Sejarah rapat besar di Lapangan Ikada, Jakarta pada 19 September 1945 merupakan salah satu peristiwa penting pasca proklamasi kemerdekaan. Peristiwa besar ini merupakan momen bertemunya para pemimpin bangsa dengan rakyat secara langsung.
Meskipun, 17 Agustus 1945 dapat dikatakan sebagai momen antara para pemimpin bangsa dengan rakyat, namun peristiwa itu tidak bisa sepenuhnya menjadi penegak kedaulatan bangsa Indonesia.
Apalagi, jika kita perhatikan di Indonesia kala itu masih banyak tentara Jepang yang bersiaga dengan persenjataan lengkap.
Oleh karena itulah, rapat besar di Lapangan Ikada menjadi momen penting antara para pemimpin bangsa dengan rakyat.
Baca Juga: Kisah Eksekusi SM Kartosuwiryo 12 September 1962: Ngekos Bareng Soekarno, Berakhir Jadi Musuh Negara
Sejarah Rapat Besar di Lapangan Ikada
Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, bentrokan dan konflik antara pemuda Indonesia dengan tentara Jepang menjadi tidak terelakkan.
Berbagai konflik dan pertempuran ini melahirkan ide untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan Indonesia secara penuh.
Tujuannya adalah agar tentara Jepang yang masih ada di Indonesia menyerah dan tidak melakukan perlawanan.
Berawal dari sini muncul inisiasi untuk menggalang kekuatan seluruh rakyat yang ada melalui rapat besar di Lapangan Ikada. Salah satu pihak yang waktu itu menginisiasi adalah Komite van Aksi Menteng 31.
Mengutip dari “Sejarah nasional Indonesia Volume 6” (1984), ada dua rencana untuk menggalang kekuatan yaitu, persiapan pengerahan massa dan menyampaikan rencana kepada presiden.
Presiden dan Wakil Presiden sebenarnya setuju terhadap usulan dari kalangan pemuda tersebut. Hal yang mereka khawatirkan justru respon tentara Jepang yang masih ada di Indonesia ketika itu.
Meskipun, berstatus sebagai pihak yang kalah dalam perang, Jepang memiliki tanggung jawab untuk mengamankan wilayah Indonesia sampai kedatangan Sekutu.
Baca Juga: Konflik di Semenanjung Korea, Sejarah hingga Perang Nuklir di Masa Depan
Ribuan Massa Hadir di Rapat Besar Lapangan Ikada
Ribuan massa dari Jakarta dan sekitarnya hadir di rapat besar 19 September 1945. Mereka gegap gempita berkumpul dan menyambut para pemimpin mereka menyampaikan pidato.
Mengutip dari Sejarah Singkat Setengah Abad Pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia & Universitas Gadjah Mada” (2022) rapat besar ini dihadiri sekitar 300.000 orang. Mereka juga menunggu tugas dari para pemimpin bangsa.
Kekhawatiran Jepang sebenarnya cukuplah beralasan. Jumlah massa yang besar ini dapat menjadi bahaya tersendiri. Terutama apabila para pemimpin bangsa kala itu berusaha menggerakkan massa.
Presiden Soekarno sendiri menyampaikan beberapa poin pidato dalam pertemuan tersebut. Ia meminta dukungan serta kepercayaan kepada seluruh rakyat Indonesia terhadap pemerintah Indonesia, meminta rakyat mematuhi kebijakan pemerintah, dan meminta agar mereka bubar dengan tertib dan tenang.
Poin terakhir dari Presiden Soekarno sendiri bertujuan agar tidak terjadi bentrokan antara rakyat dengan tentara Jepang.
Apalagi kala itu rakyat sedang diselimuti oleh semangat kemerdekaan yang meluap-luap. Semangat ini bahkan menyebar hingga ke daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.
Setiap rakyat yang saling bertemu di jalanan saling memberikan salam kemerdekaan. Itu adalah bentuk rasa syukur terhadap bangsa yang merdeka. Tak hanya itu, doa-doa dan syair kemerdekaan terus dikumandangkan di tempat-tempat ibadah dan kepercayaan.
Hampir Berkonflik dengan Tentara Jepang
Rapat besar di Lapangan Ikada sebenarnya berlangsung cukup singkat, yaitu hanya sekitar beberapa menit saja. Namun, rapat yang mempertemukan rakyat dengan pemimpinnya ini menjadi secercah harapan dan penambah wibawa bagi pemerintah Indonesia kala itu.
Singkatnya pertemuan tersebut karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilanjutkan. Tentu saja, apabila terjadi konflik akan merugikan bagi bangsa Indonesia.
Apalagi, ketika itu Jepang sampai mengelilingi Lapangan Ikada dengan persenjataan lengkap. Selain itu, Jepang juga mengelilingi lapangan tersebut dengan tank-tank yang siap menembakkan ke rakyat Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Bukit Soeharto dan Kisah yang Melekat di Dalamnya
Melihat kondisi inilah, para pemimpin Indonesia memutuskan untuk membubarkan rapat besar tersebut. Meskipun rapat besar tersebut telah dibubarkan namun dampak yang dihasilkan tidaklah sedikit.
Rapat besar ini menjadi penanda bahwa Indonesia merupakan bangsa yang merdeka dan berdaulat. Melalui rapat besar di lapangan Ikada tersebut, bangsa Indonesia yang berdaulat harus mati-matian dalam memperjuangkan kedaulatan tersebut. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)