Rabu, April 9, 2025
BerandaBerita TerbaruRaden Ayu Lasminingrat, Pejuang Emansipasi Wanita Asal Garut

Raden Ayu Lasminingrat, Pejuang Emansipasi Wanita Asal Garut

Raden Ayu Lasminingrat merupakan seorang pejuang emansipasi asal Garut, Jawa Barat yang telah berkiprah dalam pendidikan kesetaraan gender sejak tahun 1879. Ia terkenal dengan perannya membangun sekolah khusus wanita bernama Sakola Kautamaan Istri.

Menurut berbagai sumber sejarah, Lasminingrat adalah keturunan bangsawan Sunda yang lahir pada tanggal 29 Maret 1854 di daerah Limbangan, Kabupaten Garut.

Ayahnya bernama Raden Haji Muhammad Musa seorang penghulu dan sastrawan terkemuka majalah berbahasa Sunda.

Sedangkan ibu Raden Ayu Lasminingrat adalah elit tradisional keturunan kemenakan orang Sunda di wilayah Priangan Timur. Sejak kecil Lasminingrat sudah mendapatkan pendidikan yang baik.

Ibu dan ayahnya konsen dalam bidang pendidikan. Bahkan sang ayah Rd. Haji Muhammad Mussa pernah mendirikan sekolah partikelir bernama Bijzondere Europeesche School (BES).

Baca Juga: Kesederhanaan Bung Hatta dan Kisah Sepatu Impian yang Tak Terbeli

Bagi keluarga Rd. Muhammad Musa pendidikan itu merupakan modal utama kemajuan bangsa. Saking penting dan mengutamakan pendidikan, Rd. Muhammad Musa sampai rela menyisihkan uang pensiunan penghulu untuk menggaji 2 guru Eropa yang mengajar di sekolahnya.

Maka dari itu Lasminingrat sudah konsen dalam dunia pendidikan sejak usia dini. Oleh sebab itu ketika ia menginjak usia dewasa maka cita-cita pertama dalam hidupnya adalah “ingin mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama kaum wanita”.

Raden Ayu Lasminingrat Mendirikan Sakola Kautamaan Istri

Pada tahun 1907 Lasminingrat mendirikan Sekolah impiannya bernama Sakola Kautamaan Istri. Ia memanfaatkan sebagian ruangan pendopo rumahnya untuk menjadi sekolah kaum wanita.

Dari sekolah ini Lasminingrat mendidik seluruh siswanya untuk mandiri, tidak tergantung pada orang lain termasuk kaum lelaki.

Kurikulum pelajaran Sakola Kautamaan Istri antara lain terdiri dari beberapa materi sebagai berikut: program belajar baca tulis, program belajar berbahasa (Belanda), dan program belajar pelajaran kebangkitan perempuan (kesetaraan gender: feminism study).

Pada masa awal pembukaan sekolah ini Raden Ayu Lasminingrat hanya menjaring siswanya dari kalangan menengah ke atas. Dengan kata lain hanya anak-anak wanita dari kalangan priyayi dan bangsawan Sunda sajalah yang bisa menjadi murid di Sakola Kautamaan Istri.

Namun seiring dengan berkembangnya waktu kepedulian Lasminingrat semakin simpati pada kaum wanita pribumi. Akhirnya ia merekrut murid-muridnya dari kalangan wanita pribumi untuk belajar tentang materi-materi emansipasi.

Menurut buku berjudul, “Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat” (1984), simpatinya Lasminingrat kepada kaum wanita pribumi untuk jadi murid Sakola Kautamaan Istri tidak lain karena kiprah sang suami yang merupakan Bupati Garut.

Baca Juga: Profil Sultan Hamid II, Perancang Garuda Pancasila yang Penuh Kontroversi

Suami Lasminingrat yaitu R.A.A Wiratanudatar VIII, ia adalah seorang bupati yang dibanggakan rakyat Garut akibat kebijakan pemerintahannya terasa sampai kepada rakyat kecil. Ia juga merupakan orang di balik perizinan berdirinya Sakola Kautamaan Istri untuk kelas pribumi.

Raden Ayu Lasminingrat Mantan Pengarang yang Terkenal

Kemampuan berbahasa Belanda membuatnya leluasa untuk membaca literatur kolonial secara massif.

Pengetahuan Lasminingrat semakin hari semakin terbuka luas dan menginspirasi banyak hal, salah satunya membuat orang tertegun dengan karya tulisnya berupa buku-buku dongeng.

Lasminingrat menjadi pengarang sejak usianya masih menginjak belasan tahun. Ia sering menerbitkan buku serial dongeng yang berasal dari kisah berbahasa Belanda yang kemudian dialih bahasakan ke dalam bahasa Sunda.

Produktivitas mengarangnya semakin mendapatkan banyak perhatian para pembaca. Bagi para pembaca buku-buku dongeng karya Raden Ayu Lasminingrat, kisah-kisah saduran cerita dari bahasa Belanda yang dilakukan olehnya begitu sempurna dan menarik rasa penasaran yang kuat.

Bahkan prestasinya dalam menyadur cerita dalam bahasa Belanda ini mendapatkan penghargaan dari pejabat administratur perkebunan teh di Cikajang dengan mengatakan, Lasminingrat adalah pengarang hebat yang menonjol.

Ia adalah satu-satunya orang bumiputera yang sukses menyadur karya Grim (sastrawan terkemuka Belanda) dengan hasil yang futuristik.

Namun semenjak menikah dengan Bupati Garut, R.A.A. Wiranudatar VIII aktivitas kepenulisan Lasminingrat berhenti. Ia kemudian berpindah fokus menyoroti dunia pendidikan: menjadi direktur utama Sakola Kautamaan Istri di Garut.

Pemerintah Kolonial Menghargai Jasa Lasminingrat

Pemerintah kolonial menghargai jasa Lasminingrat atas kiprahnya dalam dunia pendidikan kaum pribumi.

Raden Ayu Lasminingrat dianggap sukses menciptakan wanita-wanita pribumi terpelajar untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.

Baca Juga: Le Mayeur de Merpres, Saat Pelukis Belgia Tergila-gila pada Wanita Bali

Atas jasa yang berharga ini pemerintah kolonial kemudian memberikan dana kompensasi bulanan (gaji bulanan) pada Lasminingrat. Adapun dana konpensasi ini akan terus dibayar selama ia bekerja menjadi guru di Sakola Kautamaan Istri.

Lasminingrat juga dipromosikan menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Sunda. Aspirasi ini berasal dari beberapa orang Eropa kedekatan R.A.A Wiratanudatar VIII kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Konon Lasminingrat merupakan inspirasi beberapa tokoh emansipasi wanita di Jawa Barat untuk terus maju. Salah satunya adalah Raden Dewi Sartika yang saat ini diakui oleh pemerintah sebagai Pahlawan Nasional sejak tahun 1966.

Lasminingrat meninggal dunia pada usia yang cukup panjang. Pelopor emansipasi wanita di tanah Sunda itu wafat usia 94 tahun pada tanggal 10 April 1948.

Raden Ayu Lasminingrat disemayamkan di tempat peristirahatan terakhirnya yang berada tepat di belakang komplek Masjid Agung Garut. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Royalti RBT Acha Septriasa, Hasilnya Bisa Buat Beli Rumah Saat SMA

Royalti RBT Acha Septriasa, Hasilnya Bisa Buat Beli Rumah Saat SMA

Aktris sekaligus penyanyi Acha Septriasa terkenal luas berkat perannya dalam film Heart yang rilis pada tahun 2006 silam. Namun, di balik ketenarannya kala itu,...
Samsat Garut

Pemutihan Pajak, Samsat Garut Raup Pendapatan Rp600 Juta per Hari

harapanrakyat.com,- Ribuan warga Garut, Jawa Barat, berbondong-bondong memburu diskon pajak, alias program penghapusan denda dan tunggakan pajak kendaraan di kantor Badan Pendapatan Daerah, atau...
TPS Kamisama Kota Banjar

TPS Kamisama Kota Banjar: Sampah Tidak Terangkut karena Volume Sampah Naik Saat Lebaran

harapanrakyat.com,- Manajemen TPS Kawasan Minimasi Sampah Mandiri (Kamisama) Kota Banjar, Jawa Barat, buka suara terkait hasil audiensi forum RT RW Kelurahan Purwaharja terkait keterlambatan...
Seorang Wanita Ditemukan Meninggal Dunia di Saluran Drainase Tol Cisumdawu Sumedang

Seorang Wanita Ditemukan Meninggal Dunia di Saluran Drainase Tol Cisumdawu Sumedang

harapanrakyat.com,- Seorang wanita ditemukan meninggal dunia di dalam saluran drainase atau gorong-gorong jembatan penyebrangan Tol Cisumdawu, tepatnya di Dusun Gamlung, Desa Pamulihan, Kecamatan Pamulihan,...
Satpol PP Kota Banjar Tertibkan Spanduk Tak Seseuai Aturan Pasca Lebaran

Satpol PP Kota Banjar Tertibkan Spanduk Tak Sesuai Aturan Pasca Lebaran

harapanrakyat.com,- Pasca libur lebaran, Satpol PP Kota Banjar, Jawa Barat, tertibkan banner, dan spanduk ucapan yang dipasang tak sesuai aturan. Kegiatan penertiban itu berdasarkan...
Bertunangan dalam Islam, Lebih dari Sekadar Janji Manis

Bertunangan dalam Islam, Lebih dari Sekadar Janji Manis

Kadang rasa suka itu datang tiba-tiba. Ketika hati merasa yakin, maka lamaran jadi langkah berikutnya. Tapi apakah bertunangan dalam Islam sebebas itu? Banyak yang...