harapanrakyat.com,- Jembatan Cikembang di Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, menyimpan cerita mitos jika melintasi jembatan ini.
Konon menurut cerita, arwah perawan akan terusik bila ada rombongan pengantar pengantin melintasi jembatan tersebut.
Baca Juga: Kisah Sumur Nyimas Nawang Wulan Baregbeg Ciamis dan Wanita Cantik Penunggunya
Kepala Desa Bangbayang, Asep Riky Darmawan mengatakan, pantangan terkait dengan pernikahan warga Bangbayang tersebut sampai saat ini masih banyak yang percaya.
Pantangan itu, jika rombongan pengantin yang melintasi jembatan Cikembang, akan mengalami gangguan.
“Menurut cerita Bapak Suparna dan Bapak Umar Habsi, pantangan ini dilatarbelakangi kisah seorang perawan yang tinggal di dekat jembatan Cikembang. Dulu wanita tersebut tidak menikah, sampai akhirnya meninggal dunia,” katanya kepada harapanrakyat.com, Selasa (21/5/2024).
Lanjutnya menceritakan, bahwa mitos melintasi jembatan Cikembang ini, arwan tersebut merasa terusik jika ada rombongan yang mengantar pengantin.
Arwah tersebut dipercaya akan mengganggu kehidupan rumah tangga si pengantin. Selain itu, pernikahannya menjadi tidak awet.
“Dari peristiwa tersebut, muncul ungkapan apabila perawan tidak kawin maka akan jadi pengganggu. Sehingga kepercayaan tersebut masih ada sampai saat ini,” tuturnya.
Karena adanya mitos tersebut, maka jika ada warga Bangbayang yang akan menikah dan kampungnya dipisahkan oleh jembatan Cikembang tidak akan melintasi jembatan itu.
Bahkan rombongan yang mengantar pengantin lebih baik memilih jalan lain, daripada harus melintasi jembatan Cikembang.
“Menurut cerita, sosok perawan yang menghuni jembatan Cikembang bernama Nyi Ratna Kembang,” katanya.
Baca Juga: Punya Mitos, Mata Air Caringin Gunungcupu Ciamis Kerap Didatangi Orang Jelang Pemilu
Menurutnya Asep, pantangan tersebut memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat, yang berfungsi sebagai pemelihara nilai-nilai tradisional dan identitas budaya.
Dengan mematuhi tabu dan pantangan ini, setidaknya bisa menjadi bahan peringatan. Tujuannya agar tidak terjadi pada masa berikutnya.
“Umumnya di setiap daerah memiliki pantangan yang unik, sesuai dengan budaya dan tradisi lokalnya masing-masing,” pungkasnya. (Dji/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)