Sejarah turunnya Al Quran memiliki makna historis dan spiritual yang mendalam. Apalagi Al Quran ini adalah kitab suci agama Islam yang menjadi pedoman selama hidup di dunia.
Sebagai orang Islam, pengetahuan tentang sejarah turunnya wahyu ini sangat penting. Sebab, pengetahuan ini bisa meningkatkan pemahaman tentang bagaimana Allah menyampaikan petunjuk ilahi-Nya kepada Rasul terakhir-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, dengan mengetahui sejarah ini juga mengingatkan kita untuk selalu menjalankan perintah agama. Terlebih Al Quran ini turun kepada Nabi secara berangsur-angsur dan menyesuai dengan kondisi saat itu.
Sehingga, kita pun semakin yakin jika Al Quran adalah pedoman hidup yang sangat sesuai untuk kehidupan kita.
Sejarah Singkat Turunnya Al Quran
Sebagaimana keterangan dari berbagai sumber, Al-Qur’an turun secara bertahap (tadarruj) kurang lebih selama 23 tahun.
Awal mulanya, pada tahun 610 M Nabi Muhammad menerima wahyu pertama di Gua Hira yang berada di tepi utara Mekkah, sekitar 5 kilometer dari beliau.
Wahyu pertama yang turun kepada Nabi adalah Surat Al Alaq dengan ayat pertama Iqra’ yang memiliki arti perintah untuk membaca.
Dalam proses turunnya wahyu tersebut, Malaikat Jibril adalah satu-satunya makhluk Allah yang memiliki tugas untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada Nabi Muhammad.
Sementara itu, Jibril dalam menyampaikan wahyu tersebut di waktu, kondisi serta situasi yang berbeda-beda. Sehingga, Al Quran ini menjadi jawaban dari situasi yang terjadi saat itu, dan bahkan masih sangat relevan hingga saat ini.
Sebagai contoh, surah-surah pendek yang ada di dalam Al-Qur’an berasal dari periode di Mekkah. Sementara itu, surah-surah yang lebih panjang, yang memiliki qawaid (kaidah—yang berarti aturan dan peraturan hukum), turun wahyu setelah hijrah Nabi ke Madinah.
Pengumpulan Al Quran
Setelah wahyu sampai kepada Nabi, kemudian Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya untuk menuliskannya di berbagai medium apa pun yang tersedia bagi mereka pada saat itu, baik itu daun kurma, kulit binatang, atau tulang.
Selama masa hidup Nabi, Al-Qur’an tidak dikumpulkan dalam satu kitab tunggal, tetapi ada dalam potongan-potongan di hati dan tulisan para sahabat.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat dan selama kekhalifahan Abu Bakar, para sahabat yang telah menghafal Al-Qur’an berkumpul untuk menyusun dan melestarikan wahyu dalam satu naskah.
Kemudian, teks Al-Qur’an sendiri mengalami proses finalisasi selama kekhalifahan Utsman bin Affan yang mana teksnya distandarisasi dan salinannya didistribusikan ke berbagai belahan dunia Muslim.
Dari sejarah singkat turunnya Al Quran tersebut, kita harus bisa memahami secara tekstual dan kontekstual isinya. Sebab, setiap ayat yang ada di dalamnya memiliki latar belakang dan keadaan khusus sehingga turun untuk manusia. Karena itu, belajar lebih dalam tentang ajaran Islam melalui Al Quran merupakan keharusan kita sebagai orang islam. (Muhafid/R6/HR-Online)