Sejarah Rumah Proklamasi adalah saksi bisu dari peristiwa bersejarah yang menentukan masa depan Indonesia. Di tempat inilah, pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia atas nama bangsa.
Baca Juga: Sejarah Garuda Wisnu Kencana dan Fakta Menariknya
Mempelajari sejarah tentang rumah ini dapat menambah khazanah pengetahuan kita mengenai sejarah kemerdekaan negara Indonesia. Rumah yang terletak di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta ini memiliki sejarah panjang dan menarik. Termasuk perjalanan kepemilikan hingga menjadi tempat penting bagi bangsa Indonesia.
Sejarah Rumah Proklamasi dalam Kemerdekaan
Rumah Proklamasi menjadi tempat bersejarah karena berguna sebagai lokasi pembacaan teks proklamasi kemerdekaan. Hal ini menandai berakhirnya penjajahan yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Saat Jepang menduduki Indonesia, mereka menyadari pentingnya menjaga hubungan baik dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional. Oleh karena itu, Soekarno yang baru kembali dari pengasingan mendapatkan rumah ini agar dapat tinggal di Jakarta dan melanjutkan aktivitas politiknya.
Sebelumnya, rumah tersebut milik pengacara Belanda bernama Jhr. P. R. Feith. Pada masa pendudukan Jepang, rumah ini dialihfungsikan dan diserahkan kepada Soekarno dengan bantuan Hitoshi Shimizu, seorang staf Sendenbu (Badan Propaganda Jepang).
Tindakan ini merupakan bagian dari strategi Jepang yang berusaha mendekati tokoh-tokoh nasionalis Indonesia untuk kepentingan propaganda. Namun, Soekarno memanfaatkan kesempatan ini untuk tujuan lebih besar, mempersiapkan kemerdekaan.
Alasan Soekarno Memilih Rumah Proklamasi
Pada sejarah Rumah Proklamasi, ada beberapa pilihan rumah yang Jepang tawarkan kepada Soekarno saat itu. Ini termasuk rumah di daerah Oranje Boulevard dan Van Heutsz Boulevard yang lebih bergengsi. Namun, Soekarno lebih memilih rumah di Jl. Pegangsaan Timur 56.
Salah satu alasan utamanya adalah karena rumah tersebut memiliki halaman yang luas. Hal ini memungkinkannya untuk menampung banyak tamu dan rakyat yang ingin bertemu dengannya. Hal ini penting bagi Soekarno yang ingin menjalin hubungan dekat dengan rakyat Indonesia.
Selain itu, rumah ini juga berlokasi di tempat yang strategis. Meskipun kurang bergengsi, Soekarno menilai bahwa lokasi tersebut akan memudahkan akses bagi rakyat untuk datang.
Pada akhirnya, pilihan ini terbukti sangat tepat. Hal ini karena halaman rumah yang luas itu kemudian menjadi tempat berkumpulnya massa pada hari Proklamasi.
Sejarah Rumah Proklamasi Sebelum Kemerdekaan
Sebelum menjadi Rumah Proklamasi, tempat ini ditempati oleh beberapa tokoh penting. Salah satunya adalah Prof. Frederik Mari van Asbeck, seorang guru besar di Rechtshoogeschool te Batavia (RHS). Ia tinggal di sana dari tahun 1924 hingga 1934.
Van Asbeck adalah pendukung kebijakan emansipasi hukum untuk pribumi. Rumah tersebut juga kerap menjadi tempat berkumpulnya para mahasiswa, termasuk tokoh-tokoh pergerakan seperti Mohammad Yamin.
Setelah Van Asbeck kembali ke Belanda, rumah ini kemudian Jhr. P. R. Feith tempati hingga masa pendudukan Jepang. Feith, yang merupakan pengacara, menjadi tahanan Jepang pada awal Perang Dunia II. Sehingga, rumah ini Jepang ambil alih dan mereka serahkan kepada Soekarno pada tahun 1942.
Jejak Sejarah Rumah Proklamasi yang Terlupakan
Meskipun menjadi lokasi penting dalam sejarah Indonesia, Rumah Proklamasi tidak selalu mendapat perhatian yang layak. Pada tahun 1960-an, Presiden Soekarno sendiri memerintahkan agar rumah tersebut dibongkar.
Baca Juga: Sejarah Bukit Soeharto dan Kisah yang Melekat di Dalamnya
Keputusan ini menimbulkan berbagai spekulasi, termasuk anggapan bahwa Soekarno ingin membangun simbol baru yang lebih monumental di lokasi tersebut. Kini, rumah itu sudah rata dengan tanah, dan nama jalan di depannya juga telah berganti menjadi Jl. Proklamasi.
Namun, kenangan akan peristiwa proklamasi tetap hidup di benak bangsa Indonesia. Di lokasi bekas rumah tersebut, berdiri Monumen Proklamasi yang menjadi pengingat akan momen bersejarah 17 Agustus 1945. Meski bangunan asli sudah tidak ada, semangat kemerdekaan yang ada di Rumah Proklamasi akan selalu dapat kita kenang.
Pengaruh Rumah Proklamasi bagi Pergerakan Nasional
Keberadaan Rumah Proklamasi sebelum tahun 1945 telah menjadi pusat aktivitas intelektual dan diskusi kebangsaan. Rumah ini sering para tokoh pergerakan yang berdiskusi mengenai masa depan Indonesia kunjungi.
Diskusi-diskusi yang ada di rumah ini, baik oleh kelompok pemuda maupun akademisi, menjadi bagian penting dalam pembentukan kesadaran nasional. Salah satu momen penting yang terkait dengan rumah ini adalah peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928.
Hubungan rumah ini dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional tidak dapat kita pisahkan dari sejarah Indonesia. Soekarno memilih rumah ini tidak hanya karena fasilitas yang ada, tetapi juga karena tempat ini sudah terkenal oleh para pemuda sebagai pusat kegiatan intelektual dan politik.
Baca Juga: Sejarah Pembangunan Jembatan Ampera, Ikon Kota Palembang
Sejarah Rumah Proklamasi terus hidup dalam setiap langkah bangsa Indonesia. Tempat ini adalah simbol abadi dari perjuangan, semangat, dan keberanian rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Monumen yang berdiri di bekas lokasinya kini menjadi pengingat akan hari yang mengubah sejarah Indonesia selamanya. (R10/HR-Online)