Sejarah kecelakaan pertama di Pekalongan tercatat dalam surat kabar De Sumatra Post dengan tajuk berita “Het auto-ongeluk bij Petaroekan” pada 7 Desember 1923.
Pekalongan menjadi salah satu daerah yang rawan mengalami kecelakaan pada zaman kolonial. Terutama di daerah Petaroekan (Petarukan) atau sekarang dekat dengan Pabrik Gula Sragi.
Arah Pekalongan menuju Tegal ini terkenal sering terjadi kecelakaan. Menurut beberapa pihak kecelakaan itu akibat keadaan jalan yang rusak dan minimnya kesadaran berkendara dengan pengamanan fisik yang lengkap.
Baca Juga: Sejarah Sabotase Kereta Api Maos-Banjar: Masinis Diculik, Penumpang Panik
Adapun yang masih menjadi misterius adalah masyarakat Pekalongan sudah bisa memastikan apabila ada kecelakaan di sekitar Petarukan pasti dialami oleh kendaraan keluarga. Biasanya terdiri dari kepala keluarga (suami), istri, dan anak-anak.
Sejarah Kecelakaan Pertama di Pekalongan Tahun 1923
Menurut surat kabar kolonial De Sumatra Post bertajuk “Het auto-ongeluk bij Petaroekan”, tanggal 07 Desember 1923, kecelakaan lalu lintas untuk pertama kalinya terjadi di Pekalongan pada tahun 1923.
Kecelakaan ini terjadi pada keluarga besar Administratur perkebunan kopi Belanda di daerah Tombo bernama, Tuan Hoppe.
Karena kecelakaan mobil yang terbilang parah, semua penumpang yang terdiri dari anak, istri, pelayan, sopir, dan Tuan Hoppe sendiri tewas setelah sebelumnya dirawat 24 jam di klinik terdekat.
Kecelakaan ini terjadi persis di depan pabrik gula Petarukan (Pabrik Gula Sragi). Konon kecelakaan itu terjadi akibat mobil Tuan Hoppe bertabrakan dengan kendaraan umum yang lebih besar dari mobil keluarga Tuan Hoppe.
Peristiwa ini berawal saat keluarga Tuan Hoppe akan pergi berlibur dari Pekalongan menuju arah Tegal. Dalam perjalanannya, Hoppe ingin mencoba mengemudikan mobil meskipun belum lancar mengendalikan setir.
Kendaraan yang ditumpangi keluarga besar Hoppe oleng karena si sopir yang belum handal itu panik berhadapan dengan truk besar.
Kecelakaan ini diduga kuat oleh keadaan sopir (Tuan Hoppe) panik dan salah menginjak pedal gas yang disangkanya rem.
Sejarah mencatat kecelakaan pertama di Pekalongan tersebut jadi awal rentetan kecelakaan lainnya di lokasi yang sama dan korbannya satu keluarga.
Kecelakaan Mobil Terulang Tahun 1926
Setelah lama tidak mendengar berita kecelakaan mobil di Pekalongan, akhirnya musibah tersebut kembali terulang pada tahun 1926.
Surat kabar Belanda Deli Courant dengan tajuk berita “Nederlandsch- Indie auto-ongeluk bij Pekalongan, tanggal 1 April 1926, menyebutkan kecelakaan ini terjadi pada pukul 9 pagi. Lokasinya di Jalan Raya Petarukan dekat dengan pabrik gula Sragi.
Sama dengan peristiwa yang menimpa keluarga Tuan Hoppe, kecelakaan ini juga melibatkan satu keluarga. Keluarga tersebut adalah keluarga pejabat kolonial yang merupakan Perwakilan Resmi Pejabat Swasta Tegal bernama Tuan Potes.
Baca Juga: Sejarah Pengusaha Kopra di Pangandaran Diculik Jepang, Kuwu Sidamulih Tewas Dipenggal
Selain keluarga Tuan Potes, kecelakaan ini juga melibatkan sejumlah kolega bisnis Eropanya bernama Tuan Belle dan Tuan Berghuis.
Awal kecelakaan ini terjadi pada saat perjalanan mereka dari Batavia menuju Pekalongan terganggu akibat kontur jalan yang rusak dan licin karena hujan.
Keadaan alam dan kontur jalan yang tidak mendukung ini mengakibatkan kecelakaan keluarga Potes.
Mobil terbalik dan masuk ke selokan irigasi limbah pabrik gula Sragi yang kebetulan waktu itu sedang kosong karena belum masuk bulan penggilingan tebu.
Karena parit pembuangan limbah yang tidak berisi, mobil pun hancur dan pecah. Akibatnya supir mengalami patah tulang di bagian pergelangan tangannya. Sementara penumpang lain termasuk Tuan Potes hanya mengalami luka ringan seperti lecet dan memar biasa.
Kecelakaan Menimpa Keluarga yang Hendak Berlibur
Masih pada tahun 1926, surat kabar Belanda De Indische Courant bertajuk “Auto-ongeluk” tanggal 25 September 1926, menulis berita tentang peristiwa kecelakaan mobil di Pekalongan yang menimpa satu keluarga Eropa yang hendak pergi berlibur ke Semarang.
Kecelakaan mobil ini terjadi dari arah Tegal ke Pekalongan, dan persis di sekitar Petaroekan. Adapun yang menjadi korban yaitu keluarga Direktur Pekerjaan Umum Kolonial Tegal bernama Mr. Van M.
Musibah kecelakaan ini melibatkan anak dan istri Mr. Van M, yang mengakibatkan luka parah pada bagian wajah para penumpang yang menjadi korban kecelakaan tersebut.
Kecelakaan tersebut membuat bagian kaca depan rusak parah, pecahan kaca tersebut menimpa wajah istri, anak-anak, dan supirnya sendiri yakni Mr. Van M.
Baca Juga: Uyeng Suwargana: Tokoh Pendidikan Pangandaran, Intel Kepercayaan AH Nasution
Menurut berbagai kesaksian yang tertera dalam surat kabar tersebut, kecelakaan yang menimpa Mr. Van M dan keluarganya akibat pedati petani yang menyeberang jalan secara mendadak.
Karena panik dan hilang keseimbangan, akhirnya Mr. Van M selaku sopir banting setir ke arah kiri tepat ke jalur selokan. Mobil masuk selokan dan keadaannya rusak parah.
Sementara polisi kolonial mengamankan pedati milik petani di Petaroekan yang mengganggu lalu lintas transportasi kendaraan bermotor sehingga menyebabkan kecelakaan.
Meskipun kecelakaan ini tidak mengakibatkan korban jiwa, namun keluarga Mr. Van M cacat seumur hidup. Sebab muka anak, istri, dan dirinya sendiri terkena sobekan yang membekas akibat pecahan kaca mobil.
Itulah sejarah kecelakaan pertama di Pekalongan dan beberapa kecelakaan lainnya yang salalu melibatkan kendaraan keluarga. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)