Rabu, Februari 12, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Cadas Pangeran Sumedang dan Kisah Perseteruan Pangeran Kornel dengan Daendels

Sejarah Cadas Pangeran Sumedang dan Kisah Perseteruan Pangeran Kornel dengan Daendels

Sejarah Cadas Pangeran merupakan salah satu bukti perlawanan pribumi terhadap kolonialisme di Sumedang, Jawa Barat.

Di balik pembangunan jalan yang menghubungkan Bandung dan Sumedang ini menyimpan kisah tragis perlawanan terhadap Jenderal Herman Willem Daendels.

Jalan Cadas Pangeran memang dibangun di atas struktur tanah yang unik. Jalan ini dibangun di atas tebing yang curam dan jurang sehingga sangat berbahaya untuk dilakukan.

Tak heran jika dalam proses pembangunannya sendiri sudah memakan banyak korban jiwa. Tingkat kesulitan inilah yang melahirkan konflik dan perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran Kornel.

Baca Juga: Sejarah Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan, Usaha Daendels Perbaiki Administrasi di Jawa

Sejarah Cadas Pangeran Sumedang yang Memakan Ribuan Korban Jiwa

Cadar Pangeran merupakan sebuah jalan yang letaknya 6 kilometer barat daya Sumedang. Jalan ini merupakan penghubungan proyek besar masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels yang bernama Jalan Raya Pos Daendels.

Secara geografis kawasan ini memiliki kontur tanah yang cenderung terjal dan curam. Selain itu wilayah ini juga memiliki medan berupa bebatuan cadas yang cukup sulit untuk diolah.

Tanah cadas juga merupakan jenis tanah yang sangat mudah sekali longsor. Apalagi dengan curah hujan yang tinggi sangat mudah membuat tanah menjadi erosi sehingga mengakibatkan pergeseran.

Tingkat kesulitan inilah yang membuat wilayah Cadas Pangeran banyak menelan korban jiwa hingga ribuan jiwa.

Kondisi ini pun diperparah dengan adanya wabah kelaparan dan penyakit malaria yang menyerang para pekerja Cadas Pangeran.

Ribuan warga dari Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Subang dan Indramayu dikerahkan untuk mendukung pembangunan ini. Namun, karena kondisi kerja paksa yang tidak layak membuat nyawa-nyawa orang tadi melayang sia-sia.

Angga Indrawan dalam “Napak Tilas Jalan Daendels” (2017) mengungkapkan, Cadas Pangeran memang mengurai banyak kisah tragis. Di wilayah ini, terhampar kuburan massal di sepanjang jalannya. Mantan Sekretaris Paguyuban Kuncen se-Kabupaten Sumedan, Yadi Ahyadi mengaku menjadi saksi penemuan tulang-belulang di Cadas Pangeran.

Sebenarnya sudah menjadi rahasia umum ketika sistem kerja paksa zaman kolonial ini cenderung kejam bahkan tidak manusia.

Para penduduk dipaksa bekerja melebihi batas waktu pekerjaan mereka. selain itu, makanan yang tidak layak membuat banyak yang berguguran setelah terlibat dalam proyek-proyek ambisius pemerintahan kolonial Belanda.

Di Cadas Pangeran ini juga ditemukan nama-nama kampung yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Ada kampung Singkup yang diambil dari perkakas pekerja yang didominasi menggunakan sekop (schoop/singkup).

Baca Juga: Sejarah Pajak di Indonesia, dari Zaman Kerajaan hingga Pasca Kemerdekaan

Terdapat juga Kampung Pamucatan yang berasal dari bahasa Sunda Mucat yang berarti waktunya melepaskan ikatan kerbau yang membantu transportasi di jalur turunan Cadas Pangeran,

Perseteruan Pangeran Kornel dengan Daendels

Banyaknya jumlah korban yang meninggal dalam peristiwa itu ternyata membuat Pangeran Kusumadinata IX atau Pangeran Kornel berang.

Ia menilai bahwa tindakan Daendels ini sudah melebihi batas. Selain karena banyaknya korban jiwa, alat-alat yang digunakan masih menggunakan alat-alat tradisional. Sehingga sangat tidak mendukung dalam pembangunan jalan tersebut.

Dalam cerita rakyat yang berkembang Pangeran Kornel kemudian bertemu dengan Daendels yang berkunjung ke wilayah Cadas Pangeran itu.

Ia kemudian bersalaman dengan Daendels menggunakan tangan kiri dan di tangan kanannya menggenggam Keris Naga Sasra.

Dalam catatan sejarah Cadas Pangeran, bagian ini cukup mengundang kontroversi terkait kebenarannya. Beberapa pihak menilai bahwa Daendels memang sempat ditantang dalam peristiwa itu, namun Daendels mengelak dari duel tersebut..

Sidik Pramono dalam “Ekspedisi Anjer-Panaroekan: Laporan Jurnalistik Kompas: 200 Tahun Anjer-Panaroekan, Jalan (Untuk) Perubahan” Terdapat versi lain mengenai peristiwa tersebut.

Pertemuan antara Pangeran Kornel dan Daendels tersebut tidak pernah terjadi. Mengingat tidak pernah ditemukan catatan khusus yang membahas mengenai pertemuan penting tersebut.

Apalagi jika mengacu pada prasasti yang menyebutkan bahwa Cadas Pangeran dibobok pada 26 November 1811 hingga 12 Maret 1812. Padahal Daendels sendiri sudah meninggalkan Hindia Belanda pada 29 Juni 1811.

Terlepas dari kontroversi tersebut yang pasti pasca kejadian itu penangan batuan cadas di daerah tersebut dilakukan dengan menggunakan dinamit.

Penggunaan dinamit ini memang cukup membantu terutama dalam urusan pekerjaan di daerah perbukitan ini.

Baca Juga: Sejarah Weltevreden, Pemukiman Elit Eropa di Batavia

Akhir Hidup Pangeran Kornel

Beberapa hari pasca kejadian tersebut Pangeran Kornel bersama dengan para pasukannya menyerang pasukan Belanda. Namun, pada akhirnya mereka gugur dan kalah dalam penyerangan tersebut.

Aksi Pangeran Kornel ini dinilai merupakan bentuk aksi heroiknya untuk membela kaum pribumi. Meskipun, predikat kepahlawanan ini cukup ditentang banyak pihak.

Alasannya adalah karena Pangeran Kornel pernah ditugaskan untuk menumpas perlawanan rakyat Cirebon yang dilakukan oleh Bagus Rangin.

Tentu saja gelar kepahlawanan ini hanya berlaku bagi mereka yang tinggal di kawasan Sumedang. Lain halnya dengan daerah lainnya.

Mengutip, “Album Kenangan Perjuangan Siliwangi” (1991), hingga hari ini wilayah jalan tersebut masih dinamakan Jalan Cadas Pangeran untuk mengenang keberanian seorang pangeran.

Tidak sampai di situ di bagian pintu masuk kawasan tersebut juga dibangun sebuah patung monumen Pangeran Kornel yang berjabat tangan dengan Daendels sambil memegang keris di tangan kanannya.

Monumen itu sendiri menggambarkan bahwa Pangeran Kornel sebagai sosok pahlawan yang tak gentar dalam menghadapi Gubernur Hindia Belanda yang terkenal bengis tersebut.

Hingga kini jalan Cadas Pangeran ini masih terus difungsikan dan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Apalagi kawasan tersebut memiliki pemandangan yang asri dan menyejukkan.

Namun, di balik pemandangan tersebut terdapat kisah pilu dan tragis dari sisa-sisa kolonialisme Belanda di Indonesia. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Memahami Konsep Pelepasan dan Penerimaan Elektron

Memahami Konsep Pelepasan dan Penerimaan Elektron

Pelepasan dan penerimaan elektron merupakan bagian dari reaksi redoks yang melibatkan transfer elektron. Dalam hal ini, istilah redoks berasal dari dua konsep penting, yakni...
Pengembangan Pantai batukaras

Bupati Pangandaran Terpilih Citra Pitriyami Prioritaskan Pengembangan Pantai Batukaras

harapanrakyat.com,- Bupati Pangandaran terpilih Citra Pitriyami, akan fokus pada pengembangan pariwisata, salah satunya adalah Pantai Batukaras. Citra mengatakan bahwa prioritas pembangunan ada di objek...
Inspirasi Desain Kebun Sayur Belakang Rumah Agar Tampil Cantik

Inspirasi Desain Kebun Sayur Belakang Rumah Agar Tampil Cantik

Desain kebun sayur di belakang rumah memang sangat menarik. Menanam sayur di rumah memberikan banyak manfaat bagi pemiliknya, salah satunya mengurangi kebutuhan untuk membeli...
Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon

Perjalanan Cinta Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon Berawal dari Cinlok hingga Menikah

Aktor pemain film Dua Garis Biru, Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon kini resmi menikah. Momen pernikahan keduanya diunggah oleh Angga melalui akun media sosial...
Onyo Tinggal Serumah dengan Sarwendah

Ruben Beberkan Alasan Onyo Tinggal Serumah dengan Sarwendah: Dia Butuh Sentuhan…

Ruben Onsu membeberkan alasan Betrand Peto atau Onyo tinggal serumah dengan Sarwendah. Seperti diketahui, sejak tahun 2019, Betrand Peto sudah menjadi anak angkat dari...
Intan Nuraini

Intan Nuraini Rayakan Ulang Tahun Putrinya, Warganet Ramai Berikan Doa Terbaik

Lama tak muncul ke publik, Intan Nuraini bagikan postingan ulang tahun anak perempuannya. Hijaber cantik yang merupakan ibu tiga anak ini kompak merayakan ulang...