Pada tahun 2011, Desa Nanggerang, Kecamatan Binong, Kabupaten Subang, mendadak ramai oleh pengunjung yang merupakan sejarawan dan budayawan Jawa Barat. Pasalnya, terdapat penemuan penting di wilayah tersebut yang berkaitan dengan sejarah Nyai Subang Larang.
Baca Juga: Sejarah Pangeran Jayakarta Jadi Buronan Belanda
Berbagai benda bersejarah, tersebar di hutan Muara Jati dan Teluk Agung yang populer dengan nama Astana Panjang. Kini, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar menjadikan wilayah tersebut sebagai cagar budaya baru.
Sejarah Nyai Subang Larang Sosok Pendamping Prabu Siliwangi
Nyai Subang Larang adalah tokoh yang kisahnya tercatat dalam Carita Purwaka Caruban Nagari, sebuah karya dari Arya Cerbon. Ia adalah putri dari seorang tokoh penting yang menjabat sebagai syahbandar pelabuhan di utara Jawa Barat.
Nyai Subang Larang Menikah dengan Pamanah Rasa
Nyai Subang Larang adalah putri dari Ki Gedeng Tapa. Ia lahir pada tahun 1404, dengan nama asli Kubang Kencana Ningrum.
Dalam catatan sejarah, Ki Gedeng Tapa bersahabat dekat dengan Syekh Hasanuddin. Suatu ketika, Syekh Hasanuddin mendirikan pesantren bernama Quro di Pura, Desa Talagasari, Karawang.
Kemudian, Ki Gedeng Tapa menitipkan Nyai Subang Larang untuk memperdalam agama Islam kepada Syekh Hasanuddin. Di tempat itulah, Nyai Subang Larang belajar Islam selama 2 tahun.
Syekh Hasanuddin atau Syekh Quro, memberikan gelar Sub Ang Larang kepada Nyai Subang Larang. Gelar tersebut memiliki arti pahlawan berkuda.
Tahun 1420, sejarah Nyai Subang Larang kembali ke Muara Jati. Saat itu, Ki Gedeng Larang menyelenggarakan sayembara tarung satria. Sebagai imbalan, pemenangnya berhak untuk menjadi suami dari putrinya.
Dalam sayembara itu, Pamanah Rasa menjadi pemenang yang berhak memperistri Nyai Subang Larang. Keduanya kemudian menikah di pesantren milik Syekh Hasanuddin.
Dalam sumber lain, ada pula yang menyebutkan bahwa Pamanah Rasa jatuh cinta setelah mendengar Nyai Subang Larang mengaji. Argumen tersebut mematahkan kisah Pamanah Rasa yang menikah karena memenangkan sayembara.
Pamanah Rasa Memboyong Nyai Subang Larang ke Keraton Pakuan Pajajaran
Setelah berperang melawan Amuk Marugul dari Nagari Japura, Pamanah Rasa pergi ke Pakuan, Kerajaan Sunda. Di sana, ia bertemu dengan Kentring Manik Mayang Sunda.
Kentring Manik merupakan putri dari Prabu Susuk Tunggal. Ia juga merupakan adik dari Amuk Marugul. Pamanah Rasa kemudian menikahi Kentring Manik.
Setelah pernikahannya berlangsung, Pamanah Rasa menjadi putra mahkota yang diangkat langsung oleh Prabu Susuk Tunggal. Hal tersebut, karena Pamanah Rasa lebih cakap daripada Amuk Marugul.
Baca Juga: Sejarah Pangeran Antasari, Pemimpin Perang Banjar
Pamanah Rasa kemudian memboyong Nyai Subang Larang untuk tinggal di Keraton Pakuan Pajajaran (Bogor). Seiring berjalannya waktu, Pamanah Rasa diangkat menjadi raja yang bergelar Prabu Siliwangi.
Keturunan Nyai Subang Menjadi Tokoh Penyebaran Islam
Semasa hidupnya, Sejarah Nyai Subang Larang mendirikan pesantren dengan nama Kobong Amparan Alit. Pesantren tersebut berada di Teluk Agung yang kini terkenal dengan nama Desa Nanggerang, Kecamatan Binong.
Sebagai informasi, Nyai Subang Larang memiliki tiga orang anak. Di antaranya, Raden Walangsungsang, Nyai Lara Santang, dan Raja Sangara.
Pada tahun 1441, Nyai Subang Larang wafat di Keraton Pakuan. Sementara jenazahnya kemudian dimakamkan di Muara Jati.
Sepeninggal Nyai Subang Larang, ketiga anaknya keluar dari Keraton Pakuan untuk memperdalam ilmu agama Islam. Ketiga anaknya kemudian memegang peran penting yang mengubah wilayah Jawa Barat menjadi daerah penyebaran Islam.
Pangeran Walangsungsang menjadi penguasa di wilayah Cirebon. Ia juga merupakan tokoh penting yang memegang peran dalam berdirinya Kesultanan Cirebon.
Sementara itu, Lara Santang memiliki anak bernama Syarif Hidayatullah. Di kemudian hari, Syarif Hidayatullah terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Seperti yang sudah diketahui, Sunan Gunung Jati merupakan tokoh Wali Songo yang berperan dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Selanjutnya, Raja Sangara terkenal dengan nama Kian Santang. Di kemudian hari, Kian Santang terkenal dengan nama Syekh Sunan Rohmat Suci.
Menurut legenda yang beredar, Prabu Siliwangi memilih untuk meninggalkan Keraton Pakuan dan kemudian menghilang di Hutan Sancang. Hutan tersebut terletak di wilayah selatan Garut. Di sana, ia memeluk Islam di hadapan putranya sendiri, Kian Santang.
Baca Juga: Sejarah Nyi Ageng Serang Pahlawan Ahli Siasat Perang
Sejarah Nyai Subang Larang merupakan istri dari Prabu Siliwangi. Semasa hidupnya, Nyai Subang Larang terus melakukan dakwah Islam dengan membuat sebuah pesantren bernama Kobong Amparan Alit. (R10/HR-Online)