harapanrakyat.com,- Asep Ali Imron, warga Pangandaran, Jawa Barat, berhasil menyulap batok kelapa menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis atau menjadi cuan.
Pria yang juga pemilik Saung Kalapa Pangandaran, kecamatan Parigi ini mengatakan, bahwa ide pengolahan batok kelapa itu muncul sekitar tahun 2010 lalu.
“Ya sekitar 13 tahun yang lalu,” katanya kepada harapanrakyat.com, Minggu (17/3/2024).
Lanjutnya menuturkan, berawal dari hobi yang gemar mengotak-atik sesuatu, menjadi sebuah karya seni yang bernilai tinggi.
Baca Juga: Jadi Komoditas Ekspor, Petani Pangandaran Budidaya Talas Beneng
Selain itu, buah kelapa di Pangandaran begitu melimpahnya. Sehingga dengan sumber daya alam yang melimpah itu, ia terbesit sebuah ide untuk membuat sebuah cangkir dari batok kelapa.
Dari ide awal itulah, batok kelapa yang Asep sulap tidak hanya menjadi karya, tapi juga bisa menghasilkan cuan.
“Yang saya buat pertama kali adalah cangkir. Saya coba sendiri, dan setelah banyak tamu yang datang ke rumah, akhirnya tertarik untuk membelinya,” tuturnya.
Meski ia menjual hasil karyanya dari batok kelapa, namun tidak sedikit temannya yang meminta secara cuma-cuma. Meski begitu, Asep tetap memberikanya secara ikhlas dan menganggap sebagai promosi.
“Pada akhirnya saya bisa membaca peluang, bahwa kerajinan dari batok kelapa ini cukup menjanjikan,” tambahnya.
Warga Pangandaran yang Sukses Sulap Batok Kelapa Jadi Cuan Pernah Ekspor ke Eropa
Asep rupanya tidak hanya membuat gelas cangkir dari bahan batok kelapa. Namun sejak saat itu, ia mulai membuat kerajinan lainnya. Mulai dari asbak, kap lampu, hiasan dinding, sampai membuat piala dari batok kelapa.
“Ada 40 jenis karya dari batok kelapa yang saya buat. Dan yang paling diminati seperti alat-alat dapur dan hiasan,” katanya.
Baca Juga: Petambak Udang Vaname Pangandaran Bagikan Cara Budidaya Agar Hasil Maksimal
Sementara untuk harganya sendiri, sangat bervariatif. Menurutnya, tergantung dari motif dan ukuran dari karya tersebut.
“Dari yang harganya Rp 5 ribu, Rp 10 ribuan, bahkan sampai ratusan ribu ada,” ungkapnya.
Bahkan sekitar tahun 2021, batok kelapa yang ia sulap dan menghasilkan cuan ini sudah sampai ke luar negeri. Seperti mengekspor kap lampu dan juga lilin, dengan negara tujuan Swiss dan Jerman
Asep mampu mengirim 300 buah kap lampu ke negara Eropa tersebut. Namun semuanya berhenti ketika invasi negara Rusia ke Ukraina pada awal tahun 2022.
“Setelah perang itu meletus kondisi ekonomi di sana tidak baik. Jadi ekspornya terhenti,” tuturnya.
Meski begitu, Asep tidak patah semangat. Bahkan, ia terus berkarya dengan menyulap batok kelapa yang menjadi cuan sampai saat ini. Bahkan, pesanannya pun terus mengalir. (Jujang/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)