Tanggal 22 Februari menjadi sejarah Hari Istiqlal yang merupakan momen berdirinya masjid terbesar di Asia Tenggara. Masjid Istiqlal adalah salah satu masjid besar di Indonesia yang dibangun pasca kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Masjid Agung Cirebon, dari Arsitektur hingga Nilai-Nilai Filosofis Bangunannya
Proses pembangunan masjid tersebut diawali dengan pembentukan Yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh Anwar Tjokroaminoto.
Dalam proses pembangunan Masjid Istiqlal ini mengalami kendala. Pasalnya, ketika itu kondisi perpolitikan di Indonesia sedang tidak menentu. Ditambah dengan adanya Kudeta G30S.
Namun, seiring berjalannya waktu pembangunan masjid ini pun akhirnya selesai. Peresmiannya pada Tanggal 22 Februari 1978. Tanggal 22 Februari inilah yang mengawali peringatan terhadap Hari Istiqlal.
Merangkum dari berbagai sumber, berikut sejarah berdirinya Masjid Istiqlal pada tanggal 22 Februari 1978 yang menjadi momen peringatan pembangunan masjid terbesar di Asia Tenggara.
Sejarah Hari Istiqlal 22 Februari
Mengutip dari situs resmi Yayasan Masjid Istiqlal https;//istiqlal.or.id, bahwa setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, cita-cita besar untuk membangun sebuah masjid yang menjadi kebanggaan, sekaligus tempat untuk beribadah sudah mengendap di hati warga Indonesia.
Salah satu tokoh yang mengusulkan pembangunan masjid tersebut adalah KH. Wachid Hasyim yang kala itu menjabat sebagai Menteri Agama RI. Idenya itu ternyata mendapatkan persetujuan dari ulama lainnya.
Usulan itu kemudian direalisasikan melalui pembentukan yayasan khusus untuk merencanakan pendirian masjid tersebut. Usulan pembentukan yayasan ini mendapatkan bantuan dari H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto, Ir. Sofwan, K.H. Taufiqurrohman, dan 200 ulama lainnya.
Yayasan tersebut berdiri pada tanggal 7 Desember 1954 dan yang menjadi ketua yayasannya Anwar Tjokroaminoto. Ide itu kemudian dibahas oleh Yayasan Masjid Istiqlal dan disampaikan kepada Presiden Soekarno.
Usulan dari Yayasan Masjid Istiqlal ini ternyata mendapatkan respon baik dan persetujuan dari dari Presiden Soekarno.
Perdebatan Lokasi Pembangunan Masjid
Tahapan selanjutnya adalah mengenai lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Memang dalam perjalanannya terdapat perdebatan antara Moh. Hatta dan Ir. Soekarno. Keduanya berbeda pendapat mengenai lokasi dari pembangunan masjid tersebut.
Namun, akhirnya keputusan untuk lokasi pembangunannya di seberang Gereja Katedral. Tujuannya adalah sebagai simbol bagi keharmonisan dalam hubungan beragama di Indonesia.
Pembangunan Masjid Istiqlal bertepatan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada 24 Agustus 1961. Pemancangan tiang pertama oleh Presiden Soekarno menjadi tanda awal pembangunan Masjid Istiqlal.
Pembangunan masjid ini bisa terbilang cukup bermasalah. Jika menelisik sejak tahun 1950-an, yakni ketika pembentukan yayasan, proyek pembangunannya tersendat.
Salah satu alasannya karena kondisi perpolitikan di Indonesia yang kala itu menjadi semakin tidak kondusif.
Beberapa konflik pun terjadi, seperti pertikaian antara partai-partai politik ketika masa-masa demokrasi parlementer. Selain itu, pada tahun 1965 juga terjadi peristiwa kudeta G30S yang menyebabkan situasi perpolitikan jadi memanas.
Namun, pembangunan masjid ini berhasil rampung pada tanggal 22 Februari 1978, dan peresmiannya oleh Presiden Soeharto. Tanggal ini juga yang menjadi sejarah Hari Istiqlal di Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Lapas Sukamiskin Peninggalan Belanda, Pernah Menahan Presiden Soekarno
Masjid Terbesar di Asia Tenggara
Mengutip dari buku berjudul “Masa Lalu dalam Masa Kini: Arsitektur di Indonesia” (2009), pembangunan Masjid Istiqlal ini memang menjadi cita-cita Presiden Soekarno juga.
Oleh karena itu, tak heran apabila Presiden Soekarno langsung turun menjadi Ketua Komite Masjid Istiqlal.
Presiden Soekarno mengatakan “Keinginan saya, dan juga komunitas Islam di sini adalah mendirikan sebuah Masjid Jum’at yang lebih besar daripada Masjid Mohammad Ali (Kairo), lebih besar dari Masjid Salim (Damaskus). Lebih besar! Kenapa? Karena kita adalah bangsa yang besar!”.
Pernyataan inilah yang menjadi dasar klaim bahwa Masjid Istiqlal akan menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara. Namun, klaim ini juga menimbulkan perdebatan. Pasalnya, Malaysia juga sempat memberikan klaim mengenai Masjid Nasional Malaysia sebagai masjid terbesar kala itu.
Dibalik segala perdebatannya, Presiden Soekarno sebenarnya sedang memberikan pembelajaran bagi bangsa Indonesia untuk bangga terhadap diri sendiri.
Memang sudah menjadi ciri khas dari Presiden Soekarno yang selalu mengedepankan berbagai proyek berskala besar. Hal ini semata-mata untuk memberikan perhatian kepada negara-negara di dunia bahwa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang besar.
Apalagi jika kita lihat sejarah panjang kolonialisme membuat bangsa Indonesia tumbuh menjadi bangsa-bangsa yang terjajah. Tidak bisa dipungkiri bahwa kolonialisme yang terjadi berabad-abad lamanya memberikan dampak yang tidak sedikit.
Hal inilah yang sebenarnya Presiden Soekarno mengubah beberapa proyek mercusuarnya, selain dari ambisi politik yang sedang ia bangun.
Arsitektur Masjid Istiqlal
Mengutip dari buku berjudul “Seri Bangunan Bersejarah: Masjid” (2023), Frederich Silaban yang membuat rancangan arsitektur dari Masjid Istiqlal.
Ia memadukan antara arsitektur gaya Eropa, Indonesia, dan Timur Tengah. Gaya arsitekturnya adalah modern internasional dengan mengimplementasikan berbagai bentuk geometri untuk setiap bangunan dan ornamennya.
Pembangunan masjid ini menggunakan material berupa baja anti karat dan marmer untuk bagian lantainya. Masjid Istiqlal memiliki menara tunggal yang memiliki ketinggian 96,66 meter. Bagian kubah masjid memiliki diameter 45 meter yang melambangkan tahun 1945 atau tahun kemerdekaan Indonesia.
Terdapat 12 pilar yang mengelilingi kubah Masjid Istiqlal. Ini menjadi simbol dari tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu 12 Rabiul Awal.
Tak hanya itu, pada bagian menara setinggi 30 meter melambangkan 30 juz dalam Al-Qur’an. Bangunan masjid juga memiliki lima lantai yang menandai rukun Islam.
Bagi para jamaah yang akan melaksanakan sholat bisa melalui tujuh pintu masjid. Pintu-pintu masjid itu memiliki nama tersendiri yang menggunakan nama-nama Asmaul Husna.
Ketujuh pintu itu antara lain, Pintu Al-Fattah (Gerbang Pembuka), Al-Quddus (Gerbang Kesucian), Al-Quddus (Gerbang Kesucian), As-Salam (Gerbang Kedamaian), Al-Malik (Gerbang Raja), Al-Ghaffar (Gerbang Ampunan), Ar-Rozzaq (Gerbang Rezeki), dan Ar-Rahman (Gerbang Pengasih).
Sejarah Masjid Istiqlal hingga kini masih menjadi salah satu masjid yang selalu ramai pengunjung. Apalagi ketika momen-momen peringatan hari besar Islam seperti Bulan Suci Ramadhan. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)