerjasama dengan pemerintah daerah tetangga atau lintas batas.
Hal itu dikatakan Kepala Puskesmas Langensari II, drg. Robyanto, kepada Koran HR, oekan lalu. Menurutnya, koordinasi tersebut sangat penting dilakukan bukan hanya upaya mengatasi penyakit menular seksual saja, melainkan untuk keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di Kota Banjar.
Untuk itu, pihak Puskesmas Langensari II yang notabene berada di wilayah perbatasan, telah menjalin kerjasama melalui pertemuan Puskesmas lintas batas pada minggu lalu dengan beberapa Puskesmas di wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dan Puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis.
“Salah satu point yang didapat dari hasil pertemuan Puskesmas lintas batas, yaitu mengenai pemetaan penyakit yang sama-sama sedang menjadi permasalahan di daerahnya, serta menyepakati pencegahan penyakit menular seksual di lintas perbatasan,” jelasnya.
Lebih lanjut Robyanto mengatakan, bahwa arti dari point tersebut adalah menginformasikan apabila ada penyakit menular seksual yang terjadi di wilayah perbatasan, sehingga daerah tetangga bisa bersia-siap untuk melakukan penanggulangan agar tidak menyebar.
“Jadi, bila ada kasus penyakit menular seksual yang ditemukan atau ditangani Puskesmas daerah tetangga harus memberitahu kepada Puskesmas asal si penderita,” tandasnya.
Pemetaan penyakit lain yang mengemuka di pertemuan lintas batas yaitu demam berdarah dan penyakir menular lainnya. Di luar pemetaan penyakit, dalam pertemuan itu juga membahas sejumlah persoalan, terkait pelayanan kesehatan JKN-KIS atau BPJS.
Pada intinya, tujuan dari kerjasama itu adalah untuk mengoptimalkan layanan kesehatan di wilayah perbatasan. Sebagai tindak lanjutnya, disepakati pula bentuk koordinasi melalui pemanfaatan Informasi Teknologi (IT), baik dalam sistem pengadministrasian maupun pelaporan.
Puskesmas Langensari II sebagai bagian dari fasilitas pelayanan publik, terus berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dengan sarana dan prasarana yang dimiliki cukup memadai ini, maka kepercayaan masyarakat setempat untuk berobat ke Puskesmas begitu tinggi.
“Setiap hari jumlah pengunjung atau pasien sangat tinggi. Dalam setiap harinya, tak kurang dari 100 orang pasien rawat jalan terlayani, dan pasien rawat inap pun per harinya memenuhi fasilitas 16 kamar yang tersedia,” terangnya.
Robyanto menyebutkan, para pasien tersebut 70 persennya merupakan warga Banjar, dan 30 persen warga luar daerah atau perbatasan. Saat ini, pasien yang berobat ke Puskesmas Langnesari II rata-rata terkena penyakit demam atau batuk pilek.
Pasien di Puskemas Langensari II berdasarkan pemetaan wilayah yang meliputi warga Desa Langensari, Waringinsari, Kerurahan Muktisari dan sebagian warga Desa Rejasari, terdaftar sekitar 9.000 warga.
Namun demikian, ada juga warga yang tidak terdaftar tetapi mereka berobat di Puskesmas Langensari II, seperti warga Bojongkantong dan Kujangsari. Mereka menilai layanan yang diberikan di Puskesmas tersebut memuaskan.
“Sebaliknya, bila ada pasien yang tercover di Puskesmas ini namun berobat di Puskesmas lain dalam wilayah Kota Banjar, maka diharapkan ungtuk melapor ke Puskesmas asal agar tidak ditarik biaya. Artinya, kami yang akan membayarnya ke Puskesmas dimana dia berobat,” pungkas Robyanto. (Nanks/Koran-HR)