harapanrakyat.com,– Banjir bandang di Bandung pada 1945 bukti liciknya Belanda yang membonceng sekutu demi menguasai kembali tanah jajahannya di Hindia Belanda (Indonesia). Peristiwa ini tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai peristiwa memilukan.
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia tahun 1945, Kota Bandung pernah mencekam pada masa revolusi berlangsung. Rakyat Jawa Barat khususnya di Kota Bandung menginisiasi perlawanan terhadap Sekutu yang saat itu memaksakan datang kembali ke Indonesia, untuk mempertahankan kekuasaan kolonial Belanda sampai tahun 1949.
Rakyat Bandung dengan pasukan Sekutu saling menyerang. Kebetulan kekuatan rakyat sedikit tertolong dengan senjata hasil rampasan gudang amunisi Jepang, di Dayeuhkolot.
Sekutu sempat kewalahan menghadapi mereka karena ternyata rakyat Bandung juga dibantu oleh kantong-kantong militer yang berasal dari perkumpulan laskar.
Berbagai strategi dicoba Sekutu untuk mengalahkan kekuatan republik. Mulai dari mempraktikkan perang gerilya sampai membuat jebakan-jebakan mematikan di tengah perkotaan Paris van Java. Namun semua itu gagal, tak ada satupun yang membuat rakyat pribumi menderita.
Perlawanan malah menjadi-jadi setelah sejumlah rakyat mengetahui jika Sekutu telah mempersiapkan jebakan yang lebih dahsyat lagi. Apa yang akan dibuat oleh tentara Sekutu untuk menjebak pejuang kita saat itu?
Baca Juga: Kisah Mayor Daan Mogot Gugur dalam Pertempuran Lengkong di Tangerang
Melakukan Sabotase yang Menimbulkan Bencana Alam Banjir Bandang di Bandung 1945
Menurut Edi S Ekadjati dalam buku berjudul, “Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jawa Barat” (1979), tentara Sekutu telah mempersiapkan teknik sabotase yang bisa menimbulkan bencana alam yang dahsyat di Kota Bandung.
Pasukan Sekutu ternyata menjebol pintu air Cikapundung. Tanpa disadari rakyat Bandung sebelumnya. Padahal penjebolan tersebut bisa membuat kota berjuluk Paris van Java tersebut tenggelam.
Akibat peristiwa ini pada tanggal 27 November 1945 Bandung dilanda banjir bandang. Bencana alam yang berasal dari aksi sabotase tersebut menimbulkan ratusan korban jiwa.
Hal ini karena jebolnya tanggul Cikapundung terjadi pada malam hari saat masyarakat sekitar lelah dan istirahat.
Selain banyak menimbulkan korban jiwa, bencana banjir tersebut juga membuat sejumlah rakyat Bandung kehilangan tempat tinggal. Rumah-rumah mereka tergusur air luapan sungai Cikapundung.
Akibat peristiwa ini rakyat kembali menderita, penderitaan tersebutlah yang membuat mereka patah semangat untuk melawan Sekutu.
Itulah tujuan tentara Sekutu menjebol tanggul Cikapundung. Selain untuk membuat rakyat Bandung lenyap, tapi juga berupaya mematahkan semangat perjuangan pribumi dengan singkat dan cepat.
Membelah Bandung Menjadi Dua Bagian
Setelah banyak korban jiwa akibat banjir bandang tanggal 27 November 1945, Sekutu lantas menekan Gubernur Jawa Barat Sutardjo Kartahadikusumo untuk menyerahkan Bandung sepenuhnya kepada Belanda.
Baca Juga: Propaganda Ala Seniman Indonesia yang Bikin Belanda Pusing
Sekutu juga mengirimkan pesan pada Sutardjo agar Kota Bandung dibelah menjadi dua bagian. Bagian pertama yakni Bandung Utara, dan bagian kedua adalah Bandung Selatan. Khusus Bandung Utara, Sekutu menginginkan wilayah tersebut bebas dari rakyat pribumi –terutama mereka yang bersenjata.
Karena kekuatan rakyat Jawa Barat sempat terjeda oleh bencana banjir, dengan cara terpaksa Gubernur Sutardjo mengabulkan permintaan Sekutu. Akibat hal ini wilayah Bandung Utara menjadi daerah yang penuh oleh orang-orang kulit putih. Sedangkan seluruh rakyat Bandung pindah ke Wilayah bagian Selatan.
Peristiwa perpindahan rakyat Bandung ke wilayah Selatan dicatat Edi dalam penelitiannya yakni pada tanggal 29 November 1945. Konon perpindahan paksa itu diikuti dengan tangisan rakyat.
Hal ini karena, selain tidak rela kehilangan tempat tinggal, warga Bandung yang pindah tersebut masih belum pulih dari duka akibat anggota keluarganya jadi korban banjir bandang tahun 1945.
Sekutu Mendominasi Kota Bandung
Sejak tanggal 29 November 1945 Sekutu telah mendominasi Kota Bandung. Mereka mulai menduduki gedung-gedung penting untuk dijadikan kembali sebagai pusat pemerintahan Belanda. Salah satu gedung penting yang berhasil dikuasai Sekutu di Bandung adalah Gedung Sate.
Baca Juga: Sejarah Konferensi Meja Bundar, Akhiri Konflik Indonesia dan Belanda
Berdasarkan wawancara saksi sejarah yang dilakukan oleh Edi di akhir tahun 1970, konon Sekutu sempat bersitegang dengan kalangan pemuda saat ingin menduduki gedung sate.
Akibat peristiwa ini 7 pemuda menjadi korban, mereka gugur sebelum akhirnya Sekutu menguasai gedung tersebut. Adapun para pemuda yang gugur dalam peristiwa ini terdiri dari, Didi Kamarga, Sulodo, M. Mochtaruddin, Rana, Subengat, Susilo, dan Surjono.
Karena menguasai gedung tersebut, tentara Sekutu mendominasi Kota Bandung. Mereka menerapkan siaga perang dengan pasukan republik karena di awal tahun 1946 kekuatan rakyat Bandung kembali bertambah.
Khusus Bandung Utara, Sekutu menjamin tidak bisa diganggu oleh perlawanan rakyat. Sebab selain diisi masyarakat sipil Belanda, wilayah yang jadi pusat Kota Bandung ini juga ditempati para perwira militer Sekutu. Oleh sebab itu pengamanan wilayah secara otomatis lebih kuat dari pada daerah-daerah lain yang hanya ditinggali kelompok sipil. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)