Profil KH Noer Alie merupakan ulama kharismatik asal Bekasi, Jawa Barat yang menentang penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia.
KH Noer Alie adalah salah satu tokoh yang menjadi garda terdepan dalam perjuangan menentang kehadiran para penjajah di Indonesia.
Tak hanya itu, sebagai salah satu ulama kharismatik dari Jawa Barat tak heran ketika KH Noer Alie mengajak umat untuk mengangkat senjata melawan penjajah, banyak rakyat yang bergabung.
Karena peran dan perjuangan inilah KH Noer Alie mendapat anugerah sebagai pahlawan nasional oleh Pemerintah Indonesia.
Baca Juga: Sofia WD, Seniman Kemerdekaan Asal Bandung Berpangkat Sersan Mayor
Profil KH Noer Alie, Ulama Kharismatik Asal Bekasi
KH Noer Alie lahir tepat pada 15 Juli 1914 di Desa Ujung Malang Bekasi. KH Noer Alie merupakan anak dari pasangan H. Anwar bin Layu dan Hj. Maimunah.
Ia adalah anak keempat dari sepuluh bersaudara, ia memiliki tiga orang kakak yang bernama H. Thayyeb, H. Arfah, dan H. Maani serta memiliki enam adik yang terdiri dari Marhamah. Marzuqi, Abdurrasyid, H. Muhyiddin, Mujtaba, dan Hasanah.
Sejak kecil KH Noer Alie memang sudah mendapatkan pendidikan keagamaan yang kuat. Selayaknya anak kampung seusianya, pendidikan Al-Quran merupakan hal yang wajar di zaman tersebut.
KH Noer Alie sendiri mendapatkan pendidikan Al-Qur’an langsung dari ayah dan kakaknya. Bahkan di usia lima tahun KH Noer Alie sudah mampu menghafal beberapa surah pendek.
Sejak kecil KH Noer Alie memang dikenal sebagai anak yang tekun dan berbakti kepada orang tua. Selain itu, ia juga sudah dibekali dengan sikap kepemimpinan yang tampak pada dirinya bahkan sejak ia belia.
Terinspirasi Sang Guru
Mengutip “Mimbar Ulama: Ketika Alquran Dihina” (2016), sifat kepemimpinan KH Noer Alie terlihat ketika sejak kecil ia tidak mau tampal di belakang, ia selalui ingin tampak di muka sebagai orang pertama.
Tak hanya itu, ia juga pernah menyampaikan bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi pemimpin agama. Agaknya pandangan ini sendiri datang dari gurunya yang selalu menyampaikan ungkapan, Baldatun thoyyibatun warobbun ghofur yang artinya negara sejahtera yang dilindungi oleh Allah.
Baca Juga: Mengenal Menteri Sosial Pertama Asal Ciamis yang Menikahi Perempuan Ukraina
Ketika usia KH Noer Alie mencapai tujuh tahun, KH Noer Alie menuntut ilmu kepada Guru Mugni. Banyak sekali pelajaran keislaman yang KH Noer Alie ambil dari gurunya ini. selain berguru kepada Guru Mugni KH Noer Alie juga berguru pada seorang ulama besar Betawi yang bernama Guru Marzuki.
Tepat pada tahun 1940, KH Noer Alie menikah dengan Siti Rahma yang merupakan anak dari Guru Mugni. Kehadiran Siti Rahma dalam hidup K.h. Noer Alie terbukti membawa berkah dengan semakin banyaknya jamaah pengajian terutama murid putri yang langsung diajari oleh istrinya.
Dari hasil pernikahan inilah KH Noer Alie dikaruniai empat orang putra dan delapan orang putri yang terdiri dari Faridah, Shalihah, Abdullah, Amin Noer, Atiqoh Noer, Ulfah Noer, Nurul Anwat, Wardah Noer, Dustur, Abidah Noer, Hikmah, dan Mahmudah Noer.
Sedangkan dari istri keduanya yang bernama Rahmani KH Noer Alie dikaruniai seorang putri bernama Aisyah Noer.
Ulama Kharismatik Asal Bekasi
Selama masa-masa perang kemerdekaan KH Noer Alie menjadi salah satu tentara yang turut memperjuangkan kemerdekaan.
Bahkan KH Noer Alie pernah memiliki pangkat Kolonel yang lebih tinggi dari Pak Harto waktu itu yang masih berpangkat Mayor.
KH Noer Alie dikenal sebagai salah satu ulama simbol perjuangan rakyat Bekasi terhadap kolonialisme Belanda, dan Jepang.
Noer Aldie sendiri pernah pemimpin dalam berbagai organisasi seperti Komandan Batalyon III Hizbullah Bekasi dan pemimpi markas pusat Hizbullah-Sabilillah (MPHS).
Nasrudin Anshori dalam “Rekam Jejak: Dokter Pejuang dan Pelopor Kebaikan Nasional” (2008) menyebut, Markas Pusat Hizbullah Sabilillah atau MPHS ini sendiri merupakan organisasi gerilya yang dibentuk KH Noer Alie pasca Agresi Militer Belanda I.
Selain itu, Noer Ali juga pernah memiliki beberapa peran penting di Partai Masyumi mulai dari Ketua Umum Cabang Bekasi hingga Wakil Ketua I Partai Masyumi Jawa Barat.
Bagi masyarakat Bekasi, Noer Alie merupakan salah satu pelopor berdirinya Kabupaten Bekasi dan menjadi Bupati Bekasi di masa awal berdiri..
Profil KH Noer Alie terkenal karena memiliki semangat dakwah yang tinggi. Bahkan KH Noer Alie sangat aktif menyelenggarakan pengajian keliling dari kampung ke kampung.
Pengajian yang ia berikan pun tidak hanya terbatas bagi kalangan rakyat kecil dan menengah, namun juga kepada para pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah Bekasi.
KH Noer Alie dikenal sebagai profil ulama yang kharismatik dan merupakan pendiri Pondok Pesantren At-Taqwa pada tahun 1949-an.
Baca Juga: Profil Pangeran Aria Suria Atmadja, Bupati Sumedang yang Dikagumi Belanda
Selain menjadi pendiri Pondok Pesantren At-Taqwa KH Noer Alie juga merupakan pendiri Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.
Legitimasi yang kuat dari KH Noer Alie membuatnya disegani oleh orang-orang. Termasuk ketika terjadi penyerahan kekuasaan negara federal kepada Republik Indonesia, KH Noer Alie dan dan 25 ribu rakyat Bekasi melakukan deklarasi.
Penentang Penjajahan di Indonesia
KH Noer Alie merupakan profil ulama yang amat menentang adanya penjajahan dan penindasan terhadap kaum yang lemah.
KH Noer Alie bahkan dikenal sebagai salah satu ulama yang memiliki pandangan nasionalisme. Pada masa penjajahan Jepang KH Noer Alie pernah ditawari bekerja sama dengan Jepang.
Namun, KH Noer Alie menolaknya dan lebih memilih fokus mengurusi pondok pesantrennya. Kebijakan untuk bekerja sama dengan kalangan Islam ini memang salah satu strategi politik yang dikeluarkan oleh Jepang.
Jepang melihat bahwa umat Islam menjadi salah satu bagian yang cukup penting untuk mendukung mereka dalam menghadapi Sekutu pada Perang Dunia II.
Selama masa Agresi Militer KH Noer Alie mendapatkan perintah dari Jenderal Oerip Soemohardjo di Yogyakarta agar bergerilya di Jawa Barat.
Bersama rakyat Jawa Barat, KH Noer Alie melakukan gerilya mati-matian. Mengingat Jawa Barat waktu itu menjadi salah satu wilayah yang menjadi pusat pertempuran selama masa-masa agresi militer.
KH Noer Alie pernah turut menggerakan pasukan MPHS yang berjumlah 600 orang untuk menyerang pos-pos Belanda secara bergerilya.
Ahmad Mansur Suryanegara dalam “Api Sejarah 2: Mahakarya Perjuangan Ulama dan Santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia” (2015) menyebutkan kalimat takbir dan kalimat Hizbut Nasr menjadi penyemangat yang membangkitkan semangat juang pada pertempuran tersebut.
Rakyat Karawang hingga Bekasi saat itu membantu pasukan MPHS. Momen inilah yang membuat KH Noer Alie dijuluki sebagai “Singa Karawang-Bekasi”.
Pertempuran ini sendiri menjadi salah satu pertempuran yang membuktikan bahwa eksistensi Indonesia sebagai sebuah negara masih ada.
KH Noer Alie wafat pada 29 Januari 1992. Berkat jasa-jasanya dalam memperjuangkan Indonesia inilah, KH Noer Alie akhirnya mendapat gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputera Adipradana.
Anugerah untuk KH Noer Alie tersebut dituangkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 085/T/Tahun 2006 yang disampaikan oleh Presiden SBY kepada salah satu anak KH Noer Alie. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)