Pertempuran Fokkerweg tercatat dalam sejarah sebagai pertempuran besar sebelum terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api.
Peristiwa pembumihangusan Bandung tersebut memang sudah diawali dengan berbagai konflik kecil hingga besar, terutama di kota-kota besar seperti Bandung.
Pertempuran Fokkerweg pun menjadi salah satu pertempuran berat, baik oleh Sekutu maupun bagi para pejuang Indonesia.
Pertempuran tersebut memakan waktu hingga 3 hari 3 malam. Pasukan Indonesia saat itu harus menghadapi pasukan lengkap Sekutu dengan persenjataan yang seadanya.
Baca Juga: Sejarah Rumah Inggit Garnasih, Saksi Perjuangan Soekarno Menggapai Kemerdekaan Indonesia
Sejarah Pertempuran Fokkerweg Berawal dari Kedatangan Sekutu ke Bandung
Mengutip dari, “Arie Frederik Lasu (1918-1949) Hingga Tentang Peristiwa Heroik Mempertahankan Indonesia” (2021), tentara Sekutu memasuki kota Bandung pada bulan Oktober 1945.
Pasukan Sekutu kala itu yang diboncengi NICA melakukan ultimatum agar para pejuang Indonesia menyerahkan senjata yang telah mereka rampas dari Jepang.
Masa-masa kedatangan pasukan Sekutu ke Bandung ini memberikan kejutan bagi bangsa Indonesia.
Pasalnya, Indonesia yang baru saja merdeka harus menghadapi pasukan Sekutu yang membonceng NICA sekaligus. Apalagi kala itu, persenjataan pasukan Sekutu sangat lengkap.
Berbanding terbalik dengan Indonesia yang hanya mengandalkan senjata hasil rampasan perang dari Jepang dan senjata seadanya yang dibuat sendiri.
Kedatangan pasukan Sekutu ini membuat konflik bermunculan hingga menyebabkan kawasan Bandung menjadi ladang pertempuran.
Pasokan logistik hingga kebutuhan para pasukan Sekutu kala itu menjadi salah satu incaran pasukan Indonesia. Sumber kebutuhan logistik pasukan Sekutu dari Jakarta itu berguna untuk menopang penaklukan mereka di Bandung.
Tempat atau jalan yang menjadi jalur penyambung tersebut adalah Jalan Fokkerweg. Jalan ini menjadi lokasi yang strategis karena menjadi jalan utama bagi masuknya bantuan Sekutu.
Hal inilah yang menyebabkan lokasi ini menjadi incaran pasukan Indonesia, terutama dalam upaya untuk membendung bantuan yang datang dari Jakarta.
Ketegangan antara kedua belah pihak ini benar-benar tidak bisa terkendali. Panglima Komandemen I Tri Jawa Barat bahkan memerintah Komandan Divisi II Kolonel Nasution untuk memberikan gangguan kendaraan musuh yang lewat di Jalan Bandung-Jakarta.
Sejarah Pertempuran Fokkerweg, Serangan Tiba-Tiba
Mengutip dari, “Peranan Desa dalam Perjuangan Kemerdekaan: Studi Kasus Keterlibatan Beberapa Desa di Daerah Bandung dan Sekitarnya tahun 1945-1949” (1995), Ketika iring-iringan pasukan Sekutu masuk ke Jalan Fokkerweg, serangan pun dilancarkan.
Pasukan Sekutu terkejut dan kaget melihat serangan tiba-tiba yang dilakukan. Bahkan, mereka tidak punya kesempatan untuk menghindar dan berlindung. Beberapa pasukan sekutu tewas karena penyerangan dari pelosok jalanan kala itu.
Baca Juga: Sejarah Pertempuran Lengkong Besar, Pasukan Indonesia Lawan Tank Sekutu
Pada pagi hari itu juga, pertempuran hebat berkecamuk antara kedua belah pihak. Bantuan pasukan dari Sekutu dan Indonesia mulai berdatangan pada siang harinya.
Uniknya lagi pada saat kejadian tersebut, terdapat seorang India bernama Mirza bersama pasukannya yang bersenjata lengkap memutuskan bergabung bersama Batalyon Sumarno.
Kala itu kelompok Mirza membawa sebuah power wagon yang berisi senjata, peluru, dan perbekalan perang. Hal inilah yang membuat pertempuran berjalan semakin sengit.
Pertempuran tersebut berjalan hampir 3 hari 3 malam, yaitu sejak 20 hingga 22 Maret 1946 dengan keunggulan dari pihak pejuang Indonesia.
Pertempuran itu juga membuat 7 orang gugur yang terdiri dari, Maman dari Batalyon Sumarson, Masdi dari Batalyon Abdurachman, Yahya bersama dua orang temannya dari BBRI, dan anggota BMP. Beberapa korban lainnya berasal dari para penduduk setempat seperti wanita dan anak-anak.
Pertempuran Terbesar Pasca Kemerdekaan
Pertempuran yang berlangsung selama 3 hari 3 malam ini merupakan salah satu pertempuran besar di Kota Bandung pasca kemerdekaan Indonesia.
Banyak pihak yang menilai pertempuran tersebut menjadi salah satu faktor penentu dari kemenangan pasukan Indonesia di Bandung.
Tak hanya itu, pasca pertempuran yang berlangsung beberapa hari tersebut muncul pula keputusan untuk membumihanguskan Bandung yang kelak dikenal dengan sebutan “Bandung Lautan Api”.
Mengutip dari, “Monumen Perjuangan Daerah Jawa Barat” (1987) untuk mengenang jasa orang-orang yang telah gugur dalam pertempuran tersebut pemerintah Kotamadya Bandung pun membangun Monumen Fokkerweg.
Monumen Fokkerweg tersebut terletak di depan Gedung Kanwil Departemen Agama RI Provinsi Jawa Barat, Jalan Jenderal Sudirman di daerah Andir.
Monumen tersebut berbentuk bambu runcing, sepucuk senapan bren, dan sebuah batu prasasti yang bertuliskan:
Jalan Fokkerweg
Jiwa dan raga kupersembahkan demi mempertahankan kemerdekaan
Pertempuran terjadi pada Tanggal 20, 21, 22 Maret 1946.
Ketiga benda tersebut ditempatkan pada sebuah alas tembok dengan tinggi kurang lebih 0,5 meter. Pada bagian pinggir kiri, kanan, dan belakang berpagar tembok dan besi. Selain itu pada bagian depan berpagar rantai besi.
Baca Juga: Sejarah Monumen Bandung Lautan Api, Saksi Bisu Perjuangan Rakyat Usir Penjajah
Pembangunan monumen Fokkerweg untuk mengenang sejarah pertempuran dahsyat pasukan Indonesia yang baru merdeka melawan pasukan Sekutu yang kala itu bersenjata lengkap. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)