Hari Pembebasan Irian Barat yang diperingati setiap tanggal 1 Mei merupakan salah satu momen bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Baca Juga: Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam, Saksi Bisu Sejarah Indonesia
Pada tanggal tersebut wilayah Irian Barat yang sempat diperebutkan oleh Belanda dan Indonesia secara perlahan mulai kembali ke tangan Indonesia.
Tak hanya itu, momen ini juga menjadi bukti perjuangan dari segenap bangsa Indonesia, terutama TNI yang menjadi ujung tombak operasi-operasi militer ke wilayah Irian Barat.
Perjuangan itu bukan hanya dilakukan dari aspek militer, namun juga melalui berbagai diplomasi politik Indonesia di forum-forum internasional.
Meskipun konflik ini berhasil diselesaikan oleh Amerika Serikat, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Amerika Serikat memiliki tujuan terselubung terhadap Irian Barat.
Merangkum dari berbagai sumber, tulisan ini akan mengulas lebih jauh tentang sejarah Pembebasan Irian Barat pada tanggal 1 Mei. Mulai dari terjadinya konflik hingga tujuan terselubung Amerika Serikat.
Sejarah Hari Pembebasan Irian Barat
Peringatan Pembebasan Irian Barat mengacu pada sebuah Perjanjian New York. Isi dari perjanjian tersebut yaitu, Belanda harus menyerahkan wilayah Irian Barat ke Indonesia paling lambat tanggal 1 Mei 1963.
Dalam perjanjian yang ditandatangani tanggal 15 Agustus 1962 itu secara umum berisi tentang proses pemindahan kekuasaan dari tangan Belanda ke Indonesia.
Perjanjian ini langsung diinisiasi oleh Amerika Serikat yang melihat bahwa konflik antara Indonesia dan Belanda sudah terlalu berlarut-larut.
Baca Juga: Sejarah Pemilu di Indonesia Tahun 1955, Konflik Ideologi hingga Saling Ejek PKI dan Masyumi
Alasan berlarut-larutnya konflik tersebut adalah karena Belanda merasa bahwa mereka masih berhak atas wilayah Irian Barat.
Memang sejak awal Indonesia dan Belanda sudah terlibat konflik yang cukup panjang. Pasca lepas dari Jepang dan mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara yang merdeka, Belanda merasa bahwa mereka masih memiliki hak kembali ke Tanah Air.
Tak hanya itu, Belanda juga meyakini kalau wilayah Irian Barat bukanlah wilayah Indonesia yang disepakati. Oleh karena itulah mereka masih terus mengamankan wilayah tersebut.
Perjanjian New York
Terdapat beberapa poin utama dalam Perjanjian New York tersebut:
1. Menghentikan konflik dan permusuhan antara Indonesia dan Belanda
2. UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) akan tiba di Irian Barat paling lambat 1 Oktober 1962 untuk melakukan serah terima kepada Indonesia dari Belanda.
3. UNTEA berkewajiban untuk memakai tenaga-tenaga Indonesia, baik sipil maupun militer sebagai penjaga keamanan.
4. Angkatan Bersenjata Belanda dan para pegawai sipil wajib untuk dipulangkan paling lambart11 Mei 1963.
5. Bendera Indonesia sudah mulai berkibar pada 31 Desember 1962 berdampingan dengan bendera PBB
6. Pemerintah Indonesia akan menerima pemerintahan di Irian Barat dari UNTEA pada 1 Mei 1963
7. Indonesia wajib melakukan Pepera atau Penentuan Pendapat Rakyat pada tahun 1969.
Hubungan antara Indonesia dan Irian Barat berlaku lalu lintas bebas. Melalui perjanjian inilah setiap tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai Hari Pembebasan Irian Barat, dan kembali ke dalam wilayah Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Boven Digoel, Penjara Tokoh Pergerakan Era Penjajahan Belanda
Siswanto dalam buku berjudul “Indonesia dan Diplomasi Irian Barat 1949–1962: Memanfaatkan Perang Dingin” (2020). Perjanjian New York pada tahun 1962 ini sebenarnya mendapatkan sambutan gembira dari Indonesia.
Ir. Soekarno waktu itu memandang bahwa Perjanjian New York 1962 sebagai bentuk kemenangan melawan kolonialisme Belanda.
Bangsa Indonesia melihat bahwa Perjanjian New York sebagai bentuk penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia. Meskipun penyerahan tersebut harus dilakukan dengan penentuan nasib sendiri oleh rakyat Irian Barat.
Awal Konflik dengan Belanda
Jika melihat dari catatan sejarahnya, awal mula konflik antara Indonesia dan Belanda ini berawal dari sikap Belanda yang enggan untuk segera menyerahkan wilayah Irian Barat ke tangan Indonesia.
Memang, konflik antara Indonesia dan Belanda ini menjadi salah satu konflik yang menguras banyak pikiran dan tenaga.
Pasalnya, perebutan ini terjadi bahkan ketika Belanda sudah mengakui Indonesia sebagai negara yang merdeka melalui Konferensi Meja Bundar. Namun, Belanda tetap saja tidak mau pergi dari wilayah Irian Barat.
Baca Juga: Profil Haji Misbach, Tokoh Islam-Komunis yang Aktif Lawan Belanda
Pada awalnya Indonesia sempat melakukan berbagai upaya perundingan kepada pihak Belanda. Sayangnya perundingan tersebut tampaknya tidak mendapatkan respon positif dari Belanda.
Konferensi Tingkat Menteri
Mengutip dari “Sejarah Proses Integrasi Irian Jaya” (1992), bahwa pihak Republik Indonesia Serikat (RIS) dalam usaha memperjuangkan kembalinya Irian Barat, melakukan upaya perundingan Konferensi Tingkat Menteri yang pertama antara Indonesia dan Belanda tahun 1950.
Melalui konferensi itu menghasilkan “Komisi Irian” yang bertujuan untuk mengadakan penyelidikan terhadap Irian Barat. Komisi ini beranggotakan Indonesia dan Belanda. Namun, konflik ini tak menemui titik terang.
Indonesia pun membawa perundingan tersebut ke Majelis Umum PBB sejak tahun 1954. Namun, tindakan Indonesia ini ternyata tidak mendapatkan dukungan dari negara-negara lain.
Melihat masalah Irian Barat yang tak menemui titik terang, Indonesia kemudian mulai menyusun untuk menempuh jalan lain dalam memperjuangkan Irian Barat. Salah satunya melalui pencetusan aksi Trikora (Tri Komando Rakyat) pada tanggal 19 Desember 1961.
Tujuan dari Trikora ini adalah untuk mencegah pembentukan Negara Papua dan mengembalikannya ke dalam pangkuan Republik Indonesia.
Aksi militer Indonesia ini sukses membuat Belanda terdesak. Tak hanya itu, Belanda juga mendapatkan desakan dari Amerika Serikat mengenai keputusan pembentukan Negara Papua.
Usulan lain yang muncul datang dari Amerika Serikat kepada PBB. Usulan tersebut berkaitan dengan upaya penyelesaian konflik antara Indonesia dan Belanda.
Upaya Amerika Serikat ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik langsung antara Uni Soviet dan Belanda. Pada periode-periode tersebut Amerika Serikat dan Uni Soviet memang sedang mengalami periode perang dingin.
Tujuan Terselubung Amerika Serikat
Baca Juga: Sejarah Lapas Sukamiskin Peninggalan Belanda, Pernah Menahan Presiden Soekarno
Jika melihat sekilas mungkin Amerika Serikat terlihat seperti polisi dunia yang bermaksud menjaga perdamaian. Apalagi dalam konflik antara Indonesia dan Belanda ini, Amerika secara terang-terangan memberikan dukungan terhadap Indonesia.
Tak hanya itu, Amerika Serikat juga secara gambling akan memberikan bantuan ekonomi kepada pihak Indonesia.
Mengutip dari buku “Gejolak Papua dalam Perspektif Intelijen” (2021). Dalam sejarah modern, upaya memperjuangkan pembebasan wilayah Irian Barat tak lepas dari pengaruh perang konflik antara ideologi Timur (Komunisme) dan ideologi Barat (Kapitalisme).
Ketika Indonesia mengerahkan pasukan ke wilayah Irian Barat lewat Trikora, Indonesia sebenarnya mengandalkan senjata dari Uni Soviet.
Jika melihat agenda terselubungnya Uni Soviet memiliki kepentingan untuk memperluas wilayah pengaruh dari komunisme, terutama di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia kala itu menjadi salah satu negara yang tepat. Apalagi kedekatan antara Soekarno dengan Uni Soviet menjadi ancaman tersendiri bagi Amerika Sendiri.
Tak hanya memiliki kepentingan menekan pengaruh Uni Soviet, Amerika juga memiliki keyakinan bahwa di wilayah Irian Barat terdapat kandungan emas dan mineral yang berharga.
Oleh karena itulah, Amerika Serikat tak segan-segan memberikan janji mengembalikan kedaulatan Irian Barat ke tangan Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Peringatan Hari Buruh di Indonesia, Dirayakan Soekarno, Dilarang Orde Baru
Itulah ulasan mengenai sejarah Hari Pembebasan Irian Barat tanggal 1 Mei 1963, dan maksud terselubung Amerika Serikat dalam membantu Indonesia membebaskan wilayah tersebut. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)