Rabu, April 23, 2025
BerandaBerita TerbaruTradisi Rampok Macan, Adu Manusia dengan Binatang Buas di Jawa Abad 17

Tradisi Rampok Macan, Adu Manusia dengan Binatang Buas di Jawa Abad 17

Pada abad ke-17 –kurang lebih sekitar tahun 1799-1800 masehi bangsa asing mencatat  pulau Jawa telah mempraktikan hiburan yang sama dengan raja-raja Romawi kuno yaitu, adu manusia dengan binatang buas sampai salah satu di antaranya ada yang tewas. Masyarakat Jawa saat itu menyebut hiburan yang menjadi tradisi ini dengan nama Rampok Macan

Mengapa demikian, sebab kebanyakan hiburan adu ketangkasan antara manusia dengan macan atau harimau. Mereka bertarung satu sama lain dan saling memperlihatkan kekuatan.

Selain menggunakan harimau kadang-kadang para pengurus acara ini menambahkan hewan buas lainnya yaitu banteng. Mereka memasukkan banteng liar yang galak dan menyatukannya secara bersamaan.

Pertunjukan ini menjadi hiburan populer di kalangan masyarakat Jawa abad 17. Namun karena ada orang Eropa yang memperdulikan hewan liar, maka seiring dengan berkembangnya zaman tradisi Rampok Macan ini lama-lama semakin tergerus hilang.

Baca Juga: Wabah Cacar di Bandung 1962, Ratusan Korban Meninggal Dunia

Laporan kolonial mencatat pertunjukan Rampok Macan sudah bisa dipastikan hilang dari kebudayaan orang Jawa pada abad ke-18 sampai dengan 19.

Rakyat pribumi semakin paham jika tradisi ini berisiko besar, selain bisa melukai si gladiatornya, macan yang hilang kendali bisa menyerang penonton secara membabi buta.

Tradisi Rampok Macan Selalu Diadakan di Alun-Alun Kota

Menurut Maria Sugiharto dalam Majalah Media Karya berjudul, “Rampokan” (2009), Rampok Macan atau tradisi adu manusia dengan binatang buas (macan/harimau) sering kali diadakan di alun-alun kota.

Biasanya para pengurus acara dari elit tradisi Jawa mempersiapkan alun-alun dengan pernak-pernik menarik sebelum peristiwa itu dimulai.

Diadakannya Rampok Macan di alun-alun kota menurut Maria merupakan bagian dari simbolis orang Jawa kuno yang sarat akan makna filosofi. Konon hal ini menandakan jika para pembesar tanah Jawa peduli dengan kewarasan rakyatnya.

Rampok Macan adalah salah satu suplemen untuk menciptakan kewarasan rakyat Jawa, sebab kegiatan ini masuk ke dalam bagian dari hiburan rakyat. Ketika Rampok Macan dimulai rakyat di sekitarnya bisa leluasa melihat pertunjukan buas ini.

Baca Juga: Sejarah Tragedi Trisakti 1998, Catatan Kelam Perjalanan Reformasi Indonesia

Pada hakikatnya Rampok Macan selalu diadakan di alun-alun kota sebagai simbol hanya orang-orang berkuasa di Jawa saja lah yang bisa mengadakan pertunjukan semacam ini. Selain orang penting dan tidak punya kekuasaan tak bisa melakukan pertunjukan sadis tersebut.

Pertarungan Macan, Banteng, dan Manusia

Tradisi Rampok Macan tidak hanya membuat manusia bertarung dengan macan/harimau. Tetapi juga memasukan binatang liar lainnya seperti banteng.

Lantas mengapa harus banteng? Tentu jawabannya tak lepas dari simbol dalam budaya Jawa. Menurut beberapa artikel kebudayaan yang membahas ini dijelaskan jika banteng merupakan hewan mamalia yang magis.

Dalam beberapa budaya Jawa misalnya pewayangan, banteng dan harimau ada di dalam gambar gunungan.

Dalam gunungan wayang banteng dan harimau menandakan kebuasan. Dua hewan tersebut merepresentasikan sifat-sifat liar manusia ketika berada di dunia.

Pada saat waktunya tiba kembali menghadap sang pencipta, jika amal-ibadah hambanya jauh dari kata iman maka di hari penghakiman nanti akan bernasib sama seperti dua hewan di atas.

Macan dan banteng melambangkan kerusakan. Sebab dalam tradisi Rampok Macan tak jarang manusia (gladiator) kalah melawan dua hewan buas itu. Mereka menjadi mangsa yang empuk bagi macan/harimau dan jadi sasaran emosi hewan mamalia bertubuh gempal hitam –banteng.

Baca Juga: Kisah Maling Kebal di Bantul 1930, Korbannya Dipukul dan Terhipnotis

Rampok Macan: Pertunjukan Populer Golongan Priyayi Jawa

Masih menurut Maria Sugiharto (2009), berdasarkan riset yang dilakukannya menyatakan bahwa Rampok Macan merupakan pertunjukan yang populer di kalangan priyayi Jawa. Mereka orang-orang Jawa berduit dan memiliki kekuasan luas begitu senang melihat pertunjukan ini.

Saking senang dan bahagianya menonton Rampok Macan mereka sampai melakukan perjudian. Elit tradisional Jawa (Priyayi) memberikan tawaran kepada rekannya untuk taruhan. Siapakah yang menang; macan, banteng, atau manusia?

Mereka seolah menyamakan manusia dengan hewan buas. Adapun manusia yang dipilihnya sebagai Gladiator berasal dari seorang budak.

Budak, berarti mereka yang punya hutang kepada para priyayi atau mereka yang tidak punya kedaulatan atas dirinya sendiri. Selain itu ada pula budak dari orang yang berstatus tahanan kriminal.

Pertunjukan Rampok Macan memiliki unsur politis yang begitu kental. Tradisi Rampok Macan tak ubahnya seperti jalan untuk memusnahkan orang-orang bermasalah di tanah Jawa.

Hal ini juga diperjelas oleh Pangeran Diponegoro yang pernah menyaksikan hukuman mati seorang pembangkang di Kerajaan Mataram dengan mengurungnya di kandang harimau. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Tunjangan Rumah Dinas DPRD

Inspektorat Kota Banjar Soal Kerugian Negara Perkara Tunjangan Rumah Dinas DPRD

harapanrakyat.com,- Inspektorat Daerah Kota Banjar, Jawa Barat, menjelaskan kerugian keuangan negara dalam perkara Tunjangan Rumah Dinas dan Tunjangan Transportasi pada Anggaran Sekretariat DPRD Kota...
Calon jemaah haji asal Ciamis tahun 2025

Ciamis Siap Berhaji, 3 Kloter Calon Jemaah Berangkat Mei 2025

harapanrakyat.com,- Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Ciamis menyebut jumlah calon jemaah haji (Calhaj) tahun 2025 berdasarkan kuota ada 1.131 orang yang terbagi menjadi tiga...
Akumulasi Kartu Kuning

Akumulasi Kartu Kuning dan Cedera, 6 Pemain Timnas Bakal Absen Saat Lawan China

Timnas Indonesia harus memutar otak untuk menyusun strategi setelah 6 pemain kemungkinan absen. Penyebabnya adalah cedera berkepanjangan serta akumulasi kartu kuning. Padahal mereka masih...
Fuji dan Verrell Makin Dekat, Warganet Dibuat Baper

Fuji dan Verrell Makin Dekat, Warganet Dibuat Baper

Kabar tentang kedekatan antara selebgram Fujianti Utami Putri atau yang akrab dengan sapaan Fuji, dan aktor muda Verrell Bramasta kembali mencuat di jagat maya....
Kevin Diks

Kevin Diks Belum Pulih, Harus Menepi dari Line Up Timnas dan FC Copenhagen

Kevin Diks bek Timnas Indonesia dan FC Copenhagen harus menepi dari tim karena masih cedera. Melalui akun X pribadinya, ia membenarkan hal tersebut dan...
Fachri Albar Kembali Terjerat Narkoba, Hasil Tes Urin Positif

Fachri Albar Kembali Terjerat Narkoba, Hasil Tes Urin Positif

Fachri Albar kembali terjerat narkoba jadi sebuah kabar mengejutkan yang kembali mengguncang industri hiburan tanah air. Aktor kenamaan ini diamankan oleh Satresnarkoba Polres Metro...