harapanrakyat.com,- Seminggu usai lebaran, harga bawang merah di pasar tradisional Kota Banjar, Jawa Barat, masih tinggi di atas harga normal. Harga bawang merah bahkan mencapai Rp50 ribu per kilogram.
Omzet sejumlah pedagang pun menurun drastis hingga 40 persen. Hal tersebut imbas tingginya harga bawang merah.
Salah seorang pedagang, Ade Kete mengatakan, tingginya harga bawang merah terjadi setelah lebaran Idul Fitri 1445 H.
Baca Juga: Usai Lebaran Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Banjar Kembali Normal, Daging Ayam Masih Rp 40 Ribu
Sebelumnya saat bulan puasa lalu, harganya masih berada di kisaran Rp 38-40 ribu per kilogram. Normalnya harga bawang merah di pasar Kota Banjar tersebut paling tinggi Rp 35 ribu per kilogram.
“Namun setelah lebaran sampai sekarang masih tinggi Rp 50 ribu per kilogram. Waktu lebaran tiga hari malah sampai Rp 60 ribu,” kata Ade kepada wartawan, Rabu (24/4/2024).
Apa Penyebab Harga Bawang Merah di Pasar Banjar Tinggi?
Lanjutnya menyebutkan, tingginya harga bawang merah, terjadi karena di sejumlah daerah pemasok para petani mengalami gagal panen akibat banjir.
Sehingga mempengaruhi harga penjualan di tingkat pasar, karena stok barang yang ada mulai langka.
Baca Juga: Harga Beras Medium di Kota Banjar Meroket hingga Rp 14 Ribu/Kg, Pedagang Ungkap Penyebabnya
Adapun pasokan bawang merah selama ini, ia mengambil dari daerah Garut, daerah Jawa Tengah seperti Brebes dan Demak.
“Di sana banyak yang nggak panen, karena lagi kebanjiran,” katanya.
Lebih lanjut ia menambahkan, tingginya harga bawang merah di pasar Banjar tersebut berdampak pada menurunnya omzet penjualan.
Ade Kete mengaku, bahwa omzetnya menurun sampai 40 persen, dibandingkan saat harga normal.
Omzet penjualan barang merah tersebut menurun, karena para pembeli terutama para pedagang eceran yang biasa berbelanja banyak, mengurangi jumlah pembelian untuk menghindari kerugian.
Baca Juga: Harga Cabai Terkini di Pasar Banjar Tembus Rp 100 Ribu per Kg
Menurutnya, tingginya harga bawang merah dan berkurangnya omzet penjualan, juga menyebabkan perputaran uang di tingkat pasar menjadi lambat.
“Biasanya kan kalau pedagang eceran ambilnya banyak. Sekarang karena harganya mahal belanjanya dikurangi,” pungkasnya. (Muhlisin/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)