Rabu, April 30, 2025
BerandaBerita TerbaruSekolah Pengrajin Tahun 1909, Industri Kreatif Zaman Belanda

Sekolah Pengrajin Tahun 1909, Industri Kreatif Zaman Belanda

Demi meningkatkan pendapatan daerah tahun 1909, pemerintah kolonial Belanda berusaha fokus pada sektor perekonomian dari industri kerajinan. Pemerintah kolonial melihat peluang besar dari hasil penjualan industri kerajinan di Hindia Belanda. Kemudian mereka membangun sekolah pengrajin tahun 1909.

Tujuannya untuk memuluskan niat pemerintah kolonial dalam menjadikan Jawa sebagai pusat penghasil kerajinan terbesar di dunia.

Ada beberapa jurusan di sekolah pengrajin yang dibangun Belanda, antara lain jurusan ukir kayu, ukir tanduk, anyaman-anyaman, dan keramik.

Awal pendirian sekolah pengrajin pertama kali di daerah Ngawi. Namun para Zending Belanda memperluas lagi ke beberapa daerah yang ada di Kediri, Majawarna, Kuwu, Mendut, dan Waru.

Baca Juga: Sistem Penjualan Pacht, Cara Kolonial Belanda Membendung Pengusaha Asing

Semua perekrutan para pelajar di sekolah ini gratis tak dipungut biaya. Kebanyakan anak-anak para seniman ukir yang terpilih menjadi siswa sekolah tersebut.

Mereka belajar sungguh-sungguh di sekolah pengrajin. Selain itu beberapa siswa yang punya semangat tinggi memperjuangkan nasibnya menjadi seniman ukir belajar kepada ayahnya yang juga berprofesi sebagai pengukir selepas waktu sekolah selesai.

Sejarah Sekolah Kerajinan 1909 Menginspirasi Pelatihan Tukang

Selain memperoleh pengetahuan baru dari sekolah pengrajin, alumni pertama yang lulus pada tahun 1912-1913 menginspirasi pembentukan sekolah Pelatihan Tukang tahun 1914.

Para lulusan sekolah pengrajin terkenal multitalenta, mereka bisa mengerjakan seluruh pekerjaan yang berbau pertukangan. Seperti membangun ukiran pintu, jendela, bahkan beberapa desain bangunan etnik rumah full ukiran klasik ala rumah adat di Bali.

Sekolah Pelatihan Tukang ini dibiayai langsung oleh pemerintah kolonial Belanda. Sebagaimana sekolah pengrajin tahun 1909, Pelatihan Tukang mendapatkan dana dari Departemen Pertanian dalam bidang Perdagangan dan Kerajinan.

Kalau sekarang mungkin Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf). Dari naungan Departemen itulah Pelatihan Tukang menjadi bagian penunjang bagi tercapainya cita-cita pemerintah: membangun ekonomi dari sektor industri kerajinan.

Baca Juga: Sejarah Kristenisasi di Yogyakarta 1920, Tanah Sultan Dimasuki Misionaris Barat

Selain memperoleh murid dari kalangan remaja pengrajin ukir di berbagai daerah, Pelatihan Tukang ini juga memanfaatkan tenaga para narapidana di penjara.

Instruktur Pelatihan Tukang memberikan ilmu pembangunan rumah, cara mengukir, menganyam, dan pembuatan keramik langsung di halaman lapas (lembaga pemasyarakatan).

Didukung oleh Perkumpulan Jong Java

Karena tujuan Sekolah Pengrajin yang berdiri pada tahun 1909 dan Pelatihan Tukang bersifat visioner, maka dukungan dari berbagai kalangan pun berdatangan.

Salah satu yang pernah mendukung program Gubernemen ini antara lain yaitu Perkumpulan Jong Java (Pemuda Jawa). Mereka menyatakan kesiapan bekerjasama untuk mengawal program ini dengan pemerintah kolonial.

Perkumpulan Jong Java melihat ada keuntungan yang memihak pribumi dari program baru tersebut. Antara lain yaitu mulai terkelolanya SDM masyarakat dari kalangan rendah untuk mempunyai keahlian.

Hal ini juga merupakan wujud nyata pemerintah kolonial Belanda dalam mempersiapkan regenerasi pribumi.

Secara tidak langsung pemerintah Belanda sedang melatih kemandirian para generasi muda dalam hal pembangunan ekonomi. Mengelola industri yang bisa menunjang sektor perekonomian negara.

Perkumpulan Jong Java tentu setuju dengan gerakan ini karena mereka memiliki keyakinan Belanda tak akan lama lagi memerintah di negerinya.

Dengan adanya persiapan seperti mengadakan Sekolah Pengrajin tahun 1909 dan lembaga Pelatihan Tukang 1914, Belanda mencerminkan sebagai sosok orang tua yang renta sedang mempersiapkan warisan untuk anaknya.

Salah satu bentuk dukungan perkumpulan Jong Java pada program tersebut terlihat dari adanya proteksi yang bisa meningkatkan bea masuk beberapa jenis barang impor yang dianggap bisa menyaingi produksi kerajinan rakyat.

Baca Juga: Sejarah Pergerakan Nasional 1900-an, Pemuda adalah Koentji

Berhasil Mengekspor Kerajinan

Pada puncaknya tahun 1915, alumni Sekolah Pengrajin berhasil menjual kerajinan ke berbagai negara di dunia (ekspor). Salah satunya ke negeri-negeri di Eropa seperti Belanda, Prancis, Inggris, Belgia, dan lain sebagainya.

Pemerintah kolonial menyokong para alumni Sekolah Pengrajin agar terus semangat meraih cita-citanya: menjadikan industri kreatif (kerajinan) jadi sektor penunjang utama ekonomi negara. Caranya, pemerintah kolonial memfasilitasi mereka dengan teknologi sederhana.

Salah satunya mesin pemutar tanah liat yang berjalan memutar dengan bantuan kaki, oven pembakar keramik dan guci, serta beberapa pisau ukir modern pada zamannya.

Tujuan pemberian fasilitas ini tidak lain untuk menyemangati para pengrajin. Mereka terus dilatih meningkatkan inovasi (kreativitas) pada bentuk karyanya, supaya bisa lebih memenuhi selera konsumen Barat.

Sedangkan Majalah Prisma Edisi 8 Agustus 1983 dalam tulisan Soeri Soeroto berjudul, “Sejarah Kerajinan di Indonesia” mengatakan jika sekolah pengrajin tahun 1909 sedikit banyak telah membuktikan bahwa Belanda sudah mengimplementasikan tujuan Politik Etis yang menekankan pemberian Edukasi pada masyarakat pribumi. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Truk boks pengangkut cat terbalik di Tasikmalaya

Truk Boks Pengangkut Cat Tabrak Pembatas hingga Terbalik di Tasikmalaya

harapanrakyat.com,- Truk boks pengangkut cat terbalik setelah menabrak trotoar pembatas di Jalan Letjen Mashudi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (30/4/2025). Beruntung, pengemudi truk boks bernama...
Sambangi Kantor BPBD Kota Banjar, Wali Kota Prihatin Kondisi Armada Pemadam Kebakaran

Sambangi Kantor BPBD Kota Banjar, Wali Kota Prihatin Kondisi Armada Pemadam Kebakaran

harapanrakyat.com,- Walikota Banjar, Jawa Barat, Sudarsono melakukan kunjungan pengecekan kelengkapan peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjar, Rabu (30/4/2025). Usai pengecekan peralatan, Sudarsono...
APBD Pangandaran Defisit Rp364 M, Apa Langkah Bupati Citra.

APBD Pangandaran Defisit Rp364 M, Apa Langkah Bupati Citra?

harapanrakyat.com - Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat defisit hingga Rp364 miliar. Hal ini membuat Bupati Pangandaran Hj Citra Pitriyami putar...
Nilai Pasar Pemain Timnas

Nilai Pasar Pemain Timnas Indonesia Ini Paling Besar, Tertinggi Rp 128 Miliar

Nilai pasar pemain Timnas Indonesia ternyata cukup tinggi, mengingat saat ini Timnas juga diisi oleh pemain diaspora yang berbakat. Situs Transfermarkt memberikan gambaran berapa...
Terkait Program Wajib Militer untuk Penanganan Kenakalan Remaja, Wali Kota Banjar Masih Menunggu Regulasinya

Penanganan Kenakalan Remaja dengan Program Wajib Militer, Wali Kota Banjar: Masih Menunggu Regulasinya

harapanrakyat.com,- Walikota Banjar, Jawa Barat, Sudarsono, menanggapi program wajib militer yang Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, usulkan untuk penanganan kenakalan remaja. Hal tersebut Sudarsono...
Pemuda tanggung asal Garut nyaris diamuk massa

Niat Garong Toko Saudara, Pemuda Tanggung Asal Garut Nyaris Diamuk Warga

harapanrakyat.com,- Seorang pemuda tanggung asal Garut, Jawa Barat, nyaris jadi korban amuk massa setelah kepergok hendak menggarong toko milik saudaranya. Saat diamankan, pelaku tengah...