Achilles adalah figur dewa terkaya yang ada dalam kepercayaan masyarakat Yunani Kuno. Selain menjadi dewa yang masyhur, Achilles juga muncul sebagai sosok pahlawan pemberani dalam karya sastra klasik Yunani.
Cerita Achilles mulai lahir sejak sastrawan Yunani kuno bernama Homerus menerbitkan novelnya berjudul Iliad. Sebagian orang mengenal Homerus sebagai bapak sastra dunia sekaligus sejarawan yang produktif setelah Herodotus.
Homerus menulis kisah Achilles dengan epic. Seluruh tokoh yang terlibat dalam konflik Perang Troja seakan hidup dan menyudutkan pembaca menerka siapa pemenang dibalik persoalan tersebut.
Kebanyakan para pendengar cerita Iliad karya Homerus spontan menerka Achilles sebagai pemenang perang itu.
Baca Juga: Sejarah Bubarnya Marxisme di China, Akhir Idelogi Komunis
Dugaan itu benar, Achilles yang terkenal sebagai prajurit perang pemberani berhasil memenangkan Perang Troya dengan membunuh penguasa Yunani yang khianat dan licik bernama Hektor.
Sampai sekarang Achilles masuk dalam daftar nama pahlawan Yunani yang kuat. Konon ia adalah manusia jelmaan dewa yang kebal dan punya umur yang abadi.
Kisah Achilles Pahlawan Termasyhur dalam Peradaban Yunani Kuno
Dewa Achilles lahir dari rahim seorang putri kerajaan bernama Nimfa Thetis. Ayahnya bernama Peuleus adalah orang biasa yang akrab dengan dunia keprajuritan.
Semenjak remaja Thetis (ibu Achilles) menjadi rebutan punggawa Yunani bernama Zeus dan Poseidon.
Mereka ingin menikahi Thetis karena tak tahan dengan kecantikannya. Zeus dan Poseidon saling memperebutkan Thetis hingga pada akhirnya Prometheus memperingati mereka.
Dewa penerka masa depan dalam kepercayaan Yunani kuno ini meramalkan anak Thetis dari siapapun yang menjadi suaminya akan lebih sakti ketimbang sang ayah.
Karena tak ingin kekuatan mereka tersaingi, Poseidon dan Zeus menjauhi Thetis dari pandangan hatinya.
Kelahiran Achilles diceritakan oleh Homerus dalam karya besarnya berjudul Iliad. Penyebaran karya sastra Homerus di Yunani terbilang cepat karena kitab klasik berisi novel ini dianggap sakti dan bisa menjadi rujukan mengetahui masa depan.
Menurut catatan Ensiklopedia Indonesia berjudul, “Acheuleen- Acrididae” (1950), dalam karya Homerus (Iliad) Achilles merupakan pahlawan yang masyhur paling kaya di Yunani.
Achilles sering memberi sebagian hartanya pada rakyat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Seperti figur Robin Hood, Achilles terkadang nyamar untuk memberi pertolongan pada rakyat kecil di Yunani.
Baca Juga: Tragedi Ijime di Jepang, Kisah Pilu Anak-Anak Korban Perundungan
Selain terkenal pahlawan yang masyhur, Achilles juga muncul dalam kepercayaan orang Yunani kuno sebagai prajurit perang yang pemberani. Ada kata-kata Achilles yang mencerminkan keberaniannya sebagai berikut:
“Aku memilih mati untuk kebaikan daripada memperoleh hidup lama tanpa nama yang baik.”
Mitologi Pemutus Mata Rantai Hirarki di Yunani
Mitologi tentang Achilles dalam karya sastra Homerus berjudul Iliad tumbuh menjadi media pemutus mata rantai hirarki dalam tradisi masyarakat Yunani kuno.
Hal ini terlihat dari kisah Achilles yang tumbuh dewasa dengan kekuatan dan kecerdasan yang lebih hebat dari sang ayah.
Kisah klasik Achilles sebagai orang sakti yang punya kekuatan abadi tersebut berawal dari cerita saat dirinya masih bayi.
Thetis ibu Achilles menjalankan sakramen pembebasan manusia menjadi dewa dengan mencelupkan seluruh tubuh Achilles ke sungai Styk. Tujuannya agar Achilles berubah dari manusia menjadi dewa yang abadi dan tak pernah mati.
Ada pula kisah Thetis membaluri Achilles dengan bunga Ambrosia. Bunga ini merupakan tumbuhan sakti dari alam untuk mengubah manusia turunan Raja di Yunani menjadi seorang Dewa yang abadi.
Namun karena ada satu yang terlewat tanpa sepengetahuan Thetis, ada sebagian tubuh Achilles yang belum menjadi Dewa yakni bagian tumit kiri.
Berbekal kekuatan dari sungai Styk dan bunga Ambrosia, Achilles dewasa memberanikan diri ikut terlibat dalam peristiwa Perang Troya. Ia berhasil menawan perempuan bernama Briesis (musuh) dan terlibat konflik dengan Agamemnon.
Achilles, pahlawan Yunani ini mengalah dan mengembalikan Briesis pada Agamemnon tanpa pertumpahan darah.
Sayangnya, sahabat Achilles bernama Patroklos tewas dibunuh oleh musuhnya, seorang sekutu Agamemnon bernama Hektor. Dari sini Achilles bangkit, darah dewa mengalir kencang dan mengubah emosinya jadi kekuatan yang menyeramkan.
Singkat cerita Achilles berhasil memenggal Hektor dan membalaskan dendam untuk sahabatnya Patroklos.
Namun Achilles mati karena ada prajurit dari pihak musuh (Hektor) mengetahui titik lemahnya yang berada di bagian tumit kiri.
Ia bernama Paris, prajurit berpangkat rendah itu berhasil memangkas tumit kiri Achilles yang tidak terlapisi oleh kekuatan dewa. Akibatnya Achilles si dewa yang masyhur tewas sebagai seorang manusia setengah dewa.
Baca Juga: Sejarah Penjajahan Prancis di Maroko, Berawal dari Kelangkaan Pangan
Achilles dan Lambang Solidaritas Persahabatan
Kisah balas dendam Achilles terhadap kematian sahabatnya Patroklos dianggap sebagian pengamat sastra Yunani sebagai lambang solidaritas persahabatan yang kuat.
Achilles berhasil menyulap kejahatan perang menjadi sikap normatif seorang Dewa untuk melindungi para pengikutnya.
Selain itu Achilles secara tidak langsung telah mengungkapkan pengertian sahabat yang sesungguhnya. Kedudukan mereka tak dapat tergantikan sekalipun oleh wanita yang kita cintai dan sayangi.
Achilles sang pahlawan merepresentasikan istilah kacang tak lupa kulitnya di awal abad kehidupan dunia zaman Yunani kuno.
Namun sebagian pengamat sejarah di Yunani melihat setting kisah ini sebagai simbol solidaritas manusia zaman itu. Tepatnya zaman ketika Homerus hidup dan menulis karya sastra berjudul Iliad ini dengan semangat yang menggebu-gebu.
Hal paling penting dari karya sastra Iliad ini adalah ketika Homerus ingin memunculkan tokoh solidaritas sosial dalam peradaban Yunani kuno dengan cara yang sederhana.
Sesungguhnya Homerus merupakan representasi dari Achilles, ia ingin menggambarkan dirinya sebagai seorang yang setia kawan. Ya para Filsuf memilih persahabatan daripada pernikahan. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)