Banjarsari, (harapanrakyat.com),- Harga Gabah Kering Pungut (HGKP) di tingkat petani di Kecamatan Banjarsari, mengalami kenaikan. Pasalnya, hal itu terjadi setelah area pesawahan milik mereka di wilayah tersebut mengalami kekeringan.
Ahmad (50), seorang petani di Banjarsari, Senin (19/9), mengatakan, harga gabah giling di empat wilayah itu kini mencapai Rp. 430 ribu perkwintal. Padahal, beberapa waktu sebelumnya, harga gabah tersebut hanya Rp 330- Rp. 350 ribu perkwintal.
Menurut Ahmad, tingginya harga padi pada musim tanam sadon (musim ketiga) ini disebabkan karena kelangkaan padi di tingkat petani. Tanaman padi milik mereka mengalami kegagalan, akibat anomali cuaca dan kurangnya ketersediaan air.
Namun demikian, Ahmad juga merasa senang, karena harga gabah di wilayahnya merangkak naik. Soalnya, baru kali ini hasil panennya bisa terjual, dan sebanding dengan harga pupuk serta upah perawatan.
Dia memperkirakan, harga gabah akan terus mengalami kenaikan, sepanjang satu hingga dua minggu kedepan. Pasalnya, terdapat sejumlah petani yang masih memanen tanaman padi.
Sementara itu, Endang MT, Anggota Koptan di Banjarsari, mengatakan, tingginya harga gabah terjadi akibat kelangkaan gabah. Pada musim tanam sadon seperti ini, ketersedian air tidak stabil.
Di samping itu, kata Endang, sebagian besar petani yang mengalami kekeringan lebih memilih menanam palawija, karena kebutuhan airnya tidak terlalu besar. Meski begitu, nasib buruh tani yang jumlahnya lebih banyak dari pada pemilik sawah perlu diperhatikan.
âJelas, tingginya harga beras, membuat para buruh tani menjadi murung, lantaran kesulitan untuk membeli beras. Saat ini saja, harga beras mencapai Rp. 7-8 ribu perkilogram,â katanya.
Kepala BP3K Kec. Banjarsari, Djayusman, mengatakan, kenaikan yang terjadi di tingkat petani terjadi karena kelanggkaan padi. Selain itu, para petani juga lebih memilih menanam palawija ketimbang padi. (Amlus)