harapanrakyat.com,- Sejumlah pedagang di pasar tradisional Kota Banjar, Jawa Barat, dan pedagang kaki lima (PKL) mengungkapkan kondisi sepinya pembeli. Hal itu berdampak terhadap omzet penjualan pedagang yang turun sekitar 60-80 persen.
Baca Juga: Pedagang Pasar Banjar Tak Keberatan Retribusi Naik, Cuma Penjualan Sepi
Tak hanya itu, sejumlah pedagang pakaian di Pasar Banjar pun terpaksa menutup kios jualannya karena sepinya pembeli.
Salah seorang pedagang pakaian, Agus Heryanto, mengatakan, saat ini kondisi omzet penjualan khususnya di bidang pakaian turun drastis antara 60 hingga 80 persen.
Kondisi tersebut berlangsung sejak masa pandemi Covid-19. Namun menurutnya, penurunan omzet yang paling parah mulai terjadi dalam waktu satu tahun ini.
“Menurun drastis. Dulu yang berbelanja itu banyak, sekarang 60 persen nggak ada. Kadang pedagang sampai ada yang zonk, jualan tapi nggak dapat duit,” tutur Agus kepada harapanrakyat.com, Kamis (10/10/2024).
Lanjutnya menyebutkan, menurunnya omzet penjualan pedagang tidak hanya dirasakan olehnya saja, tetapi hampir semua pedagang pakaian. Beberapa pedagang bahkan sampai menutup kios jualannya.
Agus pun mengaku saat ini tidak lagi menggunakan karyawan untuk melayani pembeli. Belanja barang juga berkurang, dari sebelumnya dua minggu sekali, sekarang hanya dua bulan sekali.
“Dulu mah ada 2 orang karyawan, sekarang nggak ada, buat sendiri saja sulit. Belanja juga berkurang, dulu dua minggu sekali, sekarang saya dua bulan sekali itu juga maksain,” ungkap Agus Heryanto.
Baca Juga: Satpol PP Kota Banjar Peringatkan PKL yang Berjualan di Jalur Pedestrian
Omzet Penjualan Pedagang Sayur dan PKL di Kota Banjar Lesu
Kondisi menurunnya daya beli masyarakat rupanya tak hanya dialami oleh pedagang pakaian, tapi juga pedagang sayuran dan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di tempat publik.
Salah seorang pedagang sayur Erik mengatakan, saat ini kondisi di pasar, khususnya untuk sayur dan kebutuhan pokok sedikit menurun, meskipun tidak signifikan.
Sejumlah komoditas yang mengalami penurunan daya beli itu di antaranya cabai rawit merah dan daging ayam broiler. Karena dua komoditas tersebut mengalami kenaikan harga.
Adapun untuk komoditas kebutuhan pokok dan aneka sayuran yang lain, menurut Erik, masih dalam keadaan stabil dan harganya masih terjangkau.
“Penurunan daya beli ada, sekarang seperti harga ayam potong naik, pembelinya agak kurang. Belanja juga ada pengurangan, biasanya 10 kilogram kini hanya 7 kilogram,” katanya.
“Tapi itu untuk barang tertentu saja, seperti cabai rawit sekarang 8.000 rupiah per kilogram, daging ayam 34 ribu rupiah. Kalau barang yang lain masih stabil seperti biasa,” terang Erik menambahkan.
Terpisah, Jasan, salah seorang pedagang kaki lima di Taman Kota Banjar, juga menyampaikan adanya penurunan omzet penjualan dalam beberapa tahun kebelakang sampai sekarang ini.
Menurut Jasan, omzet penjualan es kelapa muda miliknya sebelum adanya pandemi Covid-19 bisa mencapai Rp 500-Rp 800 ribu per hari. Namun sekarang hanya Rp 100 ribu per hari, bahkan kadang tidak sampai Rp 100 ribu.
Baca Juga: Harga Daging Ayam di Pasar Kota Banjar Tinggi, Pedagang Sepi Pembeli
Ia pun mengaku masih bertahan sampai sekarang ini, meskipun terkadang harus pindah lokasi ke tempat yang lebih ramai di kawasan Banjar Water Park. Agar omzet penjualannya bisa tetap terjaga.
“Omzet penjualan lagi sepi dari mulai Covid sampai sekarang menurun drastis. Sekarang paling 100 ribu rupiah ke bawah. Saya kalau hari Minggu pagi pindah ke BWP, di sana agak mendingan pembelinya,” tutur Jasan.
Indeks Daya Beli Masyarakat Alami Penurunan
Indeks daya beli masyarakat di Kota Banjar pada beberapa kebutuhan pangan alami deflasi atau penurunan harga secara bulanan minus 2,32 persen.
Sebelumnya pada pada bulan Juli dan Agustus lalu, juga mengalami deflasi 0,04 persen berdasarkan data indeks perkembangan harga.
Kondisi deflasi itu disampaikan Kabag Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Banjar, Tatang Nugraha, pada Senin 7 Oktober 2024 lalu.
Ia menyebutkan, bulan September 2024, Kota Banjar mencatatkan deflasi secara bulanan minus 2,32 persen.
Baca Juga: Satgas Pangan Sidak ke Pasar Kota Banjar Soal Harga Kebutuhan Pokok
Kondisi tersebut berdasarkan Indeks Perkembangan Harga bulan September 2024. Sebelumnya pada pada bulan Juli dan Agustus lalu juga mengalami deflasi 0,04 persen berdasarkan data indeks perkembangan harga. (Muhlisin/R3/HR-Online/Editor: Eva)