Ilustrasi. Foto: Ist/Net
Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Film dokumenter mengenai sejarah dianggap mampu untuk membangkitkan rasa nasionalisme para peserta didik. Metode ini dapat digunakan oleh tenaga pendidik (Guru) untuk meningkatkan motivasi belajar serta keingintahuan para peserta didik saat belahar di kelas.
Wulan Sondarika S.Pd, M.Pd, dosen sejarah salah satu perguruan tinggi di Ciamis, ketika dimintai keterangan oleh Koran HR, Minggu (23/08/2015), mengatakan, sebuah gambar yang diiringi latar tempat serta skenario yang sama percis dengan peritiwa bersejarah lebih memiliki makna dibandingkan ribuan kata dalam buku.
“Film dokumenter tentang para pahlawan ataupun para tokoh pejuang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah. Ini dapat motivasi peserta anak tentang pembelajaran sejarah,” kata Wulan.
Lebih lanjut Wulan menjelaskan, banyak cara yang dilakukan guru sejarah untuk memotivasi anak didiknya supaya senang terhadap pembelajaran sejarah. Misalnya saja, kata dia, dengan mencoba menganalisis atau mencari makna yang tergambar dalam film dokumenter perjuangan Indonesia tersebut.
“Dengan menggunakan media film dokumenter perjuangan, setidaknya peserta didik dapat diajak untuk membandingkan kondisi daerah di masa kolonial dengan kondisi saat ini dan menilainya secara obyektif. Apalagi saat ini banyak sutradara menampilakan film dokumeter tentang para pejuang tanah air, misalnya, film Sukarno, Hos cokroaminoto, KH. Ahmad Dahlan, Peristiwa 98 dan lain-lain,” katanya.
Senada dengan itu, guru sejarah di salah satu SMK di Ciamis, Gilang, ketika ditemui Koran HR, Senin (24/08/2015), mengatakan bahwa dengan menampilkan film dokumen tertentang peristiwa kepahlawanan ke dalam kelas, secara tidak langsung juga mengajak siswa untuk membangun kesadaran akan pentingnya sebuah makna sejarah sekaligus meningkatkan rasa nasionalisme.
“Ini juga dapat menghilangkan kesan masyarakat umum yang menilai sejarah hanya sebagai bagian dari masa lalu yang kurang mendapat perhatian. Sebaliknya, mereka akan termotivasi dan terinspirasi untuk membela tanah air,” tandasnya.
Diakui Gilang, metode pembelajaran sejarah masih jarang diinovasikan dan dikemas secara kreatif oleh guru-gurunya. Padahal ketika daya kreatif dan TIK diaplikasikan untuk mendukung pembelajaran sejarah, akan besar pengaruhnya terhadap penerimaan para peserta didik. (Heri/Koran-HR)