Batu nisan merupakan sebuah simbol peringatan abadi untuk menandai tempat peristirahatan terakhir seseorang setelah proses penguburan jenazah. Sejarah batu nisan sangat menarik untuk diulas karena memiliki peran penting sebagai tanda untuk mengenang orang-orang terkasih.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Huristak, Interaksi Budaya Dunia
Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan batu nisan telah berkembang sesuai dengan kepercayaan budaya dan agama yang berbeda-beda. Untuk itu, dalam postingan artikel ini, akan mengupas evolusi batu nisan di berbagai perspektif budaya dan agama.
Sekilas Sejarah Batu Nisan
Batu nisan berfungsi sebagai tanda atau lokasi pemakaman seseorang sejak tahun 3.000 sebelum Masehi. Setelah pertengahan tahun 1600-an, benda ini sudah umum berada di halaman gereja dan kuburan.
Pada awalnya batu nisan hanya untuk kalangan menengah dan atas. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan agama Protestan, batu ini menjadi bagian penting untuk pemakaman bagi semua orang.
Menginjak tahun 1900-an, batu nisan berfungsi sebagai penutup peti mati dan meletakkannya di atas kuburan. Beberapa kuburan juga mempunyai batu tersebut untuk menandai batas kuburan dari kepala sampai ke kaki.
Saat ini, istilah batu nisan berguna untuk untuk mengenang seseorang yang telah meninggal. Di di dalam batu nisan tersebut biasanya tertulis nama, tanggal lahir, dan juga tanggal kematiannya.
Perspektif Budaya dan Agama tentang Batu Nisan
Sejarah batu nisan memainkan peran penting untuk berfungsi sebagai upacara dan tradisi keagamaan setelah pemakaman atau kremasi. Walaupun masing-masing agama mempunyai adat penguburannya sendiri, tujuan batu nisan adalah sebagai penanda rasa hormat terhadap jenazah.
Dalam tradisi Yahudi, tidak ada pedoman ketat terkait penandaan batu nisan. Namun, dalam pemakaman mereka memakai aturan penandaan meliputi: nama orang yang meninggal, tanggal lahir, kematian, dan juga hubungan keluarga.
Setelah masa berduka, mereka mengadakan upacara pembukaan makam dalam waktu satu tahun setelah kematian. Biasanya, tugu peringatan kematian Yahudi dengan menggunakan kain kasa tertutup hingga saat itu.
Selama upacara ini, kerabat atau saudara mendiang juga meletakkan batu-batu kecil pada batu nisan ini untuk sebagai wujud kunjungan ke makam.
Sementara itu, bagi orang muslim, ada yang menggunakan batu nisan untuk menandai kematian seseorang, namun ada juga yang tidak memakai sekalipun. Jadi, setelah penguburan hanya berupa gundukan tanah saja.
Baca Juga: Situs Megalitik Tutari Peradaban Purba di Tanah Papua
Bahan Batu Nisan di Berbagai Era dan Daerah
Sepanjang sejarah batu nisan, setiap era dan juga daerah menggunakan berbagai bahan nisan yang berbeda. Di wilayah Amerika Utara, selama periode tahun 1861 dan 1873, batu nisan berbahan kayu banyak digunakan. Fungsi batu tersebut sebagai penanda makam prajurit Perang Saudara.
Namun, seiring berkembangnya zaman, bahan marmer muncul sebagai pilihan favorit mereka karena lebih awet dan tahan lama. Marmer juga merupakan pilihan populer untuk batu nisan di wilayah Yunani karena estetikanya. Akan tetapi, pada akhirnya terkuak fakta bahwa marmer tidak ideal untuk mengenang orang yang meninggal karena batu yang lunak.
Pada era Victoria, terjadi pergeseran popularitas bahan nisan menggunakan bahan granit yang terkenal karena ketahanannya yang sangat luar biasa. Bahkan hingga saat ini, granit tetap menjadi salah satu bahan favorit untuk nisan, selain perunggu.
Seperti diketahui bahwa selama abad ke-10 dan ke-11, beberapa negara seperti di Mesir, Prancis, Jerman, Yunani, India, dan Italia telah memanfaatkan perunggu untuk membuat tugu peringatan kematian.
Arti Simbol Budaya dan Agama pada Batu Nisan
Sejarah batu nisan juga terkait dengan arti simbol batu yang bervariasi di berbagai budaya. Simbol ini melambangkan hubungan yang erat kaitannya dengan agama, budaya, dan warisan. Beberapa contohnya meliputi:
- Jangkar yaitu simbol keteguhan yang biasa umat Kristen gunakan sebagai representasi terselubung dari salib.
- Buku atau Gulungan yaitu sebagai simbol keimanan, khususnya bagi para penginjil.
- Simbol Hewan seperti singa sering terdapat pada batu nisan Yahudi yang melambangkan keberanian dan melindungi kuburan dari roh jahat.
- Roda Dharma yaitu budaya Asia yang menandakan simbol pencerahan dalam agama Buddha.
- Bintang dan Bulan Sabit yang telah menjadi simbol di Agama Islam meskipun Al Quran menentang gambar atau simbol tersebut. Simbol ini melambangkan hubungan dengan orang terkasih yang telah meninggal dengan iman Islam.
Baca Juga: Sejarah Situs Gua Harimau, Warisan Peradaban Masa Lampau
Demikian sejarah batu nisan di berbagai budaya dan agama yang dapat menjadi referensi Anda. Terlepas dari perbedaan budaya dan juga agama, fungsi batu nisan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengenang orang terkasih yang telah meninggal. Peranan batu peringatan ini sangat penting untuk memberikan tanda penghormatan dan peristirahatan terakhir seseorang. (R10/HR-Online)