Rabu, Februari 12, 2025
BerandaBerita TerbaruMengulas Makna Tari Kedok Ireng, Seni Tradisional Jawa Barat

Mengulas Makna Tari Kedok Ireng, Seni Tradisional Jawa Barat

Tari Kedok Ireng merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Tarian ini memiliki makna sejarah terkait kehidupan seorang manusia dari dua sisi penglihatan, yaitu baik dan buruk. Kesenian tarian ini menjadi salah satu tarian yang cukup terkenal di Jawa Barat.

Baca Juga: Sejarah Tari Ketuk Tilu, Tarian Tradisional Jawa Barat

Biasanya tarian ini berfungsi untuk pementasan acara-acara penting. Misalnya di acara penyambutan tamu besar, pernikahan dan pada acara-acara lainnya.

Sejarah Nama Tari Kedok Ireng dan Maknanya

Seperti yang sudah disinggung dalam pembukaan di atas, bahwa tarian Jawa Barat ini memiliki arti atau makna dalam sejarah penamaannya. Makna tersebut berawal dari kenyataan bahwa manusia memiliki dua sisi kehidupan yang cukup melekat dalam dirinya yaitu baik dan buruk.

Sepanjang hidupnya, terkadang manusia seolah memiliki ibarat harus menggunakan topeng untuk menutupi identitasnya. Topeng atau yang biasa terkenal dengan sebutan “kedok” ini akan terus melekat selama manusia menjalani hidup masing-masing.

Kedok Ireng sendiri berasal dari dua kata yang mempunyai arti berbeda. Kedok memiliki arti sebagai penutup wajah dan ireng berarti hitam. Secara umum, kedok ireng mempunyai  makna gambaran hidup seorang manusia dari sisi penglihatan baik dan buruk. 

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dihadapkan pada dua sisi kehidupan selalu melekat dalam dirinya hingga maut menjemputnya. Dua sisi kehidupan inilah yang menjadi inspirasi nama dari tarian tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat tersebut.

Sekilas Gambaran dan Makna Tarian

Pada awal pertunjukan tari Kedok Ireng, tiga penari duduk bersila di tengah panggung. Mengenakan kostum berwarna cerah, mereka kemudian membungkuk sebelum berdiri dengan topeng merah muda yang telah terpasang di wajah mereka. 

Tak lama kemudian, tujuh penari lainnya muncul dari sisi panggung, melengkapi susunan formasi tari Kedok Ireng. Dengan gerakan yang lembut dan selaras, para penari berpasangan sambil mengenakan topeng. Susunan ini seolah mencerminkan keseimbangan antara sisi baik dan buruk dalam diri manusia.

Semakin lama, kesepuluh penari menampilkan gerakan yang semakin dinamis, sesekali melompat dan melemparkan selendang. Pada beberapa momen, mereka melepas topeng dan berputar dengan penuh energi. 

Formasi yang mereka buat pun tampak seolah menyapa penonton. Dengan iringan musik dari kendang dan gamelan yang berirama cepat, tarian ini menjadi semakin memikat untuk disaksikan.

Nama Kedok Ireng sendiri berasal dari dua kata dengan makna berbeda. “Kedok” berarti penutup wajah, sedangkan “Ireng” berarti hitam. Secara keseluruhan, tarian ini menggambarkan perjalanan hidup manusia yang selalu berada di antara dua sisi, baik dan buruk.

Baca Juga: Sejarah Tari Remo dari Jawa Timur, Kaya Makna dan Filosofi 

Dalam keseharian, manusia senantiasa berhadapan dengan berbagai pilihan dan keseimbangan tersebut akan terus menyertai hingga akhir hayat.

Fungsi Penggunaan Tarian

Penggunaan tari Kedok Ireng biasanya tampil dalam acara-acara tertentu seperti upacara adat, kirab, dan juga festival rakyat. Selain itu, tarian tradisional ini juga berfungsi untuk menyambut tamu-tamu besar dalam acara formal.

Keunikan dan makna yang tersirat di dalamnya ini, menjadi alasan tarian ini sering ditampilkan untuk menunjukkan salah aset budaya seni di Jawa Barat. Selain itu, tari ini juga menjadi media interaksi sosial untuk menyampaikan pesan-pesan atau makna tersirat kepada penontonnya. 

Dengan demikian, fungsi tarian ini tidak hanya sebatas untuk kesenian saja, namun juga mengandung pesan moral untuk berani membuka topeng diri masing-masing. Topeng disini mempunyai arti tersirat sebagai penutup sifat keburukan manusia.

Daya Tarik pada Gerakan Tarian

Selain memiliki daya tarik makna, tari Kedok Ireng juga memiliki daya tarik dari segi gerakannya. Hal ini dapat terlihat dari kesepuluh penari yang semakin enerjik dengan sesekali melompat dan melemparkan selendang. Di lain gerakan, mereka juga melepas topeng dan berputar-putar.

Para penari juga beberapa kali membentuk formasi seperti ingin memberikan sambutan kepada penonton. Hal ini membuat penonton merasa tersanjung dan juga terhormat.

Selain itu, kombinasi iringan musik gamelan dan kendang yang rancak membuat gerakan penari semakin enerjik dan menarik untuk disaksikan. 

Tari ini menjadi salah satu warisan budaya kesenian tradisional Jawa Barat yang harus tetap terjaga kelestariannya. Tarian tradisional yang mengandung pesan moral ini tidak hanya berfungsi sebagai tarian saja, namun juga media interaksi sosial kepada masyarakat. 

Baca Juga: Kiprah Raden Tjetje Somantri, Sang Maestro Tari

Keberadaan tari Kedok Ireng ini memberi peringatan kepada manusia bahwa setiap manusia harus berani membuka aib keburukan sendiri tanpa menutupinya layaknya topeng. Nah, sekarang apakah Anda tertarik mempelajarinya? Selamat belajar, ya! (R10/HR-Online)

Kiano dan Kenzo syuting film

Baim Wong Izinkan Kiano dan Kenzo Syuting, Ternyata Segini Bayarannya!

Anak Baim Wong dan Paula Verhoeven, Kiano Tiger Wong dan Kenzo Eldrago Wong, kini mulai terjun ke dunia hiburan, dua anak yang masih belia...
Salah eksekusi lahan di Tambun Bekasi

Komisi Yudisial Selidiki Dugaan Salah Eksekusi Lahan di Tambun Bekasi

harapanrakyat.com,- Komisi Yudisial (KY) tengah menyelidiki dugaan salah eksekusi lahan yang dilakukan Pengadilan Negeri (PN) Cikarang di Desa Setia Mekar, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten...
Klasemen Sementara Grup X

Klasemen Sementara Grup X Babak 6 Besar Liga Nusantara, PSGC Ciamis di Posisi 3

harapanrakyat.com,- PSGC Ciamis telah melakoni dua laga pada babak 6 besar klasemen sementara grup X Liga Nusantara musim 2024-2025. Dari hasil dua pertandingan tersebut,...
Rumah rusak tertimpa pohon pete di Tasikmalaya

Jumhadi Lari Selamatkan Diri dari Pohon Pete yang Tumbang di Tasikmalaya, tapi Rumah dan Kandang Dombanya Rusak

harapanrakyat.com,- Jumhadi seorang lansia asal Kampung Bantarsari, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, bercerita tentang bagaimana ia berlari keluar rumah saat mendengar...
Raffi Ahmad dan Nia Ramadhani

Momen Raffi Ahmad dan Nia Ramadhani Pelukan Saat Menang Tanding Tenis Panen Hujatan

Nama Raffi Ahmad dan Nia Ramadhani belakangan ramai jadi perbincangan usai pertandingan “Lagi Lagi Tenis Internasional” yang digelar pada Minggu (9/2/2025). Alih-alih menang dapat...
Muhammadiyah tetapkan 1 Ramadhan pada 1 Maret 2025

Resmi! Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan Jatuh Tanggal 1 Maret 2025

harapanrakyat.com,- Muhammadiyah secara resmi menetapkan 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025. Di kesempatan yang sama, Muhammadiyah juga menetapkan Idulfitri...