Sejarah Kerajaan Wengker berdiri di wilayah Kabupaten Ponorogo. Kerajaan ini memiliki wilayah kekuasaan yang membentang dari sebelah barat Gunung Wilis, hingga bagian timur Gunung Lawu.
Baca Juga: Sejarah Ratu Shima Jepara, Penguasa Kerajaan Kalingga
Di samping itu, wilayah kekuasaan Kerajaan ini meliputi, Surakarta, Pacitan, Trenggalek, dan Karesidenan Madiun. Semasa kejayaannya, Kerajaan Wengker memiliki pengaruh yang sangat besar di wilayah-wilayah tersebut.
Mengenal Sejarah Kerajaan Wengker di Kabupaten Ponorogo
Kerajaan Wengker memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan kebudayaan dan pemerintahan di Kabupaten Ponorogo. Kerajaan ini, meninggalkan warisan budaya yang berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat setempat.
Legenda Kerajaan Wengker
Ketut Wijaya (986-1037) merupakan sosok pendiri Kerajaan Wengker. Ia adalah seorang pendatang dari Jawa Tengah yang mengikuti Mpu Sindok memindahkan Kerajaan Mataram Kuno.
Kerajaan Wengker berasal dari bahasa jawa “wêwêngkon kang angkêr” yang berarti wilayah menakutkan. Penamaannya ini, karena banyak bandit di wilayah Kerajaan Wengker, terutama Gunung Lawu dan Gunung Wilis.
Sejarah Kerajaan Wengker, pernah menjadi wilayah yang memberontak terhadap Raja Airlangga dari Kediri. Akibatnya, kerajaan ini runtuh dan menjadi bawahan dari Kerajaan Majapahit.
Meskipun berada di bawah kepemimpinan Majapahit, Kerajaan Wengker tetap diberikan hak otonomi. Hak tersebut memungkinkan Kerajaan untuk menjalankan sistem pemerintahan secara mandiri.
Pusat Kerajaan Wengker, terletak di Kecamatan Jetis dan Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo. Kerajaan ini memiliki akses yang sangat sulit, karena kondisi topografinya yang berbukit-bukit.
Rakyat Kerajaan Wengker menganut agama Hindu. Tercatat dalam sejarah, penduduknya sering melakukan ritual mistis. Di samping itu, penduduk juga seringkali memberikan sesajen pada penguasa tempat-tempat keramat.
Seni Budaya Kerajaan Wengker
Sejarah Kerajaan Wengker memiliki warisan budaya yang kaya akan tradisi dan bernilai tinggi. Salah satunya adalah kesenian Reog. Kesenian ini merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan Kerajaan Wengker.
Dahulu kala, Reog berguna sebagai latihan perang dengan iringan gamelan. Dengan demikian, suasana yang tercipta menjadi khas dan menegangkan.
Kisah Reog berkaitan dengan pertentangan antara Wengker dan Majapahit. Dalam kisah ini, Ki Ageng Kutu menjadi pimpinan Kerajaan Wengker. Sementara, Majapahit dipimpin oleh Bhre Kertabumi, Prabu Brawijaya V.
Dengan demikian, Reog tidak hanya menjadi hiburan saja. Namun juga menggambarkan sejarah dan perjuangan Kerajaan terdahulu.
Selanjutnya adalah kesenian Warok. Nama Warok merupakan gelar yang biasanya digunakan oleh Raja Kerajaan Wengker. Gelar tersebut sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Prabu Jaka Bagus (Sri Gasakan) tahun 941 M.
Seiring berjalannya waktu, makna ini berubah menjadi gelar kehormatan bagi seseorang yang menguasai ilmu kanuragan. Dulunya, para warok memegang peranan penting sebagai pelindung wilayah Kerajaan Wengker.
Terakhir, kesenian Gemblak yang menjadi tradisi bagi para penyandang gelar Warok. Tradisi tersebut mengharuskan pelaku untuk menunda pernikahan atau tidak menjalin hubungan dengan wanita.
Peninggalan Arkeologi
Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Wengker ini, menjadi jejak sejarah yang memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan di masa lalu. Peninggalan arkeologi dapat berupa artefak, struktur, ataupun berbagai penemuan situs.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama Nusantara
Prasasti Pucangan
Jejak sejarah ini, tertulis pada tahun 963 Saka atau November 1041 oleh Airlangga. Prasasti Pucangan terbagi menjadi dua bagian. Sebagian menggunakan bahasa Sansekerta, sedangkan lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.
Prasasti berbahasa Jawa Kuno berkaitan tentang kerja sama antara Kerajaan Wengker, Kerajaaan Sriwijaya, dan Kerajaan Lwaram dalam mengakhiri kekuasaan Dharmawangsa Teguh. Peninggalan bersejarah ini terkenal dengan nama Calcutta Stone.
Prasasti Mruwak
Peninggalan bersejarah ini ditemukan di wilayah Desa Mruwak yang berangka tahun 1108 saka atau 1186 M. Prasasti Mruwak berisi tentang asal usul keluarga Kerajaan Wengker.
Di dalamnya tertulis bahwa Sri Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu, merupakan keturunan dari Raja Dharmawangsa Teguh. Hadirnya prasasti ini, berguna untuk memperingati masa pemerintahannya yang berlangsung sejak tahun 1186 hingga 1204 M.
Prasasti Sirah Keting
Peninggalan bersejarah ini, dikeluarkan oleh Sri Jayawarsa pada 8 November 1204 M. Prasasti Sirah Keting berada di wilayah Ponorogo.
Di dalam peninggalan bersejarah tersebut, memuat informasi tentang Raja Sri Jayawarsa yang memberikan beberapa hak istimewa kepada Marjaya. Hal tersebut, sebagai bentuk kebaktiannya kepada sang Raja.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Bolaang Mongondow dan Masa Kejayaannya
Sejarah Kerajaan Wengker memiliki peran penting dalam perkembangan pemerintahan di Kabupaten Ponorogo. Kerajaan ini meninggalkan beberapa prasasti penting yang menggambarkan kehidupan di masa lampau. (R10/HR-Online)