harapanrakyat.com – Kasus kekerasan dan pelecehan seksual kepada anak dan perempuan di Bandung Barat, Jawa Barat, terus meningkat setiap tahunnya. Pemkab Bandung Barat mencatat, pada 2023 terjadi 58 kasus pelecehan dan kekerasan. Jumlah itu pun meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Baca Juga : Anggota DPR RI Ini Soroti soal Gangguan Kesehatan Mental Masyarakat
Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pemkab Bandung Barat, Rini Haryani mengungkapkan, pada 2022 jumlah kasus pelecehan dan kekerasan seksual mencapai 53 kasus. Sedangkan pada 2021 ada sebanyak 51 kasus.
“Trennya (kekerasan dan pelecehan seksual anak dan perempuan) terus naik. Terutama pada tahun 2023 karena kini banyak korban berani melapor,” kata Rini, Selasa (6/2/2024).
Rini menjelaskan, jika kasus yang paling menonjol di Bandung Barat adalah kasus pelecehan seksual kepada anak. Tercatat ada 30 kasus dari total 58 kasus sepanjang 2023 lalu. Sisanya adalah kasus human traficking dan penelantaran.
“Rasionya, kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan dan anak ini dialami oleh 4 dari 100 ribu perempuan dan 5 orang dari 100 ribu anak,” tutur Rini.
Kendati seperti itu, menurut Rini, jika dibandingkan dengan skala nasional, angka kasus kekerasan dan pelecehan seksual perempuan dan anak di Bandung Barat masih terhitung relatif rendah. Karena prevalensi kasus tertinggi di tingkat nasional adalah 13 orang dari 100 ribu perempuan dan 18 dari 100 ribu anak.
“Kini, banyak dari korban yang berani melapor. Kami juga menyiapkan berbagai program pendampingan,” katanya.
Perkuat Program Perlindungan Korban Kekerasan dan Pelecehan Anak dan Perempuan
Lantaran banyaknya korban yang berani melaporkan kasus kepada anak dan perempuan ini, Rini menjelaskan, Pemkab Bandung Barat mengoptimalisasi Gerakan Perlindungan Perempuan dan Anak atau Geprak.
“Geprak ini memiliki tujuan agar aparat terkait dapat terus mengusut kasus kekerasan dan pelecehan seksual anak dan perempuan secara tuntas. Selain itu, memberi pendampingan hukum dan rehabilitasi pemulihan trauma kepada korban,” katanya.
Baca Juga : Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Barat Meningkat
Ia pun memastikan, korban mendapatkan layanan kesehatan serta pemulihan trauma. Hal ini menjadi yang paling penting agar masa depan korban tidak terganggu.
Sebagai langkah antisipasi, lanjut Rini, saat ini pihaknya sedang gencar mengkampanyekan program Pola Asuh Anak Remaja di Era Digital Cegah Kekerasan.
“Program ini kami rancang agar ruang lingkup keluarga dalam masyarakat dapat melakukan antisipasi terhadap tindak-tindak kekerasan dan pelecehan seksual. Hal itu melalui pola asuh yang baik dan benar,” ucapnya. (Juhaeri/R13/HR Online/Editor-Ecep)