Sabtu, April 12, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Mata Air Sunda Kelapa di Kantor Gubernur VOC

Sejarah Mata Air Sunda Kelapa di Kantor Gubernur VOC

harapanrakyat.com,- Sejarah mata air Sunda Kelapa di Kantor Gubernur VOC yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Jakarta pada zaman kolonial Belanda. Tahun 1602 VOC datang ke Nusantara.

Mereka kemudian mendirikan kekuasaan di daerah Batavia sekitar tahun 1619. VOC merebut kekuasaan Demak yang kala itu pimpinannya Fatahillah.

Sebelum VOC datang ke Batavia, Demak memilih tempat untuk membenamkan kekuasaannya di Sunda Kelapa tidak sembarang pilih.

Konon tempat yang dipilih jadi pusat pemerintahan Demak di daerah Sunda Kelapa berasal dari tanah yang keramat.

Pernyataan tersebut dari temuan berbagai fakta sejarah. Salah satunya temuan adanya mata air di depan pusat pemerintahan kerajaan Demak yang ada di Sunda Kelapa. Hal itu untuk mempermudah sumber air bagi kehidupan rakyat Sunda Kelapa.

Mengalirkan air bersih dari mata air Sunda Kelapa berjalan sampai era VOC. Pada saat itu pemerintah VOC mengizinkan masyarakat pribumi memanfaatkan air tersebut untuk kepentingan sehari-hari.

Walaupun air tersebut tidak mengaliri semua sudut Sunda Kelapa, tapi setidaknya ratusan penduduk dapat menginsumsi sumber mata air yang berlimpah itu.

Baca Juga: Sejarah Meriam si Jagur, Legenda dan Mitos Senjata Peninggalan VOC di Pelataran Kota Tua Jakarta

Saat ini petilasan mata air peninggalan Sunda Kelapa dan VOC itu masih bisa kita temukan di pelataran Kota Tua Jakarta.

Entah karena keadaan lingkungan yang semakin tercemar, sejak abad ke-19 mata air tersebut sudah tidak mengeluarkan genangan air beningnya hingga hari ini.

Sejarah Mata Air Sunda Kelapa di Kota Tua Jakarta Aliri Kebutuhan Hidup Warga Metropolitan

Pada zaman kerajaan Sunda Kelapa, mata air yang sekarang ada di pelataran Kota Tua Jakarta menjadi pusat air bersih yang mengaliri kebutuhan hidup masyarakat metropolitan.

Fatahillah memilih tempat tersebut agar bisa mengatur kehidupan penduduk yang saat itu sedang kesulitan air bersih.

Karena manajemen air berjalan dengan baik, maka kehidupan masyarakat metropolitan di Jayakarta saat itu bisa berjalan lancar.

Tempat tandus mendadak berubah menjadi bersih, rimbun pepohonan, dan menghasilkan udara yang sehat.

Sepanjang kejayaan Jayakarta di tangan Fatahillah, keadaan masyarakat semakin sejahtera.

Namun, seiring datangnya imperialisme-kolonialisme VOC, keadaan Jayakarta berubah drastis. Seperti alam yang menolak orang asing, Jayakarta mengalami berbagai musibah.

Baca Juga: Kerusuhan Mandor Kelapa 1939, Unjuk Rasa Petani Kopra di Banjar Patroman Tolak Profesi Makelar

Selain musibah alam, daerah tersebut juga dilanda oleh wabah penyakit. Akibat peristiwa ini, keadaan alam di Jayakarta semakin rusak.

Meski begitu, sumber mata air Sunda Kelapa yang dikeramatkan penduduk Jayakarta masih bisa mengaliri beberapa wilayah padat penduduk.

Mata Air Selamatkan Masyarakat dari Wabah Kolera

Menurut Andrian Attahiyat dalam publikasinya berjudul “Sejarah Pengelolaan Kota Tua DKI Jakarta: Jilid II (2019), mata air yang terdapat di tengah-tengah pelataran Kota Tua Jakarta itu turut menyelamatkan masyarakat dari kejamnya wabah kolera.

Peristiwa itu berawal saat Mataram menyerbu Batavia tahun 1628. Tapi karena prajurit VOC yang kuat dan bersenjata lengkap, maka belasan ribu prajurit Mataram gugur dalam peperangan.

Sultan Agung yang mendengar kabar tersebut geram. Ia berpikir keras, sampai suatu saat ide sadis pun mendapat kesepakatan bersama.

Kala itu Sultan Agung menyuruh panglima perangnya memasukan jasad-jasad pasukan Mataram yang gugur ke Sungai Ciliwung.

Baca Juga: Sejarah Pembangunan Jalur Kereta Api Banjar-Pangandaran yang Bikin Bangkrut Pengusaha Swasta

Jasad itu sengaja dibiarkan membusuk hingga menimbulkan bau tidak sedap. Hal ini pun menimbulkan pencemaran lingkungan dengan cepat.

Akibatnya, berbagai macam penyakit berkumpul di setiap sudut lingkungan Batavia. Wabah yang mendominasi antara lain penyakit kolera (muntah darah).

Salah satu korbannya adalah Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen. Ia meninggal karena kolera pada 2 September 1629.

Setelah peperangan teratasi, pemerintah VOC kemudian memperbaiki lingkungan yang terkontaminasi jasad prajurit Mataram.

Menggunakan aliran dari mata air Sunda Kelapa di Kota Tua Jakarta, maka seluruh kotoran yang mengendap di Sungai Ciliwung bisa teratasi dengan baik.

Mata Air Menghilang Abad ke-19 Masehi

Sejumlah literasi sejarah menyebut mata air yang ada di pelataran Kota Tua Jakarta sudah hilang sejak abad ke-9 Masehi.

Penyebab pasti hilangnya mata air tersebut belum diketahui pasti. Namun, jika dilihat dari struktur alam, mata air Sunda Kelapa itu hilang akibat penurunan kualitas lingkungan di Jakarta sejak kejayaan Hindia Belanda.

Pada zaman Hindia Belanda, mata air tersebut tetap diabadikan sebagai peninggalan masa lalu yang berharga.

Kemudian pada tahun 1972, pemerintah Indonesia meneliti lebih lanjut mengenai kebenaran mata air di Kota Tua Jakarta.

Setelah melakukan penelitian para peneliti terkejut. Mereka melihat banyak pipa-pipa air kuno yang terbentang jauh keluar dari komplek Kota Tua Jakarta.

Dari penemuan ini para peneliti arkeologi memutuskan untuk menyatakan benar jika masa lalu terdapat mata air yang berlimpah di tempat tersebut.

Saat ini bekas mata air itu diberikan penanda oleh Museum Sejarah Jakarta. Artinya, jika Anda penasaran dan ingin melihatnya lebih nyata, maka Anda bisa datang secara langsung ke lingkungan bangunan bersejarah di Kota Tua Jakarta. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)

Tabrak Tembok Jembatan Cimedang Tasikmalaya, Pemotor Hanyut hingga Meninggal Dunia

Tabrak Tembok Jembatan Cimedang Tasikmalaya, Pemotor Hanyut hingga Meninggal Dunia

harapanrakyat.com,- Seorang pemotor menabrak tembok jembatan hingga terjun ke Sungai Cimedang, Desa Margaluyu, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (11/4/2025). Korban yang sempat...
Toko Bangunan di Garut Dilahap si Jago Merah, Kerugian Capai Ratusan Juta

Toko Bangunan di Garut Dilahap si Jago Merah, Kerugian Capai Ratusan Juta

harapanrakyat.com,- Kebakaran hebat terjadi di jalan lintas selatan atau tepat di Kampung Rancabuaya, Desa Purbayani, Kecamatan Caringin, Garut, Jawa Barat, Sabtu (12/4/2025). Sebuah toko bangunan di...
Berkunjung ke Sumedang, Menteri Abdul Mu'ti Bantuan untuk Guru Honorer Segera Disalurkan

Berkunjung ke Sumedang, Menteri Abdul Mu’ti: Bantuan untuk Guru Honorer Segera Disalurkan

harapanrakyat.com,- Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), memastikan akan menyalurkan bantuan langsung kepada para guru honorer. Hal itu Mendikdasmen Abdul Mu'ti katakan...
Dilirik Banyak Klub, Ini Alasan Rizky Ridho Masih Setia ke Persija Jakarta

Dilirik Banyak Klub, Ini Alasan Rizky Ridho Masih Setia ke Persija Jakarta

Pemain Persija Jakarta, Rizky Ridho, kembali jadi perbincangan hangat di dunia maya. Apalagi dalam waktu dekat, Ridho akan melawan mantan timnya dulu, Persebaya. Bek andalan...
Sosok Titiek Puspa di Mata Sang Adik Bisa Menjadi Kakak Sekaligus Teman

Sosok Titiek Puspa di Mata Sang Adik: Bisa Menjadi Kakak Sekaligus Teman

Kepergian artis senior Titiek Puspa berhasil meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia, khususnya keluarga terdekat. Sang adik, Sumarningsih terlihat tak kuasa menahan tangis kesedihan...
Wakil Bupati Tasikmalaya dilaporkan ke polisi dengan tuduhan pemalsuan surat

Dituding Palsukan Surat oleh Bupati, Wabup Tasikmalaya: Yang Buat Setda

haraparakyat.com,- Wakil Bupati (Wabup) Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin, dilaporkan oleh tim kuasa hukum Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto ke Satreskrim Polres Tasikmalaya, Jumat (11/4/2025). Laporan...