Toety Heraty merupakan seorang filsuf senior yang pernah menjadi pengajar (dosen) di beberapa Universitas terkemuka yang ada di Indonesia.
Selama aktif dalam dunia akademis, bu Toety begitu sapaannya, terkenal sebagai filsuf yang sering memperjuangkan gerakan feminisme. Setiap pemikirannya membuka beragam pandangan baru kaum perempuan bagaimana seharusnya mereka berperilaku.
Menurut Toety, feminisme dalam filsafat adalah gerakan pendidikan khusus untuk kaum perempuan. Tujuannya agar mereka (kaum perempuan) bisa mandiri, menjadi manusia yang maju dan terus peka terhadap hal-hal faktual serta siap menghadapi masa depan dengan optimis.
Kiprah sang filsuf feminis ini membuat perempuan Indonesia sadar pada pengetahuan gender. Terutama tentang kesadaran kesetaraan gender; antara perempuan dan laki-laki. Bagi Toety perempuan harus punya sikap untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa bantuan laki-laki.
Baca Juga: Maria Dermout, Pendongeng Belanda yang Indonesianis 1888-1962
Keseriusan Toety dalam dunia gender memprakarsai pembentukan organisasi perempuan yang memiliki agenda kelas feminisme.
Perkumpulan perempuan feminis itu bernama Jurnal Perempuan. Hingga saat ini Jurnal Perempuan masih menjadi wadah populer di kalangan pejuang gerakan feminis di Indonesia.
Toety Heraty, Dosen Filsafat Senior di Universitas Indonesia
Menurut catatan yang beredar luas di masyarakat, Toety Heraty lahir di Bandung tanggal 27 November 1933. Ayah Toety seorang intelektual bergelar Insinyur, namun Toety memilih tidak sama seperti sang ayah untuk menentukan pilihan sekolah.
Toety Heraty kemudian memiliki jurusan Kedokteran di Universitas Indonesia, pada tahun 1962 jurusan yang telah sukses ditempuhnya dirasa kurang mewakili isi hati, hingga kemudian Toety melanjutkan ke jurusan Psikologi di Universitas yang sama.
Nampaknya perempuan Jawa yang numpang lahir di Bandung ini haus akan ilmu pengetahuan, buktinya pada tahun 1974 Toety memilih masuk belajar lagi di jurusan Filsafat.
Kali ini berbeda dengan sebelumnya, Toety berhasil menuntaskan kuliah filsafatnya di Rijk Universteit, Leiden Belanda.
Baru pada tahun 1979 Toety kembali pulang ke Indonesia dan menjadi dosen di almamaternya tercinta, Universitas Indonesia. Tak lama setelah itu wanita yang hobi memakai sanggul rambut ini mendapatkan promosi doktor di bidang filsafat dari FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia).
Setiap kali Toety mengajar di kelas, ia selalu mengedepankan isu-isu feminisme. Menurut beberapa Mahasiswa yang pernah belajar bersamanya, Toety sering menekankan setiap perempuan harus memahami dasar-dasar filsafat gender.
Hal ini penting sebab dari filsafat gender mereka bisa mengetahui lebih dalam tentang kesetaraan perempuan dan laki-laki.
Baca Juga: Kisah Letjen Gatot Soebroto Memaki Soeharto
Ahli Filsafat yang Juga Seorang Pebisnis
Menurut Pusat Data dan Analisa Tempo berjudul, “Toety Heraty Noerhadi-Rooseno: Penyair Kontemporer Wanita Indonesia” (2020), Toety Heraty merupakan seorang ahli filsafat yang juga aktif mengurus bisnis peninggalan ayahnya.
Sifat-sifat produktif Toety memang sudah tertanam sejak masa muda, ayahnya yang seorang arsitek pakar bangunan beton melatih Toety supaya menjadi wanita yang multitalenta. Bisa segalanya, tak heran ini ditampilkan Toety saat masa kuliah yang tidak hanya mengambil satu jurusan, tetapi beberapa jurusan yang lain termasuk filsafat.
Kebiasan itulah yang membuat Toety kemudian terampil dalam segala bidang, menjadi pebisnis oke, apalagi akademisi.
Selama hidupnya Toety juga terkenal sebagai perempuan yang punya ketertarikan kuat dalam dunia seni. Ia selalu aktif dalam dunia seni Indonesia termasuk mempelopori galang dana untuk kepentingan pertunjukan.
Karen karakteristiknya yang multitalenta, Toety kemudian dipilih menjadi Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) oleh pemerintah Orde Baru tahun 1991.
Kendati telah diangkat jadi Rektor IKJ tak membuat Toety absen dalam dunia bisnis. Sebab pada kenyataannya Toety mengerjakan dua profesi ini secara berbarengan dan dua-duanya aman-aman saja.
Toety Heraty Menekuni Dunia Sastra
Selain menjadi Filsuf, Seniman, Pebisnis, Dokter, ternyata Toety Heraty juga merupakan seorang sastrawan. Ia mulai menekuni sastra sejak usia perkuliahannya di jurusan filsafat. Konon filsafat telah membawa dirinya terjun dalam kehidupan sastra yang estetik.
Karena belajar filsafat Toety jadi bisa menulis sajak. Selama hidupnya Toety terkenal sebagai sastrawan yang produktif. Paling tidak dari tahun 1974 terdapat lebih 3 judul terbit dan semuanya populer di kalangan sastrawan domestik.
Baca Juga: Iwa Koesoemasoemantri, Menteri Sosial Pertama Kelahiran Ciamis
Antara lain pada tahun (1974) karya sastra Toety Heraty berbentuk sajak terdiri dari beberapa judul berikut, “Sajak-sajak 33”, “Dua Wanita”, dan “Siklus Geneva Bulan Juli”.
Sedangkan pada tahun 1982, orang Belanda menunjuk Toety Heraty menjadi seorang editor. Tugasnya mengalihbahasakan karya sastra di Indonesia ke dalam bahasa Belanda. Kurang lebih kerja-kerja Toety saat itu sama dengan penerjemah buku hari ini.
Adapun karya sastra milik Toety Heraty yang paling terkenal berjudul, “Calon Arang: The Story of A Woman Victimized by Partiachy”.
Popularitas fiksi ini terjadi akibat Toety menuangkan gambaran dimensi-dimensi yang harus dilakukan oleh perempuan untuk tetap hidup di lingkungan partiaki. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)