Abdullah bin Hudzafah as Sahmi adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia terkenal karena keberaniannya dan peran pentingnya dalam sejarah Islam, terutama dalam konteks pembebasan wilayah Syam. Kisahnya sangat inspiratif dan sering menjadi teladan dalam hal keberanian dan kesetiaan terhadap ajaran Islam.
Baca Juga: Miqdad Bin Al Aswad, Tokoh Pemberani yang Berjihad di Jalan Allah
Abdullah Bin Hudzafah As Sahmi dan Kisah Teladannya
Memang benar, kisah-kisah sahabat Nabi Muhammad SAW mengandung banyak pelajaran berharga dan sering kali menggetarkan hati. Abdullah bin Hudzafah adalah salah satu contoh sahabat yang memperlihatkan keteguhan dan kesetiaan yang luar biasa dalam mendukung dan menyebarkan agama Islam.
Abdullah Bin Hudzafah, Panglima Perang yang Cium Kepala Raja
Sahabat Nabi yang memiliki misi untuk melawan penduduk negeri Kaisariah ini sering kali memimpin umat Muslim meraih kemenangan di medan pertempuran. Namun, meskipun terkenal sebagai pemimpin perang yang tangguh, Abdullah juga mengalami kekalahan.
Dalam salah satu misi, Abdullah mengalami kekalahan dan tertangkap oleh pasukan musuh. Kekalahan ini, khususnya dalam pertempuran melawan tentara Romawi, membuat Abdullah harus menghadapi hukuman.
Kabar tentang kekalahannya memberikan kesempatan kepada raja Romawi untuk menyiksa umat Muslim. Mengingat Abdullah adalah salah satu sahabat Nabi yang sangat dicari pada masa itu.
Ujian Keimanan Abdullah Bin Hudzafah As Sahmi
Berbagai misi tersirat di benak sang Raja untuk menguji seberapa kuat keimanan seorang Abdullah bin Hudzafah. Setelah bertemu dengan Abdullah, raja tidak lantas memberikan hukuman yang berat. Ia memulai menguji keimanan sang tawanan dengan berbagai penawaran dan negosiasi.
Segala bujukan ditawarkan oleh sang raja mulai dari iming-iming harta, hingga sang putri kerajaan. Alih-alih tergiur, Abdullah lebih memilih untuk menolak segala penawaran tersebut. Sang raja tidak lantas menyerah, ia pun akhirnya menawarkan hal yang paling berharga.
Dirinya rela membagi separuh bagian dari kerajaan kepada sang tawanan jika Abdullah berkenan untuk memeluk agama nasrani. Abdullah dengan tegas menolak penawaran tersebut dan berkata bahwa sampai kapanpun keimanannya terhadap Islam tidak akan goyah dengan godaan apapun.
Mendengar kalimat pernyataan tersebut, sang raja pun murka. Ia bersumpah untuk membunuh tawanan perangnya itu. Bukannya merasa takut, Abdullah justru mempersilahkan sang raja menghabisinya.
Dipenjara dan Tidak Diberi Makanan Selama 3 Hari
Setelah menolak berbagai tawaran dari sang raja, Abdullah Bin Hudzafah As Sahmi menjalani hari-hari dalam kurungan penjara. Berbagai ancaman dan siksaan telah ia lewati sepanjang menjalani masa hukumannya tersebut.
Baca Juga: Kisah Watsilah bin Asqa, Sahabat Nabi yang Selalu Jujur
Bahkan, suatu ketika ia tidak mendapat makanan dan minuman selama 3 hari berturut-turut. Kemudian setelahnya, Abdullah ditawari segelas arak dan daging babi sebagai santapan untuk menghilangkan dahaga selama 3 hari lamanya.
Namun, kedua makanan yang haram menurut agama Islam tersebut jelas tidak akan disentuh olehnya. Bahkan hingga beberapa hari setelahnya makanan tersebut tetap utuh berada di tempat semula. Mendengar kabar tersebut, sang raja kemudian mengeluarkannya dari penjara seraya bertanya, mengapa tawannya tersebut tetap tidak menyentuh pemberiannya.
Abdullah tetap menegaskan bahwa hidangan haram tersebut tidak akan pernah ia makan, dalam kondisi apapun. Bahkan, jika dalam keadaan terpaksa dan membuatnya hampir mati kelaparan. Kalimat pernyataan tersebut jelas membuat sang raja semakin murka.
Ujian Keimanan yang Semakin Berat
Tak berhenti mencoba menggoyahkan keimanan sahabat nabi, Raja Romawi kemudian mengumumkan hukuman mati bagi Abdullah. Ia meminta prajuritnya untuk memasukkan Abdullah Bin Hudzafah ke dalam air mendidih. Mendengar perintah tersebut, Abdullah kemudian menangis.
Raja Romawi merasa hampir berhasil membuat Abdullah menyerah dengan ancaman kematian. Namun, Abdullah mengungkapkan bahwa ia tidak takut mati. Air mata Abdullah menetes karena ia hanya memiliki satu nyawa dan berharap jika ia memiliki nyawa sebanyak rambutnya. Agar semuanya bisa ia berikan di jalan Allah.
Pernyataan ini menyentuh hati sang raja. Dalam upaya untuk mengakui kekalahannya dan sekaligus menjaga kehormatannya, raja meminta Abdullah untuk mencium kepalanya. Permintaan ini adalah bentuk kompromi, yang juga mencerminkan kesadaran sang raja akan keberanian dan keteguhan iman Abdullah.
Baca Juga: Kisah Tamim bin Aus yang Pernah Bertemu dengan Dajjal
Meneladani kisah Abdullah Bin Hudzafah As Sahmi mengajarkan kita untuk terus mempertahankan keimanan kepada Allah SWT. Kuatnya iman sang sahabat Nabi tersebut membuat ia memiliki kehormatan yang tinggi di hadapan sesama manusia dan tentunya di hadapan sang pencipta. (R10/HR-Online)