Sejarah hari perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret. Peringatan hari perempuan Internasional bertujuan mengenang jasa pahlawan kerah biru dari kelompok wanita yang bekerja di industri Amerika Serikat. Mereka menuntut keseimbangan ekonomi dan toleransi jam kerja.
Selain menuntut kenaikan upah dan pemangkasan operasional kerja, para pekerja wanita tersebut juga menyuarakan aspirasi gender equality –kesetaraan gender. Mereka menggelar aksi damai di kota New York pada tahun 1908.
Para pelaku demonstrasi ingin adanya kesamaan antara pria dan wanita. Mereka menuntut kaum laki-laki supaya sedikit berbagi peran dengan kaum perempuan.
Baca Juga: Daily Worker, Serikat Buruh Inggris Dukung Perdamaian Indonesia-Belanda
Salah satunya dalam bidang pekerjaan. Sekali-sekali wanita menjadi pemimpin pekerjaan sedangkan laki-laki ada di bawah perintahnya.
Pada awal abad ke-20 masehi hal itu jarang terjadi. Bahkan ada yang menganggap dominasi wanita dalam pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh kaum pria merupakan hal yang tabu.
Tidak etis membicarakan kesetaraan gender, apalagi menuntut persamaan hak, sudah pasti akan jadi bahan cibiran orang-orang sekitar.
Namun setelah para pekerja wanita di Amerika mengerahkan jumlah pengikutnya untuk demo, kisah tabu di atas mulai luntur. Wanita bangkit dari kebodohan, mereka mempersatukan kekuatan bersama merubah nasib menjadi manusia setara –equality gender.
Sejarah Peresmian Hari Perempuan Internasional
Sejarah peresmian hari perempuan Internasional berawal dari aksi demonstrasi 15.000 wanita Amerika yang menggelar demonstrasi di New York City pada 1908. Konon peristiwa ini jadi penanda kebangkitan kaum wanita dari masa gelap –kebodohan.
Kabar gerakan demo yang melibatkan belasan ribu wanita di Amerika menyebar kemana-mana. Antara lain ke daratan Eropa dan Asia. Peristiwa ini menginspirasi perkumpulan wanita di sana untuk mengadakan unjuk rasa yang sama.
Baca Juga: Kisah Jepang Ekspor Kimia ke Negara Berkembang Asia Pasca Kalah PD II
Pada tanggal 19 Maret 1911, petinggi organisasi buruh wanita dunia bernama Clara Zetkin mengumpulkan 17 negara di Eropa dengan perwakilan 100 wanita mengadakan pertemuan membahas gerakan wanita Internasional.
Dalam pertemuan itu mereka membahas bagaimana peran wanita di masa mendatang, akankah mereka bisa survive dengan kehidupan yang lebih cemerlang dari sebelumnya. Lantas bagaimana jika tidak? Maka dari itu pertemuan ini sekaligus membicarakan nasib gerakan wanita masa depan.
Clara mempersilahkan perwakilan wanita di 17 negara Eropa mengusulkan untuk menentukan hari gerakan wanita Internasional. Usul pertama mereka sepakati pada tanggal 19 Maret, sesuai dengan pertemuan awal kongres wanita Internasional.
Namun beberapa tahun kemudian, alumni delegasi kongres wanita Internasional dari Austria, Denmark, Swiss, dan Jerman menyetujui hari wanita Internasional jatuh pada tanggal 8 Maret. Pengubahan tanggal bermaksud untuk memperingati gerakan damai menentang Perang Dunia I di 4 negara tersebut yang terjadi pada 8 Maret 1913.
Walaupun Perang Dunia I sudah berlalu, namun tanggal itu belum mendapatkan sambutan pasti dari gerakan wanita dunia.
Baru pada masa Perang Dunia II tahun 1942 secara serentak kaum wanita di dunia menyepakati jika International Women Day diperingati setiap tanggal 8 Maret.
Perempuan di Amerika Mempelopori International Women Day
Sebanyak 15.000 perempuan Amerika yang menggelar aksi demo menuntut standarisasi upah dan pemangkasan jam kerja konon mempelopori lahirnya International Women Day –hari perempuan Internasional. Karena aksi ini seluruh gerakan perempuan dunia bersatu dan menjalin solidaritas kuat antar negara.
Menurut catatan sejarah dunia gerakan wanita yang happening di Amerika pada 1908 ini merupakan peristiwa yang pertama kali terjadi. Sepanjang sejarah dunia berlalu baru kali ini pergerakan wanita dihargai oleh kaum dominan –laki-laki.
Mereka mendesak kaum pria untuk berbagi peran, profesi, dengan cara menghargai kesetaraan gender.
Gerakan wanita di Amerika juga mengutuk keras pada pemerintah yang anti pada wacana equality gender. Wanita yang notabene dari kalangan buruh memusuhi pemerintah seperti itu, mereka tidak menoleransi eksistensi pejabat publik yang benci pada kesetaraan gender.
Dari peristiwa ini demonstrasi wanita di Amerika yang semula menuntut standarisasi upah dan pemangkasan waktu bekerja jadi melenceng pada wacana kesetaraan gender.
Baca Juga: Profil Fidel Castro, Pemimpin Komunis Kuba yang Anti Amerika Serikat
Akhirnya gerakan ini dianggap sebagai aksi tuntutan global yang menginginkan eksistensi wanita sebagai titik memecahkan ketimpangan sosial akibat perbedaan gender.
International Women Day Menginspirasi Gerakan Wanita di Indonesia
Salah satu gerakan wanita di Indonesia yang terinspirasi dari peristiwa pembentukan International Women Day yaitu perkumpulan wanita Islam Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah. Organisasi Nasyiatul Aisyiyah yang tersohor dengan singkatan NA ini kerap melakukan kegiatan dengan mencontoh gerakan wanita Universal.
Menurut Ichsan Budi Prabowo dalam “Perkembangan Wacana Perempuan dalam Majalah Suara Aisyiyah 1930-1985” (2021), inspirasi International Women Day –hari perempuan Internasional tertuang dalam gagasan Nasyiatul Aisyiyah saat organisasi tersebut sukses mendirikan majalah berideologi global.
Selain itu gema hari perempuan Internasional yang sudah hipe di awal tahun 1900-an mempengaruhi pula Nasyiatul Aisyiyah untuk melakukan gerakan wanita modern. Organisasi ini mengkolaborasikan nilai-nilai modernis dan Islam dalam setiap kegiatan.
Nasyiatu Aisyiyah hanya salah satu contoh saja gerakan perempuan di Indonesia yang terinspirasi dari International Women Day. Sebab masih banyak lagi organisasi-organisasi wanita lain yang lebih massif bergerak terinspirasi dari ideologi wanita berdasarkan pada sejarah pembentukan hari perempuan Internasional sejak 8 Maret 1913. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)