Rabu, April 9, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Perjanjian Bongaya, Awal Dominasi VOC di Sulawesi

Sejarah Perjanjian Bongaya, Awal Dominasi VOC di Sulawesi

Sejarah Perjanjian Bongaya adalah tonggak penting dalam sejarah hubungan antara Kerajaan Gowa dan VOC di abad ke-17. Konflik ini bermula dari keinginan VOC memonopoli perdagangan di wilayah Makassar. Sultan Hasanuddin, penguasa Gowa, menolak keras monopoli tersebut, memicu perang yang berlangsung dari 1666 hingga 1669.

Baca Juga: Sejarah Perjanjian Renville, Pemicu Berdirinya NII di Tasikmalaya

Perjanjian Bongaya menjadi saksi perjuangan Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan, melawan VOC. Kesepakatan ini memuat berbagai tuntutan VOC sebagai konsekuensi atas kekalahan Kerajaan Gowa. Perang tersebut berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Bongaya oleh Sultan Hasanuddin.

Latar Belakang Sejarah Perjanjian Bongaya 

Perjanjian Bongaya berawal dari kehadiran VOC di Sulawesi Selatan. VOC ingin memonopoli perdagangan di Makassar yang merupakan jalur strategis menuju Maluku. Kerajaan Gowa yang Sultan Hasanuddin pimpin, menolak kehadiran VOC dan memicu konflik panjang. 

Ketegangan semakin meningkat karena VOC memanfaatkan perselisihan antara Gowa dan Kerajaan Bone. VOC bekerja sama dengan Arung Palaka, pangeran Bone yang memberontak melawan Gowa. Kondisi ini semakin memperburuk hubungan antara Gowa dan suku Bugis. 

VOC menerapkan strategi devide et impera untuk melemahkan kekuatan Gowa. Dengan dukungan Bone dan kekuatan militer VOC, konflik semakin intens. Perlawanan Gowa akhirnya berujung pada penandatanganan Perjanjian Bongaya. Inilah yang melatarbelakangi awal mula sejarah Perjanjian Bongaya.

VOC dan Arung Palaka, Sekutu dalam Peperangan 

Pada 1660, Arung Palaka memimpin pasukan Bone menyerang Gowa, namun gagal. Ia melarikan diri ke Batavia dan bergabung dengan tentara VOC. Di Batavia, Arung Palaka menunjukkan kemampuan militernya dan menjadi prajurit yang VOC andalkan. 

VOC menyadari pentingnya mendukung Arung Palaka untuk memperlemah Gowa. Pada 1666, VOC mengerahkan 21 kapal dan pasukan gabungan untuk menyerang Gowa. Mereka membawa prajurit Eropa, serdadu Ambon, dan pasukan Bone di bawah pimpinan Cornelis Speelman. 

Pasukan VOC bersama Arung Palaka berhasil menguasai beberapa wilayah strategis Gowa. Terlebih lagi, serangan ini mempersempit kendali Sultan Hasanuddin dan melemahkan pertahanan Gowa. 

Rangkaian Perang dan Perebutan Benteng Gowa 

Pada 22 Agustus 1667, Arung Palaka merebut Benteng Galesong dengan kerugian besar bagi Gowa. Lebih dari 1.000 orang tewas dalam pertempuran itu. Pada bulan September, gabungan pasukan Belanda, Bone, Buton, dan Ternate menyerang Barombong. Serangan dari laut dan darat memaksa Barombong menyerah. 

VOC dan Arung Palaka melanjutkan serangan ke Benteng Panakkukang pada 7 November 1667. Setelah kemenangan ini, Somba Opu, benteng utama Kerajaan Gowa, menjadi target berikutnya. Sultan Hasanuddin akhirnya menerima tawaran perundingan damai karena korban terus berjatuhan dari pihak Gowa. 

Baca Juga: Korte Verklaring, Perjanjian Raja Jawa dengan Belanda yang Merugikan

Pada 18 November 1667, Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya. Sejarah Perjanjian Bongaya bermula saat VOC memantapkan dominasinya di Sulawesi Selatan. 

Isi dan Dampak Perjanjian Bongaya 

Perjanjian Bongaya terdiri dari 30 pasal yang berfokus pada aspek militer, ekonomi, dan politik. Beberapa poin penting memaksa Gowa mengakui monopoli VOC di Makassar. Gowa juga harus membayar ganti rugi perang dan hanya boleh berhubungan dengan VOC. 

Dari keseluruhan isi perjanjian tersebut, ada enam poin utama yang dapat dirangkum sebagai berikut: 

  1. Makassar harus menerima dan mengakui monopoli perdagangan yang VOC kuasai.
  2. Wilayah kekuasaan Makassar dipersempit, menyisakan hanya area inti Kerajaan Gowa.
  3. Gowa wajib membayar ganti rugi sebagai kompensasi akibat perang.
  4. Sultan Hasanuddin harus mengakui Arung Palaka sebagai penguasa sah Kerajaan Bone.
  5. Gowa tertutup untuk semua pihak asing, kecuali untuk perwakilan dan pedagang VOC.
  6. Semua benteng pertahanan Gowa harus dihancurkan, kecuali Benteng Rotterdam yang akan VOC kuasai.

Sejarah Perjanjian Bongaya menandai berakhirnya kedaulatan Gowa sebagai kekuatan besar di Sulawesi. Perjanjian ini juga memperkuat posisi VOC dalam menguasai jalur perdagangan di Nusantara. 

Perjanjian Bongaya menunjukkan bagaimana konflik internal dapat dimanfaatkan pihak luar untuk kepentingan mereka. Terlebih lagi, VOC memanfaatkan perselisihan antara Gowa dan Bone untuk memperluas kekuasaan.

Kolaborasi VOC dengan Arung Palaka menjadi contoh taktik politik yang efektif. Sejarah ini mengajarkan pentingnya persatuan dalam menghadapi ancaman eksternal dan strategi diplomasi. 

Kuatnya Strategi VOC

Perjanjian Bongaya adalah bukti kuatnya strategi VOC dalam memperluas kendali di. Gowa, yang awalnya menolak VOC, akhirnya harus tunduk setelah serangkaian kekalahan. Perjanjian ini membawa dampak besar bagi struktur kekuasaan di Sulawesi dan memperkuat dominasi VOC di wilayah tersebut. 

Baca Juga: Sejarah Diplomasi Indonesia Pondasi Kebijakan Luar Negeri

Meskipun Perjanjian Bongaya mengakhiri perlawanan Gowa, semangat Sultan Hasanuddin tetap menjadi inspirasi. Ia dikenang sebagai pahlawan yang berjuang keras mempertahankan kehormatan kerajaannya hingga akhir. Sejarah Perjanjian Bongaya terus hidup sebagai simbol perjuangan dan perlawanan terhadap kolonialisme. (R10/HR-Online)

Bocah SD petasan

Tangan Bocah SD di Kota Banjar Alami Luka Berat Usai Terkena Ledakan Petasan

harapanrakyat.com,- Nasib malang menimpa salah satu bocah berinisial RR (10), di Dusun Sindangmulya, Desa Kujangsari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat. Dua jari tangan...
pemutihan pajak kendaraan

Manfaatkan Program Pemutihan Pajak Kendaraan, Ribuan Warga Padati Samsat Ciamis 

harapanrakyat.com,- Manfaatkan program pemutihan pajak di hari pertama buka setelah libur Lebaran, kantor Samsat Ciamis dipadati masyarakat yang ingin membayar pajak kendaraan bermotor (PKB),...
Film Pabrik Gula

Jumlah Penonton Film Pabrik Gula Tembus 2 Juta Lebih Selama Libur Lebaran

Sejak hari pertama penayangan film Pabrik Gula pada Idulfitri 2025, hingga kini jumlah penonton film horor terbaru garapan MD Pictures itu sudah mencapai 2...
mutasi masuk kendaraan

Jabar Gratiskan Pajak Kendaraan untuk Mutasi Masuk, Kepala P3DW Ciamis Beri Pesan Ini untuk Masyarakat 

harapanrakyat.com,- Dalam rangka meningkatkan PAD di sektor pajak kendaraan bermotor (PKB), Gubernur Jabar Dedi Mulyadi mengeluarkan surat edaran tentang imbauan mutasi masuk kendaraan bermotor...
Sampah jadi sorotan

32 Ton Sampah Sehari Saat Musim Liburan di Pangandaran Jadi Sorotan, Begini Langkah Bupati 

harapanrakyat.com,- Bupati Pangandaran Citra Pitriyami menyebut akan mendiskusikan dan mengevaluasi penanganan limbah dan sampah. Apalagi soal sampah kini menjadi sorotan publik yang mana mengalami...
Pasca Lebaran, Pemohon AK 1 ke Disnaker Ciamis Meningkat

Pasca Lebaran, Pemohon AK 1 ke Disnaker Ciamis Meningkat

harapanrakyat.com,- Pasca libur lebaran Idul Fitri 1446 Hijriah, pemohon kartu pencari kerja atau AK 1 ke Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Ciamis, Jawa Barat, meningkat...