Ilustrasi. Foto: Ist/Net
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Sebanyak 240 orang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Langkaplancar, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran, Propinsi Jawa Barat, terpaksa belajar di salah satu rumah warga dan Kantor Desa Karangkamiri. Hal itu dilakukan lantaran jarak antara rumah ke 240 orang siswa asal Desa Karang Kamiri dan Cimanggu dengan sekolah cukup jauh, karena berada di Desa Cisarua.
Terlebih, jarak yang harus ditempuh ke 240 siswa dari Desa Karang Kamiri ke sekolah yang berlokasi di Desa Cisarua mencapai tiga sampai empat kilometer. Sayangnya, selain masalah jarak, para siswa juga kesulitan mendapatkan moda transportasi umum.
Nana, warga RT 02 RW 01, Dusun Bangunsari, Desa Karangkamiri, ketika ditemui Koran HR, pekan lalu, menyayangkan kondisi tersebut. Menurut dia, karena masalah jarak, siswa-siswi asal Desa Karangkamiri terpaksa tidak belajar di sekolah, tapi justru belajar di kantor desa dan rumah warga.
“Harusnya, pemerintah mengkaji dengan benar pada saat awal membangun sekolah tersebut. Sekarang begini jadinya, bangunan sekolah justru kurang bermanfaat karena lokasinya jauh. Dari sisi rasio, jumlah siswa yang belajar disini (kantor desa dan rumah warga) lebih banyak ketimbang jumlah siswa yang belajar di sekolah,” kata Nana.
Nana berharap, Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran segera mencari jalan keluar untuk menghadapi persoalan tersebut. Dia juga ingin, meski wilayah Kecamatan Langkaplancar berada di pegunungan, pendidikan bagi generasi penerus bangsa harus tetap yang terbaik dan berkualitas.
Sekretaris Desa Karangkamiri, Ara, ketika ditemui Koran HR, akhir pekan lalu, membenarkan, selama hampir lima tahun ini sejumlah siswa-siswi SMPN 2 Langkaplancar terpaksa belajar di kantor desanya. Dia menyebutkan, siswa-siswi yang belajar disana diantaranya 38 orang siswa kelas VII, 47 orang siswa kelas VIII, 50 orang siswa kelas IX, dan sisanya menempati rumah warga.
“Kami kasihan kepada siswa dan guru. Kami juga yakin, proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal karena terganggu dengan kegiatan pelayanan di desa. Apalagi kalau kebetulan di desa sedang ada kegiatan,” katanya.
Ara tidak memungkiri, pihaknya merasa tidak enak lantaran kegiatan yang digelar pihak desa kerap menimbulkan suara gaduh. Menurut dia, kemungkinan besar hal itu menganggu kegiatan belajar mengajar para siswa.
Namun demikian, Ara menandaskan, pihaknya bersedia untuk menyiapkan lahan seandainya Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran ingin mendirikan SMP di wilayah Desa Karang Kamiri. Apalagi, selama ini warga Desa Karang Kamiri sangat mengharapkan adanya SMP.
“Nanti, calon siswanya pasti banyak. Karena di wilayah ini sedikitnya ada sebelas sekolah dasar. Belum lagi dari sekolah dasar yang ada di wilayah Desa Sidamulih, Pamarican,” ujarnya.
Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Langkaplancar, Yoyo Heryadi, S.Pd, ketika ditemui Koran HR, mengaku prihatin dengan kondisi yang dialami siswa-siswi SMPN 2 Langkaplancar yang berasal dari Desa Karang Kamiri dan Cimanggu.
“Kami juga berharap pemerintah daerah segera mengambil tindakan. Apalagi ini berhubungan dengan masalah pendidikan,” pungkasnya. (Andri/Koran-HR)