Tak banyak yang tahu bahwa sejarah Tebing Breksi Jogja menyimpan kisah menarik tentang transformasi luar biasa dari sebuah tambang menjadi destinasi wisata unggulan. Tak jauh dari pusat kota Yogyakarta, tepatnya di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman, berdiri megah sebuah tebing batu kapur yang kini terkenal luas sebagai Tebing Breksi. Lokasinya yang hanya berjarak sekitar 30 menit dari Malioboro.
Baca Juga: Sejarah Tumenggung Kopek, Jejak yang Penuh Misteri
Hal itu menjadikan tempat ini sebagai destinasi wisata yang mudah dijangkau. Bahkan untuk wisatawan yang baru pertama kali datang ke Jogja. Tebing Breksi bukan hanya tempat indah, tapi juga cagar budaya alam yang penuh nilai geologis dan sejarah.
Mengungkap Keindahan dan Sejarah Tebing Breksi Jogja
Awalnya, kawasan Tebing Breksi merupakan tambang batu kapur yang menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar. Aktivitas penambangan ini berlangsung sejak tahun 1980-an dan menjadi bagian penting dari ekonomi warga lokal. Namun, segalanya berubah ketika tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) meneliti komposisi batuan di tempat ini.
Hasil penelitian mengungkap bahwa batuan yang terdapat di Tebing Breksi merupakan batuan tufan. Tufan ialah hasil endapan abu letusan Gunung Api Purba Nglanggeran sekitar 20 juta tahun lalu. Penemuan ini menjadi titik balik penting dalam sejarah Tebing Breksi Jogja, karena jenis batuan tersebut tergolong langka dan memiliki nilai ilmiah tinggi.
Berdasarkan data dari indonesia.go.id, pada tahun 2014, aktivitas pertambangan resmi dihentikan karena lokasi ini dinilai memiliki nilai geoheritage yang tinggi. Setahun kemudian, pada 30 Mei 2015, Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan Tebing Breksi sebagai destinasi wisata baru di Yogyakarta.
Tebing Breksi Sebagai Geoheritage Yogyakarta
Setelah penambangan berhenti, warga sekitar tidak tinggal diam. Mereka justru melihat potensi besar dari bekas tambang ini. Melalui kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta, Tebing Breksi diubah menjadi kawasan wisata yang artistik dan edukatif.
Tebing yang dulunya terlihat gersang, kini penuh hiasan berupa pahatan wayang seperti Arjuna melawan Buto Cakil, naga raksasa, hingga patung Semar. Relief tersebut memperindah dinding batu yang sudah alami indahnya. Ciri khas pahatan ini memperkaya sejarah Tebing Breksi Jogja, menambah elemen budaya di balik kekuatan geologisnya.
Panorama Eksotis dan Aktivitas Wisata
Keindahan Tebing Breksi tak hanya dari sejarah dan seni ukirannya saja. Akan tetapi juga dari panorama alamnya yang luar biasa. Tebing Breksi Jogja berada di ketinggian 200 meter di atas permukaan laut. Tempat ini menawarkan pemandangan lepas ke arah Kota Yogyakarta, terutama saat matahari terbit dan terbenam.
Selain itu, terdapat Tlatar Seneng, area amfiteater terbuka yang sering berfungsi sebagai pertunjukan seni dan acara budaya. Di tempat ini, berbagai festival budaya seperti seni campursari, hadroh, hingga seni perkusi pernah digelar, memperkaya unsur seni di kawasan ini.
Baca Juga: Sejarah Gedung Agung Yogyakarta, Jejak Berharga yang Kini Jadi Cagar Budaya
Tersedia pula wisata jeep yang membawa pengunjung menjelajahi tempat menarik di sekitar seperti Candi Ijo, Watu Payung, dan Obelix Hills. Tak heran jika sejarah Tebing Breksi Jogja kini juga menjadi bagian dari paket wisata edukatif dan petualangan.
Akses dan Fasilitas Lengkap untuk Wisatawan
Lokasi Tebing Breksi sangat strategis dan mudah Anda jangkau dari pusat Kota Yogyakarta, hanya sekitar 30 menit perjalanan atau 17 km. Jalan menuju lokasi sebagian besar sudah beraspal dan dapat dilalui oleh motor, mobil, hingga bus pariwisata.
Fasilitas di kawasan ini pun semakin lengkap. Tersedia area parkir luas, jalur difabel, toilet bersih, tempat makan, WiFi, bahkan tempat cuci tangan yang tersebar di berbagai titik. Menariknya lagi, pengunjung bisa membeli tiket masuk secara online, mengikuti tren digitalisasi pariwisata modern.
Namun, meskipun fasilitas memadai, kesadaran pengunjung dalam menjaga kebersihan masih menjadi tantangan. Banyak pengelola berharap agar setiap wisatawan ikut menjaga kebersihan agar keindahan dan kenyamanan tempat ini tetap terjaga.
Dampak Sosial dan Ekonomi bagi Masyarakat
Nah, yang membuat sejarah Tebing Breksi Jogja begitu inspiratif adalah bagaimana masyarakat setempat berhasil mengubah nasib mereka. Melalui inisiatif Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), warga mengelola kawasan ini secara mandiri. Hampir seluruh pekerja di destinasi ini merupakan warga lokal, menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha baru.
Pendapatan dari pariwisata sangat berguna untuk membangun infrastruktur desa dan meningkatkan kualitas hidup warga. Dengan kata lain, pengembangan Tebing Breksi menjadi contoh sukses dari wisata berbasis masyarakat, dari, oleh, dan untuk warga.
Kesimpulan
Bagi Anda yang ingin mengeksplorasi sisi lain Yogyakarta, Tebing Breksi bukan hanya menawarkan pemandangan saja. Akan tetapi juga cerita dan pelajaran berharga dari masa lalu. Tidak berlebihan jika destinasi ini kini menjadi primadona baru wisata Yogyakarta yang tak boleh Anda lewatkan.
Baca Juga: Sejarah Panggung Krapyak, Jejak Sejarah Perburuan Raja
Kini, sejarah Tebing Breksi Jogja menjadi bukti nyata bahwa bekas tambang yang semula dianggap tidak bernilai dapat menjadi ikon wisata yang mendunia. Destinasi ini menawarkan perpaduan antara geologi, seni, budaya, dan keterlibatan masyarakat. Hal itu tentunya menjadikan Tebing Breksi sebagai simbol keberhasilan transformasi yang berkelanjutan. (R10/HR-Online)