Sejarah Monumen Rawagede yang ada di Karawang berkaitan erat dengan masa penjajahan Belanda. Hal ini karena monumen tersebut jadi penghormatan pada para pahlawan yang gugur saat berjuang menghadapi penjajah. Berkat adanya monumen tersebut, maka masyarakat bisa mengingat perjuangan pahlawan dengan baik.
Baca Juga: Sejarah Perburuan Mutiara dari Timur dan Perebutan Hegemoni
Hanya dengan melihat monumen, tentu juga bisa mengetahui betapa sadisnya peristiwa di Rawagede dahulu. Untuk saat ini, desa tersebut sudah berganti nama menjadi Balongsari.
Sejarah Monumen Rawagede Saat Penjajahan Belanda
Sejarahnya berawal pada 9 Desember 1947. Kala itu ada peristiwa tragis yang berlangsung di desa tersebut.
Dalam peristiwa ini, memperlihatkan ada pasukan Belanda yang melakukan operasi militer. Pasukan Belanda ini menggeledah desa untuk mencari senjata sekaligus melancarkan pembersihan terhadap pahlawan yang aktif menentang mereka.
Dalam operasi militer tersebut, Kapten Lukas Kustaryo jadi target utamanya. Ia merupakan Komandan Kompi Divisi Siliwangi. Hal ini karena pejuang tersebut sering menyerang patroli maupun pos militer milik Belanda.
Dari operasi militer dalam sejarah Monumen Rawagede ini, Belanda tidak menemukan senjata yang dicarinya. Alhasil, Belanda memaksa warga untuk keluar rumah.
Warga lantas dikumpulkan dan diinterogasi tentang keberadaan pahlawan. Meski penuh paksaan, namun tidak ada warga yang buka suara.
Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban, pasukan Belanda lantas melakukan pembantaian. Pembantaian ini menewaskan 431 warga.
Dalam pembantaian ini, sebenarnya tidak hanya melibatkan warga di Desa Rawagede saja. Akan tetapi, ada juga warga lain seperti halnya penumpang kereta api dengan jurusan Karawang-Rengasdengklok.
Penumpang tersebut tidak mengetahui bahwa ternyata sedang ada pembantaian oleh tentara Belanda. Tragedi sadis dalam sejarah monumen ini pun dikenal dengan Pembantaian Rawagede.
Pembangunan Monumen Rawagede
Pada tahun 1996, monumen ini sudah diresmikan. Monumen ini didirikan dengan tujuan untuk mengenang sekaligus menghormati korban dalam Pembantaian Rawagede.
Selain itu, pembangunan monumen tersebut juga berperan penting untuk mengingatkan generasi muda mengenai betapa pentingnya nilai kemerdekaan maupun perjuangan. Tak mengherankan karena pembantaian saat penjajahan Belanda tersebut jadi salah satu bentuk kekejaman terbesar dalam sejarah.
Di bagian belakang tempat tersebut pun ada Taman Makam Pahlawan Sampurna Raga. Di makam ini ada 181 korban Pembantaian Rawagede yang tewas karena eksekusi di tempat.
Bentuk Monumen Rawagede
Monumen Rawagede yang penuh sejarah ini berbentuk mirip dengan piramid. Di sekelilingnya penuh dengan relief sejarah Indonesia. Lebih tepatnya di keempat sisi luarnya.
Lalu pada ruangan utama yang ada di atas tangga tampak menaungi patung berwarna emas kakak-beradik, Adul dan Atung. Mereka adalah korban dari tragedi sadis ini yang tewas dengan merangkul satu sama lain.
Baca Juga: Sejarah Prasasti Jambu, Warisan Budaya Kerajaan Tarumanegara
Selanjutnya, di lantai bawah ada ruangan yang di dalamnya berisikan diorama ukuran penuh terkait tragedi kelam tersebut. Sejarah ini memang sudah terukir sejak lama, namun masih terus teringat hingga kini.
Fakta Monumen Rawagede
Monumen Rawagede yang penuh sejarah kelam ini memiliki berbagai fakta. Berikut beberapa diantaranya.
Lokasi
Salah satu faktanya berkaitan dengan lokasi. Lokasinya terdapat dalam akun Instagram @faktanya_khan.
Akun tersebut menjelaskan bahwa tempat ini jadi saksi kekejaman pasukan Belanda. Letaknya ada di Desa Balongsari, Kecamatan Rawamerta, Karawang. Lokasinya berjarak sekitar 7 km utara Kota Karawang.
Sebagai Kota Pangkal Perjuangan
Dalam akun Instagram @ghanughanu, ada penjelasan bahwa tempat ini jadi salah satu bukti bahwa Karawang layak mendapatkan predikat sebagai Kota Pangkal Perjuangan. Bagaimana tidak, perjuangan rakyat dalam melawan penjajahan Belanda tampak jelas di wilayah ini.
Kondisi Saat Ini
Untuk kondisinya saat ini, rupanya kerap penuh dengan anak-anak. Banyak yang mengunjungi Monumen Rawagede karena memang fasilitas di sekitar tempat sejarah ini semakin memadai.
Salah satunya yaitu fasilitas Wi-Fi gratis. Selain menikmati koneksi internet secara cuma-cuma, pengunjung juga bisa lebih mendalami potongan sejarahnya.
Hanya saja, kondisi monumennya saat ini terlihat kurang terawat. Ada bagian tembok yang tampak keropos. Khususnya di bagian ruang utama yang semestinya menaungi patung.
Baca Juga: Sejarah Nama Jakarta, Evolusi dari Masa ke Masa
Usai simak uraian di atas, tentu bisa mengetahui bagaimana sejarah Monumen Rawagede. Pembangunannya ternyata berkaitan erat dengan peristiwa sadis yang membantai ratusan jiwa. Peristiwa ini sangatlah memilukan sehingga tak boleh terlupakan begitu saja. (R10/HR-Online)