Selasa, Februari 11, 2025
BerandaBerita TerbaruKaderisasi PKI Tahun 1964, Tolak Kabir dan Anti Mohlimo

Kaderisasi PKI Tahun 1964, Tolak Kabir dan Anti Mohlimo

D.N. Aidit terkenal zakelijk (saklek/tegas) dalam memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) pasca kemenangan kembali dalam Pemilu 1955. Ia berhasil mencetuskan kaderisasi partai yang ketat. Aidit memberikan pendidikan politik pertama kali pada tahun 1964 sebagai awal dari kaderisasi PKI. Tujuannya untuk melatih anggota partai menjadi anggota dan simpatisan yang militan.

Apabila tujuan itu berhasil maka PKI akan menjadi partai satu-satunya di Indonesia yang mampu mencetak anggota partai yang loyal.

Sebab hanya PKI pada waktu itu yang peduli dengan program kaderisasi, meskipun sebelumnya Moh. Hatta dalam PNI sudah mencetuskan gagasan tersebut pada tahun 1930-an, namun tak banyak anggota partai yang mematuhinya.

Baca Juga: PKI Bawah Tanah, Gerakan Rahasia Komunis Lawan Jepang

Aidit melihat Jakarta sebagai ladang pusat pengkaderan PKI. Kendati demikian ia tetap memberikan penugasan pada senior partai untuk menyalurkan program kaderisasi partai ke beberapa pelosok di pedesaan.

Bahkan jika Aidit punya waktu luang, ia sendiri sering mengantarkan pendidikan politik pada anggota dan simpatisannya yang ada di pedesaan.

Pada puncaknya program kaderisasi partai Aidit terkenal akibat mencetuskan tema Menolak Kapitalis Birokrat (Kabir) dan Anti Mohlimo.

Menurutnya dua kontradiksi tersebut merupakan pangkal masalah bagi masyarakat dari golongan buruh dan petani. Oleh sebab itu Aidit berharap kaderisasi ini bisa menjadi solusi bagi sejumlah permasalahan rakyat.

Sejarah Kaderisasi PKI Tahun 1964, D. N. Aidit Mempropaganda Kebencian Terhadap Kabir

Menurut D. N. Aidit dalam tulisannya sendiri berjudul, “Djadilah Komunis Jang Baik dan Lebih Baik Lagi” (1964), Kabir merupakan istilah partai untuk menyebut kaum Kapitalis Birokrat. Penggunaan istilah seperti ini dipercaya mampu meningkatkan daya ingat kader akan musuh utama mereka. Sebab istilah Kabir cenderung kata yang unik dan mudah dihafalkan.

Adapun kaum Kabir yang dimaksud oleh Aidit adalah para pejabat birokrasi yang memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan kesejahteraan rakyat. Mereka (Kabir) identik dengan orang-orang yang pengecut dan berkhianat. Adagium yang cocok untuk menggambarkan kaum Kabir antara lain yakni sama dengan istilah kacang lupa kulitnya.

Mereka lupa siapa yang dahulu bisa menjadikannya sebagai pejabat. Mereka lupa dari dukungan siapa mereka bisa duduk manis di kursi parlementer.

Rakyat kecewa namun apa daya, sebelum PKI mempropagandakan anti Kabir, rakyat hanya bisa melihat fenomena ini tanpa perlawanan. Tunduk seperti kerbau dicocok hidungnya.

Baca Juga: Kisah Buruh Batik Jadi Priyayi Cilik di Surakarta Tahun 1919-1922

Setan Desa

Dalam buku Aidit yang lain seperti, “Kaum Tani Mengganjang Setan-setan Desa” (1964), Aidit mengklaim kaum Kabir banyak bermukim di sekitar Jawa Barat. Tanah Pasundan dianggap sebagai Sarang Kabir. Aidit menyebut mereka dengan Setan Desa.

Mengapa Setan Desa? Jawabannya karena para Kabir berhasil menghimpun kekayaan dari proyek birokrasi pusat di Jakarta.

Mereka kembali setelah pensiun ke desa (tempat kelahiran) yang sebelumnya sudah membeli banyak lahan untuk menghabiskan hari tua. Ladang mereka diurus oleh para petani yang rata-rata adalah keluarga terdekatnya.

Karena itulah meskipun para petani tersebut diupah sewenang-wenang oleh pemilik ladang membuat mereka segen memberontak karena masih ada darah keturunan.

Selain itu mereka segen meminta upah lebih karena kehidupannya sudah terjamin. Banyak para petani di Jawa Barat yang berasal dari golongan menengah. Selain karena butuh, para petani bekerja di kaum Kabir hanya untuk mengisi waktu luang.

Pengalaman tersebut berdasarkan sumber akurat dari penelitian Aidit dan Comite Central PKI bagian Riset/Penelitian yang berhasil mengungkapkan penyebab kenapa PKI kalah dan tidak menjadi partai populer di tanah Jawa Barat.

Adapun setting penelitian mereka meliputi pedesaan Rantjah, Padaherang (Kab. Tjiamis), Karangnunggal (Kab. Tasikmalaja), Tjisompet, Wanaradja (Kab. Garut), Djati Tudjuh (Madjalengka), Tjipendeuj, Tjiwidej (Bandung), dan Serpong, Legok (Kab. Tangerang).

Kaderisasi PKI Tahun 1964 yang Anti Mohlimo

Mohlimo adalah istilah masyarakat zaman Hindu Buddha di Jawa untuk menyebutkan pantangan pada lima jenis kemaksiatan. Antara lain terdiri dari, kemaksiatan Main (Judi), Minum (Mabuk-mabukan), Melacur, Maling, dan Madat (Mengkonsumsi Opium – Narkotika).

Menjadi sesuatu hal yang menakjubkan tatkala PKI yang selalu diidentikan dengan Partai Setan ternyata pernah melarang kader partainya melakukan Mohlimo.

Menurut Aidit, apabila para kader PKI hobi maksiat maka bisa berdampak buruk pada kemajuan partai. Bahkan nantinya bisa mengantarkan PKI pada kehancuran yang abadi.

Aidit percaya melakukan pencegahan pada kemaksiatan seseorang itu susah. Jangankan pada para kadernya, terkadang diri sendiri pun masih sulit menahannya. Namun ia tak kehilangan akal, Aidit kemudian membentuk gagasan pengkaderan tambahan bertajuk pengintegrasian partai bernama Kebudajaan Baru.

Baca Juga: Tragedi Berdarah di Ngawi: Gubernur Suryo Dibunuh PKI

Kebudayaan Baru merupakan gagasan Aidit dan kolega partai dalam Comite Central PKI untuk menghindarkan para anggotanya tersangkut Mohlimo.

Dalam Kebudayaan Baru terdapat kegiatan-kegiatan positif partai yang bisa mengalihkan pikiran negatif, hawa nafsu, dan emosi para kader agar tidak terjerumus pada lubang kemaksiatan.

Salah satu kegiatan tersebut adalah membuka proyek penelitian partai untuk mengembangkan PKI agar menjadi partai yang lebih besar dari sebelumnya. Terutama penelitian yang menyangkut kekalahan PKI dalam Pemilu di beberapa kabupaten yang ada di Jawa Barat.

Dalam satu rapat penelitian, Aidit pernah mengatakan Mohlimo adalah sumber penyakit. Apabila sebagian saja dari anggota partai berhasil melangkahinya, niscaya dia akan dijamin oleh kesehatan dan kesejahteraan.

Menciptakan Metode Kaderisasi yang Egaliter

Dalam proses kegiatan anti Mohlimo secara tidak langsung PKI telah menciptakan metode kaderisasi yang egaliter. Hal ini tercermin dari karakter Aidit yang tidak menyimbolkan kemewahan dari seorang pemimpin partai tersebar ke-4 di Indonesia.

Antara terlihat dari karakter Aidit yang tidak memandang mana pimpinan dan mana bawahan. Selagi ada kesempatan untuk mendiskusikan persoalan partai bersama-sama, apalah arti pemimpin kalau pada kenyataannya mencetuskan argumentasi pemikiran yang kurang tepat. Sedangkan bawahannya mengkritik dan sukses memperbaikinya.

Selain itu sikap Aidit demikian merupakan realisasi partai kiri yang menjunjung rasa solidaritas kebersamaan yang kuat.

Mereka juga terkenal sebagai golongan massa yang anti kelas, cita-citanya bahkan ingin menghilangkan struktur kelas. Tidak ada yang miskin dan kaya, semua sama alias setara.

Sikap rendah hati Aidit dalam memimpin sebuah diskusi terlihat dari cuplikan dalam buku D. N. Aidit “Djadilah Komunis Jang Baik dan Lebih Baik Lagi” (1964) berikut ini:

“Memadukan pimpinan partai dengan massa hanja mungkin djika dengan konsekwen dilaksanakan prinsip ,,Atasan membantu bawahan” dan “Atasan memberi tjontoh kepada bawahan”.

Artinya atasan harus mengabdi layaknya seorang guru pada murid yang bersifat mengayomi. Pernyataan ini juga diperkuat oleh pendapat Aidit tentang “sebagian besar dari tenaga fikiran dan waktu dari atasan harus ditjurahkan untuk membantu bawahan”.

Salah satu implementasi dari pernyataan-pernyataan Aidit tersebut adalah “menghindari konflik internal dan antar partai. Menurut Aidit pengintegrasian setiap politik dan putusan-putusan partai dengan seluruh anggota dan rakjat akan tercapai apabila dua dari padanya (antar parpol) saling berdamai”. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Honda RC213V 2025, Era Baru Honda di Balapan Moto GP

Honda RC213V 2025, Era Baru Honda di Balapan Moto GP

Honda Racing Corporation (HRC) resmi mengeluarkan motor balap terbaru mereka, yaitu Honda RC213V 2025, untuk musim Moto GP tahun ini. Kehadiran motor ini menjadi...
Prikitiew Land Subang

Taman Anggur Kukulu Berubah Nama Jadi Prikitiew Land Subang, Apa yang Baru?

harapanrakyat.com,- Subang, Jawa Barat, kembali menghadirkan kejutan bagi para pecinta wisata. Taman Anggur Kukulu, yang sebelumnya merupakan destinasi wisata dengan kebun anggur dan spot...
Dikta Menang Turnamen Tenis Melawan Aktor Korsel

Dikta Menang Turnamen Tenis Melawan Aktor Korsel

Dikta menang turnamen tenis menjadi berita yang banyak menyita perhatian. Artis pemilik nama lengkap Pradikta Wicaksono ini berhasil mengalahkan aktor korea Selatan, Choi Woong...
Annisa Himmatul Aulia

Kamu Wajib Tahu! Annisa Himmatul Aulia, Anak Penjahit yang Jadi Dokter dengan IPK 3,96

harapanrakyat.com,- Perjalanan hidup Annisa Himmatul Aulia adalah kisah perjuangan yang menginspirasi. Lahir dari keluarga sederhana, ia tak pernah menyerah mengejar impiannya menjadi dokter. Annisa berhasil...
Inspirasi Desain Dapur Lorong, Maksimalkan Ruang dengan Gaya

Inspirasi Desain Dapur Lorong, Maksimalkan Ruang dengan Gaya

Menentukan desain dapur lorong di ruangan yang sempit memang tidak semudah mendesain ruang biasa. Ukuran mungil dan bentuknya yang cenderung memanjang ini memberikan tantangan...
Usaha Parfum Refill, Peluang dan Persiapan yang Dilakukan

Usaha Parfum Refill, Peluang dan Persiapan yang Dilakukan

Usaha parfum refill memang bisa menjadi peluang yang menguntungkan meskipun mungkin belum terlalu populer. Padahal, ide usaha ini memiliki potensi yang cukup besar. Banyak...