harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sidak dan bongkar tempat wisata Hibisc Fantasy milik PT Jaswita di Puncak, Bogor, Jawa Barat, pada Kamis (6/3/2024). Saat tiba di lokasi, ia langsung geram melihat lahan yang seharusnya menjadi hutan dan kebun teh justru berubah menjadi tempat wisata.
Dedi Mulyadi menilai tempat ini melanggar aturan dan berkontribusi terhadap bencana alam di kawasan Puncak. Akibatnya, Dedi pun memerintahkan pembongkaran tempat wisata Hibisc Fantasy tersebut.
Direktur PT Jaswita, Angga Kusnan, mendapat teguran langsung dari Dedi Mulyadi karena dianggap lalai dan mengabaikan dampak lingkungan.
Dalam sidak tempat wisata Hibisc Fantasy itu, Dedi Mulyadi mempertanyakan alasan pelanggaran yang terjadi dan meminta pertanggungjawaban dari pihak pengelola.
Dedi Mulyadi Bongkar Tempat Wisata Hibisc Fantasy Bogor
Dedi Mulyadi menilai pembangunan tempat wisata Hibisc Fantasy di kawasan Puncak telah merusak fungsi lahan dan meningkatkan risiko bencana. Wilayah Puncak, Bogor, berperan sebagai daerah resapan air yang penting untuk mencegah banjir dan longsor.
Namun, alih fungsi lahan menjadi tempat wisata justru memperparah kondisi lingkungan. Karena itulah, Dedi Mulyadi memutuskan untuk membongkar Hibisc Fantasy demi mengembalikan fungsi ekologis kawasan tersebut.
Pembongkaran Hibisc Fantasy ini bukan hanya untuk menegakkan aturan, tetapi juga untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pemerintah ingin memastikan bahwa kawasan Puncak tetap menjadi penyangga ekosistem alami yang melindungi masyarakat dari bencana.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Respon Viralnya Patung Penyu dari Kardus Senilai Rp15 M di Sukabumi
Dalam proses pembongkaran, Dedi tidak sendiri. Wakil Bupati Bogor, Ade Ruhandi, Kepala Satpol PP Jawa Barat, Ade Afriandi, serta Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Wawan Hikal, turut hadir di lokasi.
Saat Sidak dan Bongkar Hibisc Fantasy Bogor, Dedi Mulyadi Tegur Keras Direktur PT Jaswita
Saat melakukan sidak ke tempat wisata Hibisc Fantasy milik PT Jaswita di Puncak, Bogor, Dedi Mulyadi mempertanyakan kepemilikan perusahaan yang mengelola tempat tersebut.
Ia memastikan siapa pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran yang terjadi. Dengan nada tegas, Dedi langsung bertanya kepada Direktur PT Jaswita, Angga Kusnan.
“Bapak, Jaswita itu perusahaan siapa sih?,” tanya Dedi Mulyadi dikutip dari unggahan akun TikTok @dedimulyadiofficial, Jum’at (7/3/2025).
“Perusahaan BUMD Pak,” jawab Direktur PT Jaswita, Angga Kusnan.
Namun, Dedi tidak berhenti di situ. Ia menekankan bahwa sebagai perusahaan daerah, Jaswita seharusnya menjadi contoh dalam menjalankan usaha yang sesuai aturan.
“Ya BUMD, harus kasih contoh gak kalau BUMD?” tanya Dedi Mulyadi.
“Harus Pak,” jawab Angga.
Meski begitu, Dedi Mulyadi tetap mempertanyakan alasan di balik pelanggaran yang dilakukan oleh PT Jaswita. Ia ingin tahu mengapa perusahaan tersebut tetap melanggar aturan meskipun sudah mengetahui kewajibannya sebagai perusahaan daerah.
“Kenapa melanggar?” kata Dedi.
Baca Juga: Titin Pedagang Pasar Ciamis Akui Bohongi Dedi Mulyadi, Klarifikasi Malah Dihujat
Minta Maaf
Angga tidak bisa berbuat banyak selain meminta maaf atas pelanggaran yang terjadi. Ia tampak pasrah saat ditegur oleh Dedi Mulyadi.
“Saya minta maaf Pak,” jawab Angga.
Dalam penjelasannya, Angga mengungkapkan bahwa perluasan lahan tempat wisata Hibisc Fantasy tidak hanya keputusan Jaswita sendiri.
Menurutnya, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 2 Gunung Mas meminta agar luas lahan wisata diperbesar dari yang awalnya hanya 15 ribu hektare.
“Yang diizinkan awalnya memang 15 ribu hektar Pak kemudian memang PTPN meminta untuk menambah jadi 23 ribu hektar, sorry 21 hektar,” jelas Angga.
“Sekarang ini sih yang bener duitnya siapa sih yang bangun ini, gak mungkin Jaswita punya duit, yang punya duitnya siapa?” tanya Dedi Mulyadi.
“Iya betul Pak, ada investor-investor,” jawab Angga.
Dedi Mulyadi pun langsung menyimpulkan bahwa PT Jaswita hanya dijadikan alat oleh pihak tertentu untuk melancarkan proyek wisata Hibisc Fantasy.
“Jaswita gak mungkin punya duit, saya tahu ini Jaswita ini hanya dipake cover aja untuk mendapat izin agar mudah tidak ada yang melakukan penindakan. Anda itu jadi boneka,” tegas Dedi Mulyadi. (Erna Ayunda/R7/HR-Online/Editor-Ndu)