harapanrakyat.com,- Museum Bank Indonesia mengadakan Seminar Nasional bertajuk “Peran BI di Daerah: Dulu dan Kini”, dan peluncuran buku sejarah serta heritage Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) BI Provinsi Sulawesi Utara.
Seminar Nasional Museum Bank Indonesia yang digelar Rabu (26/7/2023) lalu, menghadirkan beberapa pembicara, diantaranya Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, Gubernur Bank Indonesia (2003-2008), Burhanuddin Abdullah.
Kemudian, peneliti ekonomi dari Universitas Jember, Adhitya Wardhono, dan peneliti sejarah ekonomi di Australia National University, Prof. Pierre van Der Eng.
Forum seminar dimulai dengan membahas garis besar sejarah Bank Indonesia yang dipaparkan Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti.
Ia menjelaskan bahwa, gedung Museum BI sudah dibangun sejak era pemerintah Hindia Belanda tahun 1828. Saat itu Belanda menjadikan bangunan tersebut sebagai pusat administrasi ekonomi negara.
Namun, terdapat sumber lain yang menyatakan bangunan Museum Bank Indonesia bahkan sudah ada sejak tahun 1600.
Kala itu bangunan ini berbentuk gereja, dan pada saat Sultan Agung menyerang Batavia tahun 1628, gedung tersebut beralih fungsi menjadi gudang penyimpanan senjata prajurit Mataram.
Baca Juga: Hagia Sophia, Museum Turki yang Dijadikan Masjid
Pada masa pemerintah Hindia Belanda, Museum Bank Indonesia bernama De Javasche Bank atau DJB. Instansi pemerintah kolonial kemudian memberi arahan ke setiap pemerintah daerah untuk membangun gedung yang sama.
Fungsinya antara lain untuk membangun pusat administrasi kolonial yang semakin kuat di setiap wilayah.
Museum Bank Indonesia Sukses Luncurkan 16 Buku Seri Sejarah KPW
Destry Damayanti menyambut kagum tim sejarawan di Museum Bank Indonesia yang sukses meluncurkan 16 buku seri sejarah Kantor Perwakilan Wilayah. Karena ini merupakan suatu penghargaan prestasi Museum BI yang paling penting.
Peluncuran buku tersebut juga merupakan salah satu alternatif Museum Bank Indonesia untuk memberikan pengetahuan umum tentang perjalanan ekonomi bangsa dari dulu hingga kini.
Oleh sebab itu, menurut Destry Damayanti, acara seminar nasional tersebut menjadi bagian penting dari dinamisasi program kerja museum.
Pihaknya berharap ke depan tim sejarah Museum Bank Indonesia terus aktif dan berkolaborasi dengan para pegiat sejarah, pakar ekonomi, dan budayawan. Tujuannya untuk menggali sejarah Bank Indonesia yang belum terungkap.
Baca Juga: Soleh Kucing Museum Geologi Bandung Viral, Netizen: PNS Jalur Gemoy
Museum BI Jadi Bangunan Cagar Budaya Terpenting di Jakarta
Menurut peneliti sejarah ekonomi dari Australia National University, Prof. Pierre van Der Eng, Museum Bank Indonesia merupakan bangunan cagar budaya terpenting yang ada di Ibu Kota Jakarta.
Ia mengatakan, Museum BI sudah ditetapkan oleh pemerintah menjadi bangunan Cagar Budaya sejak tahun 1993.
Sedangkan, pada tahun 2006 bangunan tersebut direnovasi ulang untuk dijadikan museum. Maka sejak saat itulah Museum Bank Indonesia berdiri.
Adapun yang dimaksud sebagai bangunan cagar budaya terpenting di Ibu Kota, karena bangunan tersebut menyimpan memori kolektif bangsa tentang dinamika ekonomi dari zaman ke zaman.
Adanya kesadaran sejarah dengan mendirikan museum membuat para peneliti dan pihak terkait Bank Indonesia merasa optimis untuk melestarikan sejarah bangunan tersebut.
Bank Indonesia Tumbuh Lebih Baik, Kreatif dan Inovatif
Baca Juga: BI Lakukan Penyesuaian Tarif Layanan QRIS Usaha Mikro
Gubernur Bank Indonesia Periode (2003-2008), Burhanuddin Abdullah, mengatakan, Bank Indonesia sekarang telah tumbuh menjadi lebih baik, kreatif, dan inovatif.
Pernyataan itu terbukti dari beberapa program bidang kerja, salah satunya dalam bidang museum.
Museum BI tumbuh menjadi lebih baik, kreatif, dan inovatif. Adanya acara seminar nasional saat ini menjadi bagian kreatifitas tim Museum BI. Selain itu, berbagai koleksi di museum mencerminkan inovatif.
Siapa pun yang terlibat dalam bidang tersebut tentunya mengundang banyak apresiasi. Selain karena visualisasi Museum Bank Indonesia yang menarik, juga terdapat narasi kesejarahan yang rinci sehingga sangat bermanfaat bagi para pengunjung.
Burhanuddin berpesan kepada generasi Bank Indonesia supaya mempertahankan prestasi kerja. Prestasi dapat dicapai apabila setiap pekerjaan dilakukan dengan ikhlas.
Jika itu terjadi, maka apapun yang menjadi pekerjaannya akan dilakukan secara all out. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)