Sejarah Sultan Hasanuddin tak lepas dari seorang pahlawan nasional yang memimpin Kesultanan Islam Gowa-Tallo. Ia terkenal dengan julukan “Ayam Jantan dari Timur.”
Baca Juga: Kisah Orang Sunda Jadi Gubernur Jakarta Kontroversial, Dijuluki Gubernur Maksiat
Hal tersebut lantaran keberanian dan kegigihannya dalam melawan penjajah Belanda. Sebagai pemimpin yang tangguh, Sultan Hasanuddin memainkan peran penting dalam mempertahankan wilayahnya dari kekuasaan asing selama masa kolonial.
Sejarah Sultan Hasanuddin Sebagai Pahlawan Berjasa
Sultan Hasanuddin terkenal sebagai sosok yang berhasil menyatukan berbagai kerajaan-kerajaan kecil untuk bersatu memerangi Belanda. Berkat jasanya tersebut, Sultan Hasanuddin dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973.
Biografi Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin merupakan pahlawan nasional yang lahir di Makassar pada tanggal 12 Januari 1631. Ia merupakan putra dari I Manuntungi Daeng Mattola dengan I Sabbe To’mo Lakuntu.
Keluarga Sultan Hasanuddin memiliki pengaruh yang besar dalam bidang politik dan agama. Kakeknya yakni Sultan Alauddin adalah Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam.
Sejak kecil, Sultan Hasanuddin diberkati dengan bakat kepemimpinan dan kecerdasan yang luar biasa. Ia memiliki keterampilan dagang yang baik. Hal tersebut menjadikannya sebagai pelopor jaringan perdagangan hingga ke Makassar.
Sultan Hasanuddin menjabat sebagai Raja Gowa ke 16. Saat usianya menginjak 21 tahun, ia ditugaskan untuk ikut serta dalam bagian pertahanan Kerajaan Gowa. Oleh sebab itu, Sultan Hasanuddin bermain strategi untuk melawan serangan Belanda.
Sultan Hasanuddin mendapatkan pendidikan agama pertamanya di Masjid Bontoala. Ia sering mengikuti berbagai pertemuan penting bersama ayahnya. Hal tersebut untuk mempelajari berbagai strategi perang.
Beberapa kali Sultan Hasanuddin mendapatkan kepercayaan sebagai delegasi. Tugasnya yakni menyampaikan pesan penting kepada kerajaan tertentu.
Sultan Hasanuddin juga mempelajari tentang pemerintahan dari Mangkubumi Kesultanan Gowa. Ia menjadi guru bagi Arung Palakka yang merupakan salah satu pemimpin Kerajaan Bone.
Sepeninggal ayahnya menjadikan Sultan Hasanuddin naik tahta. Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Gowa berhasil mencapai puncak kejayaan.
Tercatat bahwa Kesultanan Gowa berhasil menguasai jalur perdagangan penting di wilayah Indonesia Timur. Namun, masa kejayaan tersebut terancam ketika VOC mulai menampakkan diri di wilayah Sulawesi Selatan.
Perjuangan Sultan Hasanuddin
Sejarah Sultan Hasanuddin mencatat bahwa Kesultanan Gowa menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Jalur tersebut menghubungkan perdagangan pulau Jawa, Kalimantan, dan Maluku.
Baca Juga: Sejarah TB Simatupang, Pahlawan Nasional Indonesia
Namun, kondisi semakin rumit ketika VOC yang merupakan perusahaan milik Belanda datang melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah. Secara tegas, Sultan Hasanuddin menolak monopoli dagang tersebut.
Sultan Hasanuddin lalu menggalang kekuatan dan mempersiapkan armada untuk menghadapi VOC. Ia mempersatukan kerajaan-kerajaan di sekitar Gowa sebagai salah satu strategi perang.
Arung Palakka menjadi salah satu pemberontak yang menentang Sultan Hasanuddin. Tercatat dalam sejarah bahwa Arung Palakka berasal dari Kerajaan Bone yang memiliki hubungan kurang baik dengan Kesultanan Gowa.
Oleh sebab itu, VOC memanfaatkan konflik yang terjadi antara keduanya. Arung Palakka melarikan diri ke Batavia dan meminta bantuan VOC untuk menghancurkan Kesultanan Gowa.
Pada tahun 1666, terjadi perang yang dipimpin oleh Laksamana Cornelis Janszoon Speelman dari VOC. Armada VOC berangkat dari Batavia menuju ibukota Gowa untuk melancarkan Perang Makassar.
Perang tersebut berlangsung hingga tahun 1669. Dalam perang ini, VOC berusaha mengepung Kesultanan Gowa melalui pertempuran yang sangat besar. Hal tersebut sebagai upaya VOC dalam mendukung kerajaan Bone.
Perjanjian Bongaya
Sejarah Sultan Hasanuddin diceritakan terpaksa melakukan perjanjian dengan VOC. Hal tersebut karena posisi Kesultanan Gowa semakin melemah.
Pertempuran yang terjadi berlangsung sangat lama. Akibatnya, Sultan Hasanuddin harus menandatangani perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.
Perjanjian Bongaya mewajibkan Sultan Hasanuddin untuk memberikan kebebasan pada VOC dalam hal perdagangan. Oleh sebab itu, VOC leluasa melakukan perdagangan di wilayah Makassar dan Maluku.
Selain itu, perjanjian Bongaya juga memberikan kebebasan kepada VOC untuk melakukan monopoli perdagangan. Di samping itu, Sultan Hasanuddin juga harus mengembalikan Arung Palakka yang kemudian menjadi Raja Bone.
Aturan perjanjian Bongaya sangat merugikan Kesultanan Gowa. Akhirnya, Sultan Hasanuddin membuat perlawanan kembali terhadap penjajahan Belanda.
Sampai akhir hidupnya, Sultan Hasanuddin tetap melawan Belanda. Ia meninggal dunia pada 12 Juni 1670 setelah berjuang melawan penyakit ari-ari.
Baca Juga: Kisah Eksekusi SM Kartosuwiryo 12 September 1962: Ngekos Bareng Soekarno, Berakhir Jadi Musuh Negara
Sejarah Sultan Hasanuddin tercatat sebagai tokoh yang berjasa dalam melawan penjajahan Belanda. Ia bahkan berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil di Gowa untuk berperang melawan Belanda. (R10/HR-Online)