Als de Orchideen Bloeien (Bila Anggrek Mulai Berbunga) adalah judul lagu keroncong populer di zaman Hindia Belanda sampai dengan kemerdekaan Indonesia. Saat itu lagu ini dibawakan oleh Ismail Marzuki pada sebuah acara Radio Belanda bernama Nirom di Bandung.
Lagu Als de Orchideen Bloeien pertama kali dibawakan oleh bule berkebangsaan Italia pada tahun 1922 bernama Belloni. Ia memperkenalkan lagu tersebut di acara orchestra Belanda yang biasa digelar di auditorium-auditorium teater di Bandung.
Namun jangkauannya masih sedikit, sebab saat itu belum banyak orang yang bisa menikmati pertunjukan orchestra. Alhasil belum banyak orang mengetahui lagu Als de Orchiedeen Bloeien. Bahkan bagi orang Belanda yang tak punya uang, nonton orchestra di auditorium lagu ini asing bagi pendengarannya.
Baca Juga: Sejarah Lagu Panon Hideung, Gubahan Ismail Marzuki dari Penyair Rusia
Baru setelah Ismail Marzuki menyiarkan lagu ini di Radio Nirom Bandung, banyak orang yang bisa menikmatinya secara khidmat. Akibatnya tak hanya menggaet peminat orang-orang Belanda saja, akan tetapi masyarakat pribumi ikut menyukai lagu tersebut.
Lagu Keroncong Populer Zaman Hindia Belanda: Als de Orchideen Bloeien Menjadi Bila Anggrek Mulai Berbunga
Menurut Ninok Leksono dalam tulisan berjudul, “Ismail Marzuki: Senandung Melintas Zaman” (2014), popularitas lagu Als de Orchideen Bloeien semakin meningkat tatkala pemusik legendaris wanita bernama Miss Netty menyanyikannya dengan gaya keroncong.
Tidak seperti Ismail Marzuki yang membawakan lagu ini dengan bahasa Belanda, Miss Netty mengubah lagu tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Judul awal Als de Orchideen Bloeien berganti menjadi Bila Anggrek Mulai Berbunga.
Karena gubahan lagu Belanda ke bahasa Indonesia tersebut, banyak orang-orang pribumi ingin mendengar lagunya bahkan memiliki piringan hitamnya. Apalagi lagu tersebut saat itu menjadi lagu keroncong paling populer di Hindia Belanda.
Biasanya mereka yang mengoleksi piringan hitam berasal dari pribumi kaya seperti anak bupati, residen, dan wedana.
Baca Juga: Kisah Maestro Affandi Keliling Eropa karena Lukisan
Tak tanggung-tanggung popularitas Miss Netty bahkan terbang hingga ke negara tetangga Singapura.
Rupanya di Singapura banyak para penggemar Miss Netty setelah orang Belanda sering menyetel piringan hitam Bila Anggrek Mulai Berbunga di kantor-kantor administratuur. Hal ini membuat perusahaan piringan hitam asal Singapura datang ke Hindia Belanda.
Waktu itu perusahaan piringan hitam His Master’s Voice (HMV) dari Singapura berkunjung ke kediaman Miss Netty. Mereka saling berbincang membicarakan maksud dan tujuan HMV datang ke Hindia Belanda.
Maksud kedatangan HMV adalah untuk bekerja sama dengan penyanyi dan merekam hasil pertunjukannya menjadi sebuah lagu ngehits di kalangan pemuda-pemudi negaranya Singapura.
Bahkan HMV rela tinggal berbulan-bulan di Hindia Belanda dan mendirikan sebuah tempat untuk memproduksi rekaman di daerah Bandung.
Mereka membeli sebidang rumah tua di jalan Lengkong untuk dijadikan tempat rekaman lagu Bila Anggrek Mulai Berbunga bernama HMV House.
Mengundang Ismail Marzuki, Membujuk Miss Netty
Karena tahu Ismail Marzuki sebagai penyanyi yang menyebarluaskan lagu Als de Orchideen Bloeien, pemimpin orchestra semi klasik di Societeit Concordia mengundang pemusik yang pintar bersolek ini untuk main bersama di klubnya.
Mereka menawarkan Ismail Marzuki bermain paruh waktu di klub musiknya khusus menyanyikan lagu Als de Orchideen Bloeien. Namun karena Ismail seorang yang idealis dan jual mahal pada Belanda, tawaran bergengsi itu pun ia tolak mentah-mentah.
Penolakan tawaran ini sebenarnya membuat Ismail khawatir, ia takut kena kritik dari para musikus Belanda yang tak suka atas popularitasnya di dunia panggung hiburan.
Sebab banyak pemusik Belanda yang tak laku karena tergilas oleh popularitas Ismail Marzuki lalu memfitnahnya dengan tuduhan Ismail telah menyadur lagu orang.
Setelah sebelumnya dibujuk oleh pemimpin orchestra, job ini akhirnya diambil oleh penyanyi kondang perempuan bernama Miss Netty. Ia membawakan lagu tersebut dengan gaya keroncong kesukaan masyarakat Eropa di Indonesia.
Respon penonton baik, begitupun dengan musikus Belanda, mereka tak iri justru mendukung penampilan Miss Netty dan mengajaknya bergabung dalam klub musik mereka.
Barangkali Miss Netty punya tampang rupawan, wanita anggun nan gemulai jelas disukai banyak pria. Sedang Ismail Marzuki laki-laki tentu tidak ada menariknya bagi para musikus Belanda yang notabene berasal dari kaum adam.
Miss Netty berhasil membawakan lagu Als de Orchideen Bloeien bahkan diubah ke dalam bahasa Indonesia dan tak ada sedikitpun kritik.
Baca Juga: Achdiat Karta Mihardja, Penulis Novel Atheis dari Garut
Lagu yang Meninggalkan Jejak Kenangan: Nostalgia
Kesuksesan lagu Als de Orchideen Bloeien (Bila Anggrek Mulai Berbunga) di Hindia Belanda membuat lagu tersebut berhasil meninggalkan jejak kenangan (Nostalgia). Orang-orang Belanda selalu ingat masa-masa kejayaan negaranya tatkala mendengar lagu tersebut.
Sebab mereka selalu dicekoki lagu Als de Orchideen Bloeien setiap malam. Biasanya Radio Nirom di Bandung memutar lagu ini sepanjang malam secara berulang-ulang. Kebanyakan dari orang Belanda menggunakan lagu tersebut sebagai lagu pengiring tidur.
Kebiasaan ini terus berulang hingga menjadi sebuah kebiasaan yang tak bisa terpisahkan dengan budaya keseharian orang Belanda. Konon waktu itu orang Belanda tidak bisa tidur apabila belum mendengar nyanyian Als de Orchideen Bloeien.
Konon pemutaran lagu ini di Radio Nirom juga menjadi penanda waktu. Para pendengar setia Radio Nirom akan mengetahui persis pukul 12 malam setelah pemutaran lagu Als de Orchideen Bloeien.
Oleh karena itu sejak orang Belanda terusir akibat Perang Dunia II dari Bandung, mereka kehilangan kebiasaan yang indah tersebut. Baru setelah mereka kembali pada tahun 1945-1949, meskipun masih dalam keadaan revolusi kemerdekaan, orang-orang Belanda merasa nostalgia saat mendengar alunan musik dari lagu Als de Orchideen Bloeien (Bila Anggrek Mulai Berbunga). (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)