Selasa, April 8, 2025
BerandaBerita TerbaruKisah Pangeran Diponegoro Gencatan Senjata saat Bulan Ramadhan

Kisah Pangeran Diponegoro Gencatan Senjata saat Bulan Ramadhan

Pangeran Diponegoro mengumumkan pada Belanda dan seluruh pengikutnya agar istirahat dari perang (gencatan senjata) sementara saat bulan Ramadhan 1245 atau tanggal 25 Februari 1830.

Tujuan gencatan senjata ini tidak lain untuk menjalankan ibadah puasa supaya para pengikutnya bisa menunaikan ibadah pada bulan suci ini dengan khusuk.

Untuk mencairkan kondisi panas akibat peperangan, Pangeran Diponegoro nekad mendatangi Jenderal De Kock di Magelang.

Mereka berdua bercakap-cakap dengan santai dan menyepakati adanya gencatan senjata selama bulan Ramadhan berlangsung.

Baca Juga: Sejarah Wonosobo, Kota Bekas Pemukiman Prajurit Diponegoro

Bahkan untuk menghormati itikad baik Diponegoro, Jenderal De Kock menugaskan medis garnisun merawatnya akibat penyakit malaria Diponegoro kambuh.

Seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya, hubungan Diponegoro dan Belanda yang diwakili oleh Jenderal De Kock mendadak damai. Semua berseri-seri menunjukan perdamaian yang dipercaya oleh pengikut Diponegoro sebagai rahmat di bulan suci Ramadhan.

Kendati begitu, gencatan senjata yang dilakukan Diponegoro ini bersifat sementara. Sebab sebelum Belanda menyerah dan mengakui Diponegoro sebagai penguasa Jawa Selatan, perjuangannya memerangi Belanda tak akan berhenti sampai kapan pun.

Sejarah Gencatan Senjata saat Bulan Ramadhan, Pangeran Diponegoro Bertemu Letnan Jenderal De Kock di Magelang

Menurut Peter Carey dalam buku berjudul, “Takdir dan Kuasa Ramalan” (2019), pada hari ke 12 Ramadhan tahun 1830 Diponegoro menemui Letnan Jenderal De Kock di Magelang untuk menyatakan gencatan senjata.

Konon Diponegoro datang membawa 800 pasukan bertombak berikut lengkap dengan panglima perangnya. Mereka terdiri dari para pemuda yang tangguh-tangguh, berbadan kekar dan selalu membusungkan dada di depan Belanda menandakan keberanian yang kuat.

Menurut Peter, Diponegoro dan De Kock saat bertemu saling bertukar cerita. Sesekali melempar lelucon melalui bahasa Jawa dan Belanda yang ringan dan mudah dipahami keduanya. Nampak seperti tidak terjadi apa-apa, mereka berdua mengobrol satu sama lain dengan santai di kursi karesidenan.

Sebetulnya bisa saja Letnan Jenderal De Kock menangkap Diponegoro tatkala ia mendatanginya di Magelang. Namun menurut De Kock penangkapan dengan kedatangan itikad baik tidak melambangkan ksatria dan justru menandakan kepengecutan. Oleh sebab itu Belanda menahan dulu penangkapan Diponegoro tersebut.

Baca Juga: Akhir Hayat Pangeran Diponegoro: Kena Malaria, Wafat di Makassar

Namun sebenarnya dibalik lelucon dan ngobrol hangat antara De Kock dan Diponegoro itu mengandung sarat penangkapan. De Kock sudah mempersiapkan strategi untuk menangkap Diponegoro pada saat mendekati akhir bulan puasa.

Selama Bulan Puasa De Kock Bertemu 3 Kali dengan Diponegoro di Magelang

Masih menurut Peter Carey, selama bulan puasa tahun 1830, De Kock telah bertemu dengan Diponegoro sebanyak 3 kali di daerah Magelang. Pertemuan De Kock dengan Diponegoro selalu sama: ramah tamah santai yang penuh dengan lelucon.

Namun yang paling diingat oleh De Kock saat bertemu dengan Diponegoro antara lain terjadi pada suatu subuh di pertengahan bulan Ramadhan 1245 H. Diponegoro berjalan-jalan di sekitar Karesidenan dan Pesanggrahan Magelang sesudah menjalankan sholat subuh.

Menurut Peter kedekatan antara De Kock dan Diponegoro juga mengandung kisah yang mengharukan. Sebab dua tokoh yang saling bertentangan ini memiliki istri bernasib yang sama: meninggal terpaut 1 tahun.

Istri Diponegoro wafat pada 1827 dan istri De Kock meninggal pada 1828. Karena ini mereka merasa ada kedekatan batin yang saling menerima dan menghapuskan sementara dendam akibat peperangan.

Diponegoro dan De Kock sering mengobrol dan mengenang kembali kehidupan yang telah tertinggal bersama istri-istri mereka.

Hal ini menggambarkan betapa pentingnya perasaan untuk mendamaikan peperangan. Diponegoro dan De Kock mendadak melebur menjadi satu tanpa sekat-sekat permusuhan, mereka berdua tenggelam dalam kesedihan yang sama sehingga menimbulkan persatuan dengan melepaskan pertikaian yang telah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Babad Kedung Kebo, Sastra Mataram Diponegoro Mencari Wangsit

Menjelang Lebaran Idul Fitri, De Kock Menangkap Diponegoro

Menjelang 2 hari sebelum lebaran Idul Fitri, pasukan De Kock menangkap Diponegoro di Magelang.

Hal ini terjadi karena ada mata-mata Residen Valck yang menjadi duri dalam daging Diponegoro bernama (Tumenggung Mangunkusumo) memberitahu akan terjadi serangan dahsyat dari pasukannya pasca lebaran usai.

Perjuangan Diponegoro melawan Belanda akan terus berlanjut sebelum Belanda mengakui kedudukannya sebelum diakui sebagai Sultan Jawa Bagian Selatan. Apalagi rakyat Diponegoro tetap mempercayainya sebagai Ratu Adil. Mereka rela berkorban jiwa demi Diponegoro.

Rakyat pendukung Diponegoro menganugerahi gelar sebagai Ratu Paneteg Panatagama Wonten Ing Tanah Jawi Sedaya atau Raja dari Pemimpin Agama di Seluruh Tanah Jawa. Pernyataan ini menjadi spirit massa yang mengkhawatirkan stabilitas birokrasi kolonial.

Maka dari itu De Kock memilih untuk menangkap Diponegoro lebih awal dari rencana sebelumnya. Diponegoro akhirnya tertangkap oleh tentara kolonial pada tanggal 28 Maret 1830 melalui misi rahasia (tipuan).

Sebelumnya De Kock meminta bantuan dari garnisun pusat pimpinan Louis de Perron dan A. V. Michels untuk menyiapkan bala tentaranya guna mengamankan penangkapan Diponegoro. Suasana yang menegangkan tersebut tergambar dari lukisan Raden Saleh berjudul Penangkapan Diponegoro. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

bencana pergerakan tanah

Bencana Pergerakan Tanah di Garut Meluas, BPBD Catat Ada 64 Rumah Terdampak

harapanrakyat.com,- Bencana pergerakan tanah di Kampung Sawah Joho, Desa Singajaya, Kecamatan Singajaya, Garut, Jawa Barat terus meluas. Bahkan BPBD Garut mencatat ada 64 rumah...
perbuatan tak senonoh

Anak di Garut Adukan Dugaan Perbuatan Tak Senonoh 3 Anggota Keluarga ke Tetangga, Polisi Turun Tangan

harapanrakyat.com,- Seorang anak perempuan di Garut, Jawa Barat mengadukan dugaan perbuatan tak senonoh 3 anggota keluarganya ke tetangga. Ketiga orang terduga pelaku pencabulan tersebut...
Rumah Kompos Pangandaran

Rumah Kompos Pangandaran, Upaya Heri Wujudkan Pertanian Berkelanjutan

harapanrakyat.com,- Heri Suhendra (40), warga Dusun Madasari, Desa Masawah, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat mendirikan rumah kompos untuk mendukung upaya pertanian yang berkelanjutan....
video viral petugas Dishub tarik retribusi dari juru parkir di Garut

Video Petugas Tarik Retribusi Parkir di Garut Viral, Ini Penjelasan Dishub

harapanrakyat.com,- Video seorang petugas Dinas Perhubungan (Dishub) Garut, Jawa Barat sedang memungut uang jatah parkir mendadak viral di media sosial. Selain di media sosial,...
Analisis Performa Timnas U-17, Nova Arianto Bakal Rotasi Pemain di Laga Selanjutnya

Analisis Performa Timnas U-17, Nova Arianto Bakal Rotasi Pemain di Laga Selanjutnya

Meski sudah memastikan lolos ke babak selanjutnya di Piala Asia U-17 2025, pelatih Timnas Indonesia U-17, Nova Arianto, beberkan analisisnya terkait performa anak asuhnya....
Hari Pertama Kerja ASN, Semua SKPD Bersihkan Sampah di Pantai Pangandaran

Hari Pertama Kerja ASN, Semua SKPD Bersihkan Sampah di Pantai Pangandaran

harapanrakyat.com,- Bupati Pangandaran H. Citra Pitriyami memimpin aksi bersih-bersih di objek wisata Pantai Pangandaran, Jawa Barat pada hari pertama kerja ASN pasca libur lebaran,...