Rudy Badil merupakan salah satu personil grup lawak legendaris Warkop DKI yang tak pernah tampil naik panggung. Rudy bermain dengan Warkop hanya dalam rekaman suara. Oleh sebab itu tidak banyak orang yang kenal Rudy Badil sebagai tokoh dibalik kesuksesan Warkop.
Menurut catatan sejarah komedi di Indonesia, grup lawak Warkop dimulai sejak tahun 1970. Warkop meniti karir di sebuah Radio bernama, Radio Prambors. Rudy Badil bersama tiga teman lainnya melawak dalam siaran radio tersebut setiap Jum’at malam.
Antara lain para personil lawak Warkop di Radio Prambors terdiri dari Nanu Mulyono, Kasino, Dono, Indro dan Rudy Badil sendiri. Tiga diantaranya adalah Mahasiswa tingkat akhir di Universitas Indonesia. Sedangkan Indro saat itu masih jadi siswa SMA.
Nama Warkop mulai naik daun tatkala Prambors ingin menampilkan lawakannya secara langsung. Manggung di berbagai acara hiburan secara live, Rudy Badil mulai down.
Menurut penuturan Indro, Rudy orangnya demam panggung. Oleh sebab itu ia tak bisa melawak di depan orang banyak.
Baca Juga: Pelawak Gepeng Srimulat dan Kisah Hidupnya yang Kontroversial
Mulai dari situ Rudy Badil mulai tak bersama Warkop lagi. Kendati begitu ia tetap menjadi tim kreatif grup lawak legendaris tersebut. Rudy kerja di balik layar Warkop, dari gagasannya lahir cerita-cerita komedi Warkop yang menghibur banyak penonton.
Rudy Badil: Wartawan Media Ternama di Indonesia
Ketika Rudy selesai kuliah di jurusan Antropologi Universitas Indonesia, pria bernama asli Rudy David Mesmana bekerja di beberapa perusahaan media cetak ternama, salah satunya Kompas. Rudy menjadi wartawan yang meliput berbagai berita penting Nasional-Regional.
Konon kepiawaian menulis Rudy berasal dari pergaulannya dengan orang-orang hebat semasa menjadi Mahasiswa. Ia berteman baik dengan Soe Hok Gie, aktivis dan akademisi yang vokal terhadap pemerintahan Orde Lama.
Pertemanan Rudy Badil dengan dosen sejarah UI itu tak hanya membuat keterampilan menulisnya saja yang bertambah, akan tetapi kemajuan dalam berfikir. Apalagi ketika Rudy dan Gie sama-sama aktif dalam organisasi pencinta alam di almamaternya.
Pergaulan Rudy Badil dan Soe Hok Gie dalam organisasi itu konon mempelopori terbentuknya Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA UI) pada tahun 1960-an. Rudy mengaku produktivitasnya dalam MAPALA membuat wawasannya luas.
Seluruh pengalaman ini berkumpul menjadi satu dan menjadi daya jual Rudy Badil saat lulus dari almamater. Adapun pria berdarah campuran Manado-Tionghoa ini resmi pensiun dari Kompas pada tahun 2005.
Kendati begitu Rudy masih produktif menulis, bahkan ia juga menulis buku perjalanan tentang grup lawak legendaris Warkop.
Baca Juga: Profil Kasino Warkop, Lucu dan Pintar Matematika
Dipanggil Badil Karena Anak Kolong
Menurut pengakuan Rudy saat dalam obituari kematiannya mengaku nama Badil di belakangnya terinspirasi dari sebutan keren Anak Kolong. Anak kolong merupakan sebutan untuk anak-anak tentara yang nakal dan suka usil.
Konon Badil merupakan sebutan senjata api laras panjang dalam bahasa Dayak. Bagi Rudy yang lulusan Antropologi nama ini unik dan mewakili gaya hidupnya sehari-hari.
Statusnya sebagai anak tentara saat itu membuat Rudy kerap jadi pria usil yang menyenangkan. Ia juga tak pernah takut pada siapapun yang menantangnya berantem.
Oleh sebab itu Rudy mengaku selama mudanya sering berantem dengan orang-orang yang tak disukai. Rudy juga hobi melakukan kenakalan remaja, kendati begitu sebagai intelektual muda Rudy Badil berada pada poros kenakalan remaja kota, bukan kampungan.
Selain karena anak kolong, nama Badil membuat Rudy percaya diri. Ia dipandang rata oleh teman-teman di tongkrongannya, sebab jika ia masih menggunakan nama aslinya, Rudy David terasa congkak. Sedangkan Rudy Badil rasanya lebih egaliter, membuat siapapun gampang akrab.
Kenakalan remaja Rudy membuat namanya terkenal di kalangan tongkrongan Ibu Kota. Hal ini membuat Rudy Badil dewasa sebelum waktunya, sebab ia sering berteman dengan anak-anak muda yang usianya terpaut jauh.
Jadi Mahasiswa dan Pentolan MAPALA UI
Menurut Majalah Femina: Gaya Hidup Masa Kini, Vol. 20, Edisi 31-34 tahun 1992 bertajuk, Rudy Badil: MAPALA UI, sejak Mahasiswa Rudy memang sudah aktif dalam berbagai organisasi, salah satunya organisasi Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia.
Baca Juga: Profil Dono Warkop, Komedian yang Mengabdikan Diri Jadi Dosen
Saat itu Rudy belum menjadi Mahasiswa Antropologi, sebab pertama kali ia jadi Mahasiswa UI masuk jurusan Fakultas Hukum tahun 1965.
Konon pindah statusnya menjadi Mahasiswa Antropologi karena Rudy Badil menjalin pertemanan dengan Soe Hok Gie. Mereka sama-sama aktif dalam MAPALA UI.
Rudy Badil pernah bercerita dalam Obituari, ia begitu akrab dengan Soe Hok Gie. Aktivis yang wafat akibat menghirup gas beracun saat mendaki gunung itu sering bepergian dengan Rudy saat masih menjadi Mahasiswa.
Saking dekatnya Rudy dan Gie, sampai-sampai pemuda kritis pada masa Sukarno itu pernah curhat soal cinta.
Rudy mengatakan Soe Hok Gie memang sangar saat menjadi aktivis, ia bisa memimpin demo di jalanan meskipun berhadapan dengan tentara bersenjata lengkap. Tapi Gie tidak punya nyali saat ia menyukai seorang wanita dan ingin menyatakan cintanya. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)