Sejarah Nyi Ageng Serang merupakan sosok pahlawan terkenal yang dikenang dengan sebuah monumen penting. Monumen tersebut berada di pusat kota Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Baca Juga: Sejarah Ratu Shima Jepara, Penguasa Kerajaan Kalingga
Monumen Nyi Ageng Serang menampilkan sosoknya yang sedang menaiki kuda sambil membawa tombak. Hal tersebut membuktikan bahwa Nyi Ageng Serang memiliki perjuangan yang sangat besar bagi Indonesia.
Sejarah Nyi Ageng Serang sebagai Pahlawan yang Gigih dan Berani
Raden Ayu Serang atau Nyi Ageng Serang merupakan sosok yang penting dalam sejarah perjuangan Indonesia. Ia merupakan pejuang wanita yang gigih dan berani dalam melawan perlakuan kejam Belanda.
Profil Singkat
Nyi Ageng Serang merupakan seorang putri dari Pangeran Notoprojo yang terlahir pada tahun 1752. Ia terkenal dengan nama Raden Ajeng Kustiah Retno Adi. Sebagai seorang tokoh pejuang, sang Nyai memiliki peran yang sangat penting dalam melawan penjajahan Belanda.
Nyi Ageng Serang terkenal sebagai sosok yang mengajarkan agama Islam. Ia juga memiliki pemahaman mendalam tentang hakikat Tuhan, manusia, dan semangat patriotisme.
Ajaran-ajarannya mengenai agama, nilai-nilai sosial, dan politik saling terhubung dan tak terpisahkan. Ia meyakini bahwa Tuhan hadir dalam alam semesta dan hanya manusia terpilih yang mampu menyatu dengan rencana dan kehendak-Nya
Di antara sejarah keturunan Nyi Ageng Serang, terdapat sosok yang juga diakui sebagai Pahlawan Nasional. Sosok tersebut adalah Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara.
Menurut sejarah, Nyi Ageng Serang masih merupakan keturunan dari Sunan Kalijaga. Ayahnya bernama Pangeran Ronggo Seda Jajar yang terkenal dengan julukan Panembahan Senopati Notoprojo.
Panembahan Senopati Notoprojo merupakan seorang Bupati Serang. Wilayah tersebut berada di sebelah utara Kota Solo, Jawa Tengah.
Nyi Ageng Serang menjalani dua kali pernikahan. Ia menikah dengan Hamengkubuwana II dan Pangeran Serang I yang memiliki nama asli Pangeran Mutia Kusumowijoyo.
Sang Nyai memiliki seorang putra bernama Pangeran Kusumowijoyo. Putranya terkenal sebagai Pangeran Serang II. Ia juga melahirkan seorang putri yang menikah dengan putra dari Sultan Hamengku Buwono II.
Nyi Ageng Serang Menggantikan Kepemimpinan Sang Ayah
Pangeran Notoprojo merupakan sosok yang menolak perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Akibatnya, ia harus bertempur melawan Belanda. Dalam pertempuran tersebut, pangeran Notoprojo akhirnya gugur.
Kemudian, Sejarah Nyi Ageng Serang mengambil alih kepemimpinan perang. Namun, pasukannya harus menelan kekalahan dalam hal jumlah pejuang dan persenjataan. Akhirnya, Nyi Ageng Serang tertangkap dan dibawa ke Yogyakarta.
Baca Juga: Sejarah Sultan Hasanuddin Ayam Jantan dari Timur
Setelah terbebas dari Belanda, Nyi Ageng Serang menikah dengan Pangeran Kusumawijaya. Setelah menikah, ia terus turut serta dalam berjuang melawan penjajahan Belanda.
Ketika Pangeran Diponegoro berperang melawan Belanda, Nyi Ageng serang beserta suaminya turut bergabung dalam pasukan. Dalam pertempuran itu, Nyi Ageng Serang mengalami kesedihan yang mendalam karena suaminya gugur di medan perang.
Meskipun masih berduka, semangatnya untuk berperang tidak pernah padam. Bahkan hal tersebut masih berlaku saat usianya sudah mencapai 73 tahun.
Saat itu, Nyi Ageng Serang terus bersemangat melawan penjajah bersama cucunya, R.M. Papak. Melalui siasat perang yang ampuh, Nyi Ageng Serang akhirnya berhasil menumpas pasukan Belanda.
Pasukan Belanda mengalami kekalahan di berbagai daerah. Daerah yang ditaklukan meliputi, Purwodadi, Semarang, Demak, Kudus, Juwana, dan Rembang.
Strategi Siasat Perang
Nyi Ageng Serang memiliki strategi perang yang unik. Ia menginstruksikan para prajurit untuk menggunakan daun keladi sebagai sarana penyamaran. Oleh sebab itu, dari kejauhan pasukannya terlihat seperti kebun tanaman keladi.
Barulah ketika musuh mendekat, Nyi Ageng Serang beserta pasukannya menghancurkan Belanda. Ia juga pernah secara langsung memimpin perlawanan di Desa Beku, Kabupaten Kulonprogo.
Nyi Ageng Serang meninggal dunia di Yogyakarta pada tahun 1828. Makam Nyi Ageng Serang terletak di Kalibawang, Kulon Progo.
Kendati demikian, sebagian orang meyakini bahwa makamnya terletak di daerah Grobogan yang kini menjadi lokasi Waduk Kedung Ombo. Hal ini karena terdapat sebuah makam terapung di waduk tersebut.
Baca Juga: Sejarah Sultan Ageng Tirtayasa Pahlawan Asal Banten
Sejarah Nyi Ageng Serang merupakan sosok pejuang wanita yang gigih dan berani dalam menghadapi penjajahan Belanda. Ia juga terkenal sebagai tokoh yang memiliki siasat perang yang ampuh, sehingga berhasil menumpas kekejaman Belanda di berbagai wilayah. (R10/HR-Online)